Ruminten Supadmi, SE

Seorang Guru Ekonomi di SMA Negeri 1 Rangkasbitung, tinggal di Cibadak, Kab.Lebak, Banten. Subhanallah, Walhamdulillah, Walaillahaillallah, Allahuakbar....

Selengkapnya
Navigasi Web
BUDAYA POSITIF, PEMBIASAAN YANG MENJADI KEBIASAAN

BUDAYA POSITIF, PEMBIASAAN YANG MENJADI KEBIASAAN

BUDAYA POSITIF, PEMBIASAAN YANG MENJADI KEBIASAAN

#Media Guru Indonesia

#Gurusiana

1. Latar Belakang

Ditengah begitu semangatnya berbagai lembaga pendidikan mengejar keunggulan teknologi, terbersit satu pertanyaan, ‘sebesar itu jugakah semangat kita untuk mengejar keunggulan karakter peserta didik kita?.’ Sekolah adalah tempat yang sangat strategis bahkan yang utama setelah keluarga untuk membentuk akhlak/karakter peserta didik. Bahkan seharusnya setiap sekolah menjadikan kualitas akhlak/karakter sebagai salah satu Quality Assurance yang harus dimiliki oleh setiap lulusan sekolahnya. Karakter peserta didik bisa dibentuk dari budaya positif di sekolah.

Budaya positif yang sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada peserta didik, dapat dibangun dengan visi sekolah dan peran guru. Budaya positif di kelas maupun di sekolah dapat diwujudkan dengan disiplin positif. Disiplin positif merupakan model disiplin yang difokuskan pada perilaku positif murid agar menjadi pribadi yang penuh hormat dan bertanggung jawab (Nelsen, Lott & Glenn, 2000). Kesadaran peserta didik dalam menerapkan disiplin positif masih berdasarkan motivasi ekstrinsik, motivasi yang timbul karena faktor-faktor dari luar diri. Pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan masih karena reward dan punishment. Selama ini peserta didik hanya melaksanakan disiplin yang sudah ditentukan oleh guru dan pihak sekolah, tanpa terlibat dalam penyusunan dan penetapan berbagai aturan. Komunikasi yang dibangun masih satu arah.

Peran atau kontrol guru hanya sebagai hakim bagi peserta didik, belum sampai tahap sebagai kontrol dan manajer. Sebagai manajer, guru diharapkan dapat menyadarkan peserta didik pentingnya motivasi instrinsik agar menjadi pribadi yang berempati dan berbudaya positif. Melalui budaya positif yang sudah ada harus ditumbuhkembangkan menjadi suatu pembiasaan bagi semua warga sekolah, yang pada akhirnya menjadi karakter, guna mewujudkan profil pelajar Pancasila. Perlu dilakukan komunikasi dua arah, agar peserta didik dapat menyampaikan aspirasi dan keinginannya. Selain itu efektifitas komunikasi dua arah dalam menentukan berbagai kesepakatan juga sangat penting, agar tercipta kesadaran peserta didik dalam melaksanakannya, tanpa adanya tekanan, ancaman dari pihak luar.

2. Deskripsi Aksi Nyata

Pelaksanaan penerapan pembiasaan-pembiasaan baik dalam budaya positif di sekolah harus mendapat dukungan dari berbagai pihak, agar budaya tersebut menjadi suatu kekuatan. Disiplin positif diperlukan dalam pembiasaan budaya positif, guna menerapkan semua aturan-aturan agar melahirkan mental disiplin berdasarkan kesadaran individu. Pembiasaan ini dapat menimbulkan motivasi instrinsik peserta didik, dan bukan lagi taat karena adanya konsekuensi yang ada. Apabila motivasi instrinsik dari diri peserta didik sudah dimiliki, maka akan terbentuk karakter disiplin yang kuat. Pembiasaan positif peserta didik, apabila dikaitkan dengan nilai-nilai profil pelajar Pancasila (beriman dan bertaqwa pada Tuhan YME, kemandirian. bernalar kritis, kreatif, berwawasan kebhinekaan, dan bergotong royong), akan menjadi dasar kuat terbentuknya karakter. Jika budaya positif sudah menjadi kebiasaan dan menjadi karakter setiap individu di sekolah, maka visi sekolah akan tercipta.

Menurut filosofi Ki Hajar Dewantara, pendidikan dan pengajaran merupakan persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Hal inilah diperlukannya peran seorang guru dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain maupun peserta didik, untuk membangun budaya positif di sekolah. Dengan kolaborasi dalam pembiasaan baik dan penerapan disiplin positif, diharapkan akan menjadi budaya sekolah. Berawal dari proses pembelajaran pada mata pelajaran yang diampu, dan mulai dari kelas.

