DENGAN HATI, MENGAJAR DAN MENDIDIK
DENGAN HATI, MENGAJAR DAN MENDIDIK
#Menulis Hari ke-1
#Media Guru Indonesia
#Gurusiana
Hidup adalah pilihan. Memilih jalan hidup untuk dijalani memerlukan pemahaman dan kemantapan hati, agar menemukan pilihan yang tepat. Begitu juga pilihan saya untuk menjadi seorang guru. Menurut Yenni Sahnaz, menjadi seorang ibu/guru seharusnya arif dan bijaksana dalam membimbing buah hatinya agar mereka sehat lahir bathin, cerdas, dan berakhlak mulia, hingga berhasil dalam kehidupan. Hal ini seiring dengan tugas guru yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Tugas berat yang harus dijalani oleh seorang guru akan terasa ringan, apabila kita melakukan dengan hati. Anak atau siswa pada hakikatnya adalah manusia muda yang merdeka-berkehendak bebas. (Mulyadi,S.2008). Seorang guru tidak boleh memaksakan kehendaknya untuk menentukan pilihan hidup siswa, tapi perlu membantu agar dalam mengembangkan kehendak bebasnya dilakukan secara bertanggung jawab, artinya tidak melanggar nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
Pada tahun 2010, sebagai seorang guru saya diuji dengan tingkah laku siswa saya. Seorang siswa yang merupakan siswa pindahan dari SMA lain, yang merupakan anggota geng. Orang tua siswa tersebut sudah angkat tangan, dipindahkan ke sebuah pesantrenpun bukan merupakan solusi yang baik. Siswa tersebut tidak pernah masuk sekolah, lari dari rumah-tidak mau pulang ke rumah, menjual motor orangtua dan beberapa kelakuan lain yang membuat orang tuanya mengurut dada. Bentuk tanggung jawab sebagai wali kelas di sekolah, berbagai upaya saya lakukan. Dari mengajak siswa tersebut berbicara dari hati ke hati, bertanya ke teman-teman terdekatnya sampai dengan pemanggilan orang tua. Semua usaha saya ternyata tidak mendapat respon baik dari siswa tersebut, dalam hatinya hanya prasangka kurang baik saja terhadap semua pendekatan saya. Disamping tekanan dari anggota geng-nya yang memang luar biasa kuat. Usia remaja siswa SMA, merupakan kelompok usia yang ingin menunjukkan jati diri. Mereka tidak suka kalau masih dianggap anak kecil, tetapi dikatakan dewasa, mereka belum siap secara psikologi. Kadang eksistensi mereka tunjukkan dengan cara mencari perhatian. Dalam upaya menunjukkan jati diri, terkadang mereka terjerumus pada hal yang kurang tepat. Kepercayaan terhadap kelompok teman yang terlalu kuat, menjadi salah satu penyebab tidak mau mendengarkan segala nasehat, baik dari orangtua maupun guru.
Meski mendapat penolakan, tapi saya tidak patah semangat. Saya mendatanginya di sebuah kontrakan. Pada awal kedatangan saya diterima dengan ketus-tak bersahabat. Dengan kesabaran, dan kasih seorang Ibu, saya menyadarkannya. Bahwa saya tidak akan mengganggu lagi kalau kehidupannya sudah baik. Saya sentuh hatinya, pada dasarnya anak adalah kertas putih, bagaimana kita sebagai orang tua yang akan menulis pada kertas tersebut. Siswa saya ini hanya terbawa oleh pergaulan yang salah, ingin dikatakan hebat pada hal yang kurang benar. Maka saya ajak bicara dari hati ke hati. Apakah akan sampai dewasa memilki kehidupan tak tentu arah begini? Saya sadarkan dia, bahwa hidup harus memiliki tujuan, yaitu sebagai hamba Allah.SWT. Saya ingatkan dia, bahwa ridlo Allah adalah ridlo orang tua. Jangan pernah melawan orang tua. Mulai saat itu, menangislah siswa saya. Teringat betapa dia sudah membuat kecewa orangtuanya. Sadar akan segala kesalahan yang pernah dia perbuat .
Peran kita sebagai guru dan orangtua sangat diharapkan untuk menyelamatkan nasib siswa kita. Pendekatan proses dengan menggunakan hati merupakan bentuk penyadaran akan kemampuan dan kelemahan si siswa. Pendekatan ini menekankan pembelajaran yang mengubah atau mengembangkan diri adalah siswa sendiri. Kita buka wawasannya, tentang akibat positif dan negatif dari setiap tindakan yang dia lakukan. Siswa mempunyai tanggung jawab terhadap hidupnya di masa yang akan datang. Akankah sukses atau tidak akan sangat tergantung pada segala yang dia lakukan saat sekarang. Alhamdulillah, dengan dukungan dari orangtua siswa, akhirnya siswa tersebut sadar akan kekhilafannya. Dengan hati, maka sebagian tujuan pengajaran dan pendidikan tercapai yaitu siswa mampu mengubah dirinya sendiri agar termotivasi untuk mengembangkan kemampuan, pola pikir bahkan kepribadian.
Sekilas Biodata Penulis
Ruminten Supadmi, SE, M.Pd, Guru Ekonomi di SMA Negeri 1Rangkasbitung. Lahir di Klaten 23 Oktober 1973, sekarang berdomisili di BTN Griya Kaduagung Indah, Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten. Penulis dapat dihubungi melaui HP/WA 085716749089 atau email : [email protected] atau Facebook : rumintens atau IG : rumintens.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Semoga sukses
Terima kasih Bapak Dede...salam sehat dan sukses Bapak
Sangat hati2 dan sabar dalam bertindak iTerima kasih bu,sudah menginspirasi
Alhamdulillah...Terima kasih Bunda atas apresiasinya..salam sehat dan sukses Bun
Mantab luar biasa tulisannya bu..salam sukses selalu. Semoga terpilih pemenang lomba
Aamiin...Terima kasih atas apreasinya Pak Sukadi, salam sehat dan sukses yaa
Mantab mbak ulasannya
Alhamdulillah,, Terima kasih mbak Rin...Semangat buat kita yaa Mbak...mulai dari satu lagi