Ruli Handayani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Antara Ego & Sahabat

Antara Ego & Sahabat

Antara Ego & Sahabat

Oleh: Ruli Handayani,S.Pd.

Nama ku Elyani, teman-temanku biasa memanggilku dengan sebutan El. Aku adalah salah satu murid kelas XI di SMA 2 Kemala Raja, kec.Tanjung Raja, Kab. Lampung Utara. Aku mempunyai dua orang sahabat di kelas namanya Febri dan Anto. Dan sesosok anak laki-laki yang cool bernama Elang yang sangat ku kagumi.

Elang adalah teman sekelasku. Orangnya cool tapi terkadang juga bisa bercanda. Badanya tidak terlalu tinggi tapi tidak juga pendek mempunyai rambut hitam ikal, matanya sipit, hidungnya yang mancung, serta bibirnya yang seksi. Dan aku sangat suka dengan bulu matanya yang lentik.

“El, PR Bahasa Inggrismu sudah selesai belum?” tanya Anto. Dia adalah salah satu sahabat laki-laki ku. Dia sangat jago matematika. Sehingga kami sepakat jika ada PR tentang pelajaran bahasa Inggris aku yang bertanggung jawab untuk mengerjakannya. Begitu juga sebaliknya jika ada PR matematika. Jujur aku kurang menguasai pelajaraan matematika.

“Sudah donk, kamu pasti mau lihat kan?” timpalku. “Kamu bisa aja, iyalah aku kan gak ngerti bahasa Inggris, hehe”. Jawab Anto sambil tertawa. Seperti itulah keakraban kami, saling mengerti dan terkadang saling mengolok. Bel berbunyi, jarum jam menunjukkan pukul 07.30 tandanya kami harus masuk kelas karena pelajaran akan dimulai.

Pelajaran pertama hari ini adalah bahasa Inggris. Mr. Ridi adalah guru bahasa Inggris kami. Beliau adalah sosok guru yang energic, smart dan handsome. Badannya besar tinggi, berambut ikal hitam dan berkulit putih. Sangat jelas terlihat sempurna ketika dia tersenyum. Beliau adalah salah satu guru Favoritku begitu juga dengan pelajaran Bahasa Inggris. Aku sangat antusias sekali setiap pelajaran bahasa Inggris.

Good Morning, students?, how are you today?” sapa Mr. Ridi kepada kami. “Good morning, we are fine Sir” jawab kami dengan serentak.

“have you’re finished the homework?” tanya Mr. Ridi. “yes, Sir”, jawab kami dengan percaya diri.

Alright, please submit on my table” perintah Mr. Ridi. “yes, Sir”, kami pun menjawab dengan serentak.

Pelajaran berlangsung dengan lancar dan penuh antusias dari kami. Anto dan beberapa dari anak laki-laki yang tidak bersemangat dengan pelajaran ini. Karena mereka tidak meyukai pelajaran tersebut sehingga mereka tidak mengerti. Begitu asyiknya tidak disadari waktu pelajaran bahasa Inggris telah habis. Kami harus menyiapkan pelajaran selanjutnya.

Beberapa jam kemudian bel tanda istirahat berbunyi, “horee....” teriakan kami dengan kompak. Kami segera membereskan alat tulis dan menuju keluar kelas. Banyak hal yang bisa kami lakukan saat istirahat , seperti pergi ke kantin, bermain beberapa permainan tradisional, duduk nyantai sambil ngobrol, dan ada yang baca buku bagi yang suka membaca.

“El, ke kantin yok,,, Aku laper nih” kata Febri sambil menarik tanganku. “ ayok”, jawabku langsung beranjak dari tempat dudukku. Febri adalah teman sekelas dan salah satu sahabat karibku di sekolah. Walupun kami berbeda tempat tinggal, tidak menyurutkan persahabatan kami. Febri anak yang sopan, ramah, baik dan juga cantik. Ya,,,, sama lah dengan ku. Kata mereka sih kami gitu orangnya. Kami saling mengerti dan bertukar pikiran dalam pelajaran atau hal lainnya diluar pelajaran. Sehingga kami bisa berteman sangat akrab.

Tiba-tiba Febri membahas tentang Elang. “El, Elang itu anaknya handsome ya, dan gak Cuma itu dia juga baik. Setuju gak?”, tanya Febri sambil menyenggolku. “hmm... bisa jadi”, jawabku seolah-olah aku tidak peduli terhadap Elang. Padahal dalam hatiku bergumam apa Febri juga menyukai Elang?. Dikeheningan kami berdua, tiba-tiba Anto menghampiri. Dan kami ngobrol serta bercanda ria.