Kelas merupakan miniatur sekolah, dan sekolah menjadi miniature dari bangsa. Sekolah, awal mula disiplin positif dan budi pekerti peserta didik. Upaya menumbihkan budaya positif bermula dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Proses penanaman disiplin positif di kelas bisa bermula dari komunikasi dua arah dalam pembenrtukan kesepatan kelas. Komunikasi ini merupakan caea efektif untuk mengetahui harapan dan impian peserta didik dan guru. Karakter bernalar kritis akan terbentuk dengan komunikasi dua arah. Peserta didik akan merasa percaya diri dan muncul rasa empati. Apabila pembiasaan ini dilakukan secara konsisten, Pada akhirnya akan menumbuhkan kreatifitas dan inovasi-inovasi peserta didik.

Salah satu kegiatan penerapan budaya positif sekolah adalah melalui kegiatan literasi sekolah. Pembiasaan baik literasi akan berpengaruh pada pola dan kebiasaan dalam belajar. Seorang peserta didik yang berbudaya literasi, akan terbiasa membuka wawasan guna mengembangkan kemampuan dirinya. Dampak yang terlihat adalah adanya kesadaran diri berdisiplin positif dan membangun budaya positif dimanapun murid berada. Pembiasaan di sekolah kami berupa G15M (Gerakan 15 Mengaji) dan GLS (Gerakan Disiplin Sekolah) menjadi langkah nyata dalam membentuk budaya positif. Semua program dijalankan untuk membentuk pembiasaan positif agar menjadi suatu kebiasaan.

LiInimasa tindakan yang akan dijalankan

Sosialisasi budaya positif kepada semua pemangku kepentingan.

Memfasilitasi pembentukan kesepakatan kelas.

Merefleksi kegiatan dalam rangka membudayakan kebiasaan positif di kelas.

Menyusun kesepakatan kelas pada awal semester, merupakan upaya dalam membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada peserta didik. Budaya disiplin yang positif di kelas dapat tercipta dengan kesepakatan kelas yang efektif. Kesepakatan kelas lebih informal dibandingkan dengan kebijakan dan peraturan. Kesepakatan kelas merupakam suatu daftar cara sederhana dan kongkret untuk melancarkan jalannya pelajaran. (Caine, 1997}.

Peserta didik mempunyai hak belajar, sementara Guru mempunyai hak mengajar. Pada awal semester kesepakatan kelas perlu ditetapkan agar peserta didik merasa nyaman dalam belajar di dalam suasana yang mendukung dan melindungi hak mereka untuk belajar. Kesepakatan kelas harus melibatkan peserta didik dalam menentukan berbagai garis-garis pedoman untuk menyediakan landasan yang aman, nyaman untuk tumbuh dan berkembang dengan dukungan. Semua unsur dalam Kesepakatan kelas harus efektif, mudah dipahami semua warga kelas dan dimengerti konsekuensinya.

Pada awal pertemuan kelas, wali kelas bersama peserta didik mendiskusikan berbagai kesepakatan kelas. Guru akan membagikan kertas dan meminta peserta didik menulis tiga kesepakatan yang menurut mereka harus diikuti semua warga kelas. Selanjutnya semua masukan ditampung dengan mencari kesepakatan yang merupakan prioritas dari semua warga kelas. Setelah semua daftar kesepakatan kelas ditetapkan, wali kelas meminta setiap warga kelas harus mematuhi dan mendukung kesepakatan kelas yang telah dibuat bersama. Tidak ketinggalan mendiskusikan tentang konsekuensi pelanggaran kesepakatan kelas berikut alasan-alasan konsekuensi tersebut dibuat. Peserta didik merasa lebih aman, tahu paramaternya, tahu apa yang akan terjadidan punya pijakan dalam kesepakatan.

Kesepakatan kelas yang terbentuk harus dimengerti dan disetujui oleh semua warga kelas. Wali kelas harus menjelaskan kembali guna memperkuat kesepakatan kelas dan menghindari kesalahpahaman. Pada akhir proses kesepakatan kelas, hasilnya harus diperbanyak (fotocopy) dan dibagikan kepada seluruh warga kelas untuk ditandatangai seperti sebuah kontrak. Ini merupakan cara paling efektif untuk memastikan setiap warga kelas menyadari kesepakatan dan komitmen untuk mematuhi dan mengikutinya.

