Rumadi, S. Pd

Guru Bidang Studi Matematika SMP negeri 20 Surabaya...

Selengkapnya
Navigasi Web
IMPLEMENTASI KARTESIUS MELALUI KONSEP ISLAM

IMPLEMENTASI KARTESIUS MELALUI KONSEP ISLAM

Telinga kita mungkin tidak asing lagi ketika mendengar istilah Koordinat kartesius. Istilah ini sering kita jumpai ketika mempelajari matematika baik di bangku sekolah ataupun di tingkat perkuliahan.

Koordinat kartesius yang kita kenal itu terdiri atas dua buah garis lurus, yang mana salah satu garisnya mendatar (horizontal) dan yang lainnya tegak lurus ke atas (vertikal). Titik potong garis itu dinyatakan sebagai titik pangkal, dengan demikian kedua garis tersebut berpotongan tegak lurus antara yang satu dengan yang lainnya. Garis lurus yang horizontal disebut sumbu (koordinat) x, sedangkan garis lurus yang vertikal disebut sumbu (koordinat) y. Titik pertemuan antara kedua sumbu titik asal umumnya diberi label 0. Di setiap sumbu juga terdapat semacam grid yang merupakan tanda besaran panjang yang berfungsi untuk mendeskripsikan suatu titik tertentu dalam sistem koordinat dua dimensi.

Karena kedua sumbu saling tegak lurus, maka bidang x dan y terbagi menjadi 4 bagian yang dikenal dengan istilah kuadran.

1. Pada kuadran pertama (Kuadran I), merupakan tempat suatu titik koordinat apabila kedua koordinatnya (koordinat x dan y-nya) bernilai positif.

2. Kuadran kedua (Kuadran II) merupakan tempat suatu titik koordinat apabila koordinat x-nya bernilai negatif, sedangkan koordinat y-nya bernilai positif.

3. Kuadran ketiga (Kuadran III) merupakan tempat suatu titik koordinat apabila kedua koordinatnya (koordinat x dan y-nya) merupakan bilangan yang bernilai negatif.

4. Kuadran keempat (Kuadran IV) merupakan tempat suatu titik koordinat jika koordinat x-nya bernilai positif sedangkan koordinat y-nya bernilai negatif.

Apabila kita deskripsikan teori diatas, maka akan terbentuk seperti gambar di bawah ini:

Berdasarkan pendeskripsian di atas, kita dapat membagi lagi kudran-kuadran tersebut menjadi tiga tingkatan, yaitu :

• Tingkatan pertama merupakan kuadran yang paling bagus, yaitu Kuadran I karena dalam kuadran tersebut kedua koordinatnya bernilai positif.

• Tingkatan kedua merupakan kuadran yang tidak seimbang, yaitu Kuadran II dan Kuadran IV, karena salah satu koordinat yang terdapat dalam kedua kuadran ini bernilai negatif.

• Tingkatan ketiga merupakan kudaran yang paling buruk, yaitu Kuadran III, karena dalam kuadran tersebut kedua koordinatnya bernilai negatif.

Konsep Kartesius ini tidak hanya bisa kita temukan dalam bidang ilmu matematika saja, namun kita pun dapat menemukan konsep tersebut di dalam konsep ajaran Islam tetapi dengan istilah yang berbeda. Telinga kita pasti tidak asing lagi ketika kita mendengar istilah Hablun min al-Allah wa Hablun min al-Naas . Konsep ini serupa dengan konsep kartesius, dimana kita harus menjaga hubungan dengan Allah (Hablun min al-Allah) sebagai pencipta kita, yang dapat dideskripsikan dengan garis vertikal seperti halnya sumbu (koordinat) y dalam konsep kartesius, dan kita pun harus menjaga hubungan kita antara sesama manusia (Hablun min al-Naas) sebagai tempat kita bersosialisasi karena manusia adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan orang lain, hubungan ini dapat dideskripsikan dengan garis horizontal seperti halnya sumbu (kordinat) x dalam konsep kartesius, sedangkan grid-grid yang ada dalam kartesius dapat disebut ukuran amal kita dalam konsep Hablun min al-Allah wa Hablun min al-Naas. Sehingga dalam konsep ini pun akan terbagi menjadi 4 Kuadran pula.

Apabila amal kita terhadap Allah dan sesama manusia keduanya benilai positif, maka kita akan menempati Kuadran I. Namun apabila amal yang yang bernilai positif hanya kepada Allah sedangkan terhadap sesama manusia bernilai negatif, maka kita akan menempati Kuadran II. Sebaliknya, bila kita hanya mementingkan hubungan kita terhadap sesama manusia sedangkan terhadap Allah kita tidak jalankan, maka Kuadran IV lah tempat kita. Dan yang paling buruk adalah apabila amal kita terhadap Allah ataupun terhadap sesama manusia, maka tempat yang sesuai bagi kita adalah Kuadran III yang merupakan kuadran yang paling buruk.