Kemudia bel masuk kelas berbunyi “Masuk lagi, perasaan baru sebentar loh kita istirahat” ucap Anto sambil beranjak berdiri. “kalau mau lama istirahatnya, ya di rumah To,” ucapku sambil tersenyum. “kamu bisa aja El, ok. Let’s go to class” ucap Anto penuh semangat.

Kami mulai belajar kembali dengan penuh warna warni dari kami semua. Ada yang masih capek dari bermain, kepanasan, dan ada juga yang ngantuk tidak sama sekali bersemangat. Aku bukan murid yg teladan tapi Aku selalu mengikuti pelajaran dengan antusias. Tidak lama kemudian bel pulang berbunyi, “horee...” serentak kami bersorak.

Aku juga mempunyai sahabat karib satu tempat tinggal alias sekampung, namanya Rahma. Dia masih kelas V dikarenakan tidak naik setahun saat kelas I. Perbedaan kelas bukanlah penghalang bagi persahabatan kami. Rahma sering bermain ke rumahku begitu juga Aku sebaliknya. Aku selalu berangkat dan pulang sekolah bersama Rahma.

Jarak antara sekolah dengan rumah ku lumayan jauh kurang lebih satu setengah kilo meter. Dan kami tempuh dengan berjalan kaki. Berbagai macam pemandangan yang kami lalui, seperti perkebunan kopi dan lada, sawah, ladang yang penuh dengan berbagai macam sayuran dan sungai. Sungai yang kami sebut sungai arum adalah salah satu sungai yang terbesar di daerah kami. Alirannya berakhir di sebuah bendungan yang disebut bendungan Way Rarem. Kami menyebrangi sungai dengan berjalan diatas jembatan ayun yang terbuat dari kayu.

Cuaca yang sangat panas sehingga membuat dahaga haus kami yang luar biasa. Perjalanan kami terhenti ketika kami tiba di Sungai Arem. Kami beristirah sejenak sambil membasuh tangan dan kaki. Canda ria yang selalu menemani kami dalam perjalanan sehingga kami tidak merasakan leleh yang berarti.

“El, kamu bisa isi botol minum kamu dengan air ini”, canda Elang. “Enak saja, emang aku ikan minum air mentah” jawabku sambil tertawa. Elang sangat peduli dan perhatian terhadapku. “El, besok kita berangkat sekolah bareng ya”,ucap Elang. “hmm... boleh tunggu saja” jawabku agak sedikit bingung.

“Ok, aku tunggu dipersimpangan ini ya, see you tomorrow” ucap Elang sambil tersenyum manis.

See you”, jawabku sambil tersenyum. Kami berpisah dipersimpangan, karena rumah kami berbeda arah. Aku masih berpikir kenapa Elang mengajak berangkat bareng. Padahal kami tidak terlalu akrab dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Jarum jam menunjukkan pukul 04.00 sore dan itu artinya aku harus bersiap untuk mengaji. Diperjalan ngaji aku bertemu dengan Rahma. ”El, ada salam dari Elang”, ucap Rahma. “Apa??? Kenapa dia ngirim salam buatku”, jawabku sambil bingung.

“Aku gak tau, yang pasti aku baru saja ketemu Elang dan dia bilang begitu, harus disampaikan katanya”, jawab Rahma dengan muka seriusnya. “Ok, wa’alaikumsalam”, ucapku pada Rahma.

Pagi ini matahari tersenyum sangat cerah seakan tau perasaanku pagi ini. Aku berjalan dengan teman-temanku termasuk dengan Rahma. Kami berangkat sekolah dengan riang dan penuh semangat. Tiba di persimpangan aku dikagetkan dengan sosok orang yang sedang duduk. Dia adalah Elang yang sedang menunggu ku seorang diri. Aku pikir Elang bercanda dan akan lupa, ternyata tidak.

“Mm.. maaf sudah menunggu lama ya?” tanyaku sambil menghampiri.

“Belum, baru saja aku sampai disini, ayo kita jalan”, ajak Elang. Jantungku berdegup kencang, ada rasa gerogi yang teramat sangat. Karena baru pertama kali aku diajak jalan bareng berangkat ke sekolah oleh teman laki-laki. Rahma dan temanku yang lainnya mensoraki kami, mereka meledek kami. Seakan-akan ada sesuatu diantara kami, padahal kami hanya teman sekelas.