Kesepakatan kelas yang melibatkan peserta didik (warga kelas) sebagai pedoman kelas, memungkinkan memupuk rasa tanggung jawab untuk mendukung tujuan komunitas belajar. Dengan mendengarkan pendapat peserta didik, mereka akan merasa dihargai dan dihormati. Kesepakatan kelas menjadi keputusan bersama komunitas, dan menciptakan kesatuan yang lebih erat.

3. Hasil dari Aksi Nyata

Hasil dari aksi nyata, apabila terjadi feedback dari semua warga sekolah. Pembiasaan positif yang dilakukan secara kontinyu dengan kontrol yang bijak, akan menjadi suatu kebiasaan, yang pada akhirnya penjadi tabiat atau karakter. Karakter bawaan setiap peserta didik yang beragam, berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda, juga karakter yang terbentuk dari pengalaman jenjang pendidikan sebelumnya, membuat tantangan tersendiri bagi guru SMA. Berdasar keberagaman inilah, penerapan budaya positif jenjang SMA harus membentuk budaya positif yang kuat dengan tetap menonjolkan budaya positif yang sudah ada.

Peserta didik jenjang SMA, secara psikologis merupakan masa-masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Sebagai seorang guru sekaligus penuntun mereka, harus dapat memposisikan diri dalam proses pembiasaan baik di sekolah. Memperlakukan mereka layakany sebuah laying-layang akan berdampak positif. Adakalanya benang pembimbingan kita ulur agar terbang bebas tapi masih dalam kendali. Tetapi adakalanya kita Tarik kekang benang pembimbingan, tatkala mereka keluar dari jalur budaya positif. Tantangan yang terjadi tidaklah mudah. Membuat kesepakatan kelas bersama peserta didik usia SMA. Sifat tidak mau diatur dari budaya sebelumnya terkadang masih melekat. Namun, dengan pendekatan yang bijak, mereka akan dengan kesadaran berpartisipasi dengan senang dan apresiatif, bersemangat melakukan perubahan kelas. Kesepatan kelas yang dilaksanakan dengan kesadaran warga kelas, akan menciptakan suasana kelas yang kondusif, nyaman untuk belajar dan menyenangkan, Pada akhirnya peserta didik dapat belajar dengan bersemangat.

4. Pembelajaran yang Didapat dari Pelaksanaan

Pada masa pandemic covid-19 dan masa libur kenaikan sekolah, program rencana aksi nyata ini belum dapat terwujud sepenuhnya. Diharapkan semua rancangan aksi nyata dapat terlaksana, dan memunculkan kebiasaan-kebiasaan positif di kalangan warga kelas dan warga sekolah. Pembiasaan komunikasi dua arah yang harus menjadi kebiasaan baru oleh semua warga sekolah. Adanya PPKM( Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), di daerah zona merah pandemic covid-19 dari tanggal 1-20 Juli 2021, maka kegiatan sosialisasi budaya positif kepada semua pemangku kepentingan dan penyebaran angket kesepatan kelas mengalam kendala.

Berbagai upaya akan dilakukan sebagai usaha terlaksanyanya Aksi nyata. Diantaranya melaui google meeting dan penyebaran angket dengan google form, aksi nyata ini dapat terlaksana. Feedback dari guru-guru dan peserta didik akan sangat dinanti dalam memberikan aspirasinya walau penyebarannya melaui online.

5. Rencana Perbaikan untuk Pelaksanaan di Masa Yang akan Datang

Kesepakatan kelas yang berpusat pada peserta didik yang terbentuk melalui komunikasi dua arah, yang berisi aspirasi peserta didik, sangat diharapkan pada awal semester. Refleksi akan dilakukan pada setiap akhir bulan, guna perbaikan pada bulan berikutnya. Melalui komunikasi online, mengagendakan kegiatan sharing dan kolaborasi antar sesama guru dan peserta didik, untuk mensosialisasikan budaya positif kepada semua warga sekolah.

Pembiasaan-pembiasaan positif menjadi suatu kebiasaan yang harus secara rutin dilaksanakan. Diantaranya, meminta aspirasi peserta didik, memberikan apresiasi terhadap kemajuan, dan melakukan refleksi bersama atas kesepakatan yang berlaku. Guru sebagai kontrol dan manajer akan melakukan perubahan yang terjadi, mampu menunjukkan empati pada peserta didik. Guru lebih banyak mendengar daripada menginstruksikan.

6. Dokumentasi

Proses dan hasil pelaksanaanberupa foto-foto atau video singkat.

Keterangan : Sosialisasi warga sekolah

Keterangan : Suasana Google Meeting bersama peserta didik dalam menentukan kesepakatan kelas

Keterangan : Kesepakatan kelas XII IPS 1 SMAN 1 Rangkasbitung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih admin...

07 Jul
Balas



search

New Post