Apabila Konsep Hablun min al-Allah wa Hablun min al-Naas itu kita gambarkan, maka akan terbentuk seperti di bawah ini:

Sebagaimana penjelasan di atas, nampak sekali bahwa Islam menganjurkan kepada kita agar menerapkan Konsep Kartesius ini dalam kehidupan kita dengan cara menjalankan Hablun min al-Allah wa Hablun min al-Naasdengan baik. Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan, karena dalam kehidupan ini kita pasti berkaitan dengan kedua hal ini. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. an-Nisa : 36,

Dan Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersatukannya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat ataupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai terhadap orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.“

Ayat di atas menjelaskan dua poin penting yang Allah peintahkan kepada kita, yaitu :

• Poin pertama mengindikasikan bahwa kita harus menjalankan konsep Hablun min al-Allah dengan baik, yaitu dengan beribadah kepada Allah serta tidak menyekutukan-Nya sebagai wujud ketaqwaan kita terhadap-Nya. Allah pun menyerukan kepada kita agar tidak main-main dalam menjalankan konsep Hablun min al-Allah ini, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Ali Imran : 102:

Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim

Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita diperintah untuk bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa dengan artian kita menaati perintah-Nya tanpa melakukan maksiat terrhadap-Nya, bersyukur kepada-Nya tanpa adanya rasa kufur. Allah menyerukan kepada kita akan pentingnya dalam kehidupan ini untuk menjaga konsep Hablun min al Allah ini. Karena seperti yang kita tahu bahwa Allah memandang seseorang bukan dari kadar harta atau pangkatnya, melainkan melalui kadar ketaqwanya, seperti terucap dalam firman-Nya Q.S. al-Hujurat 13 :

“Wahai manusia Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki – laki dan perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku – suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa . Sungguh Allah maha Mengetahui, Maha Teliti”.

• Poin kedua yang dapat kita simpulkan berdasarkan firman Allah dalam Surat an-Nisa ayat 36 diatas adalah kewajiban kita dalam menjalankan konsep Hablun min al-Naas secara baik pula, yaitu dengan menjaga ikatan silaturahmi terhadap sesama manusia dengan berbuat baik terhadap sesama, baik terhadap orangtua, kerabat, faqir miskin, teman, serta kepada orang yang berada disekeliling kita. Allah pun berfirman dalam Q.S. Ali Imran 159 :

“ Maka berkat rahmat allah engkau ( Muhammad ) berlaku lemah lembut terhadap mereka, Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal”

Betapa jelas Allah menjelaskan pada kita bagaimana tata cara menjalin hubungan antar sesama manusia. Ayat diatas memaparkan sebagian akhlak terpuji yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW dimana beliau tidak bersifat keras dan kasar dalam menghadapi seseorang, karena apabila hal itu terjadi, maka masyarakatpun tidak akan menaruh simpatik terhadap kita dan akan menjauh dari kita. Begitu pun ketika suatu permasalahan muncul, Nabi tidak menaruh dendam pada pihak yang salah namun memaafkannya dan melakukan musyarawah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Sabagai umatnya, kita mestinya mengambil uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) Nabi kita ini dalam menjalin keharmonisan dalam bermasyarakat.

Begitupun ketika kita menghadapi seseorang di luar Islam, kita harus tetap menjalin hubungan baik dengan mereka -dengan catatan mereka tidak memerangi Islam-. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Mumtahanah : 8, yang berbunyi :

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari kampong halamanmu (negrimu). Sesungguhnya Allah mencintai orang – orang yang berlaku adil”

Maka, ketika kita menjalanka konsep Hablun min al-Naas ini, kita harus berbuat adil terhadap sesama muslim ataupun bukan, karena di negeri ini kita harus menjaga keutuhan NKRI sebagai negara kita yang tercinta.

Demikianlah analogi yang kami sampaikan diatas, dengan harapan agar kita mampu menerapkan konsep kartesius ini dalam kehidupan kita melalui pelaksanaan Hablun min al-Allah wa Hablun min al-Naas dengan baik, yaitu dengan menjaga hubungan kita tehadap Allah ataupun antar sesama agar kita memiliki nilai positif dari kedua koordinat tersebut tanpa adanya ketidak seimbangan diantara keduanya, sehingga kita termasuk seseorang yang menempati Kuadran I.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post