“Cie-cieee... ehm...ehm..., berangkat bareng niye,,,” ledek Rahma dan yang lainya. “Biasa aja Rahma toh kita semua bareng, apa yang salah sama kami”, ucapku untuk memotong canda mereka. Aku dan Elang jalan berdua sedikit agak dibelakang Rahma dan yang lainnya. “El, pagi ini kamu terlihat beda begitu semangat dan sangat manis” ucap Elang. Aku berhentikan langkahku dan terdiam sejenak. “Terima kasih, kamu memang juara memuji”, jawabku dengan gugup.

“Kenapa Elang memujiku belum pernah terjadi dia memuji seseorang apalagi memujiku”, gumamku dalam hati. “Aku serius El, bukan bercanda. Kamu tidak hanya cantik tapi juga baik, rajin dan solehah. Aku sudah lama memperhatikan itu semua. Jujur aku suka sama kamu El. Tapi aku tidak punya keberanian untuk mengungkapkannya. Tapi aku harus mengungkapkannya dan saat ini adalah saat yang tepat untuk aku ungkapkan.” Ucap Elang. Mimpi apa aku semalam, orang yang selama ini aku kagumi ternyata mempunya rasa yang sama. Jantungku berdegup kencang mendengar ucapan Elang. Aku tidak bisa berkata apa-apa dan Elang mengetahui hal tersebut. “El, kamu tidak perlu jawab sekarang, kamu bisa pikirkan dulu, aku bisa menunggu untuk jawaban mu selama seminggu ini” ucap Elang sambil tersenyum. Dan aku hanya mengangguk.

Tidak seperti biasanya aku yang antusias mengikuti pelajaran, pagi ini dikelas aku lebih banyak melamun, aku memikirkan perkataan Elang tadi pagi. Saat pergantian jam pelajaran, tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara. “Door,,,, ayo ngelamunin apa?”, Anto menepuk pundakku. “Astaghfirullah hal adziim,,,, Anto, hampir saja jantungku copot” ucapku dengan sidikit kesal. “habis aku panggil-panggil dari tadi gak jawab”, timpal Anto. “Mikirin apa El, ayo cerita geh jangan dipendam sendiri”, ucap Anto. Belum sempat aku menjawab, Pak Dam guru olahraga masuk kelas.

Bel istirahat berbunyi, semua menuju keluar kelas hanya ada tiga orang di dalam kelas, Elang, Febri, dan Aku. Febri menghampiriku dan berkata “ El, duduk diluar yok, ada yang mau aku omongin”. “Ada apa, seriuskah”, gurauku. Aku biasa bercanda kalau sama Febri. “El, menurutmu Elang sudah punya pacar belum?, kira-kira cewek seperti apa ya yang dia suka?”, ucap Febri sambil melihat kearah Elang.

“Kurang tau juga yaa, tapi bisa jadi seperti kamu atau seperti aku?”, candaku sambil sedikit terkejut dengan pertanyaan Febri. “El, aku suka sama Elang, kira-kira Elang suka gak ya sama aku?” tanya Febri sambil menatapku. “Apa??? Kamu suka sama Elang, serius?” tanya ku dengan terkejut. Karena aku juga menyukai Elang begitu juga dengan Elang yang baru saja tadi pagi dia mengungkapkan perasaannya pada ku.

“Kali ini aku 100% serius El, sungguh”’ jawab Febri dengan keseriusannya. Aku terdiam sejenak sambil menatap kearah Elang yang sedang duduk bersama temanya di dalam kelas. Aku tidak tahu kalau selama ini ternyata Febri juga mempunyai rasa yang terpendam terhadap Elang sama sepertiku. Bagaimana kalau Febri tau tentang perasaan Elang terhadapku.

Percakapan kami terhenti dikarenakan bel masuk kelas berbunyi. Kami segera masuk ke dalam kelas. Kami belajar dengan aman dan tertib sampai bel pulang berbunyi. Kami segera membereskan alat tulis kami dan langsung berdo’a.

See you tomorrow, my best friend Elyani titip salam ya untuk Elang”, sapa Febri kepadaku.

See you” balasku sambil tersenyum menyembunyikan sesuatu dari Febri. Elang menghampiriku dan dia mengajak ku pulang bersama. Aku, Elang dan yang lainnya pulang dengan berjalan kaki sambil bercanda ria. Sampai dipersimpangan Aku pun berpisah dengan Elang. Seperti biasa Elang selalu melihat ku sampai tidak terlihat baru Elang melanjutkan perjalannannya. Dan keesokan harinya dia pun sudah standby menungguku dipersimpangan jalan. Begitu seterusnya kebiasaan yang Elang lakukan terhadapku beberapa hari ini.

Sampai dirumah Aku langsung berganti pakaian, shalat dzuhur kemudian makan. Setelah itu aku beristirahat di kamarku sambil tiduran. Pengakuan Febri yang mengatakan dia menyukai Elang selalu terngiang ditelingaku. “Jawaban apa yang harus aku berikan pada Elang, dan apa yang harus aku katakan pada Febri”, gumamku dalam hati. Febri adalah sahabat baikku di kelas. Sedangkan Elang adalah orang yang selama ini mengagumiku dan akupun begitu sebaliknya. Haruskah Aku menuruti egoku menerima Elang dan kehilangan sahabatku. Atau aku dan Elang harus merasakan kekecewaan. Dua pilihan yang rumit. Antara ego dan sahabat.

Satu minggu waktu yang ditentukan Elang untuk minta jawabanku pun tiba. Saat pulang sekolah, tepatnya hari sabtu di Way Arem. Aku, Elang dan teman yang lainnya beristirahat di sungai Way Arem. Ada yang mencuci tangan dan kaki mereka ada juga yang mandi. Aku dan Elang hanya duduk sambil melihat pemandangan sekitar serta keasyikan tingkah teman-teman kami. “Kamu gak ikutan mandi El?”, tanya Elang. “Gak, Lang. Pertama aku dilarang ibuku kedua Aku gak bisa berenang seperti mereka, kamu sendiri kenapa gak mandi?” Aku balik bertanya.

“Gak, aku lebih senang waktu seperti ini, dimana kita bisa ngobrol dan bercanda berdua”, jawab Elang sambil tersenyum. Aku hanya terdiam dan ingat kembali dengan kata-kata Febri tetang perasaannya terhadap Elang. Setiap kali aku melihat Elang saat itu juga ucapan Febri terlintas dibesitku. Sehingga membuatku merasa bersalah terhadap Febri jika sedang bersama Elang.

“Lang, kamu tau kan Febri, dia sahabat baikku. menurutmu Febri itu seperti apa?” aku sengaja bertanya sebelum Elang meminta jawaban. Aku ingin mengetahui apa perasaan Elang terhadap Febri. “Orangnya baik, humoris dan cantik sama seperti kamu”.” jawab Elang. Aku hanya tersenyum diam sambil melhat temanku yang sedang berenang.

“Kamu suka sama Febri, Lang?” tanyaku yang sedikit membuat Elang terkejut. “Suka tapi hanya berteman dan gak lebih, ada sesuatu yang ada didiri kamu dan tidak ada pada Febri. Itu yang membuatku lebih menyukaimu dari pada Febri atau yang lainnya. Kenapa kamu tanya gitu, El?” tanya Elang sambil menatapku.

“Selama ini Febri sangat menyukaimu Lang, dia selalu menunggu hari dimana kamu mengungkapkan persaanmu. Tapi kamu malah mengungkapkannya padaku. Aku gak tau apa yang akan terjadi jika Febri tau hal ini. Selama seminggu ini aku menyimpan ini semua dari Febri, aku gak sanggup bercerita padanya tentang semua ini. Jadi aku minta maaf Lang, aku gak bisa jadi pacar kamu. Aku gak sanggup senang diatas kesedihan Febri sahabatku sendiri. Aku harap kamu bisa mengerti dan menerima keputusanku. Sekali lagi aku minta maaf.” Ucapku pada Elang

“Jadi, kamu menolakku hanya karena Febri sahabatmu yang menyukaiku. Baik El aku bisa menerima keputusanmu dengan lapang. Tapi kamu harus selalu ingan bahwa Aku hanya mengagumi dan menyukai satu orang di sekolah ini namanya Elyani dan orang itu adalah kamu. Tidak ada Febri atau lainnya yang akan menjadi pacarku.” Tegas Elang sambil beranjak berdiri dan meninggalku pulang.

Aku hanya terduduk diam dan merasa sedih telah membuat Elang kecewa. Disisi lain aku lega setidaknya aku tidak akan mengecewakan Febri sahabat karibku. Aku memilih tetap mendapatkan sahabat karibku dibandingkan egoku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post