Rumondang Sitohang

Hanya wanita biasa. Seorang pendidik yang suka membaca, mengamati dan mencoba membiasakan kebenaran. Hobby berenang dan travelling ala b...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ibu (Seribu Kisah Pilu di Balik Perjuanganmu)
Dokpri

Ibu (Seribu Kisah Pilu di Balik Perjuanganmu)

Setiap orang tentu punya pengalaman dan pandangan berbeda tentang ibunya. Berbeda, tergantung bagaimana cara si ibu membesarkannya. Bagi saya sendiri, ibu adalah segalanya .Bagaimanapun sukses dan berhasilnya saya dan adik-adik, tak kan pernah bisa membayar semua jerih payah dan perjuangan ibu untuk membesarkan kami anak-anaknya.

Ibu menjadi orang tua tunggal saat saya masih berusia 11 tahun. Saya sendiri adalah anak pertama dari tujuh bersaudara .Hingga detik ini, saya selalu ingin mencoba melupakan kenangan tentang betapa beratnya perjuangan Ibu, yang menjadi orang tunggal saat usianya baru 29 tahun, dengan tanggungan tujuh orang anak yang masih kecil-kecil. Mencoba melupakan, karena saya tak bisa melupakan. Kepergian Ayah kembali ke pangkuan Sang Pencipta dan hanya menderita sakit selama tiga hari di rumah sakit St Elisabeth Medan, merupakan pukulan berat bagi Ibu dan keluarga. Saat itu, dalam ramainya orang berkumpul menangisi jenazah ayah, begitu erat di ingatan saya, dua sosok wanita yaitu Ibu dan nenek(ibunya Ibu) yang menangis dan sesudahnya memandang peti jenazah dengan tatapan kosong seakan dunia sudah berhenti berputar. Mengapa hanya kedua sosok itu yang ada di ingatan saya? Tak lain tak bukan karena kakek dan nenek dari pihak ayah dan kakek(ayahnya Ibu) sudah lama tiada.

Terekam betul dalam ingatan saya, Ibu sebagai wanita muda yang cantik selalu pergi ke ladang sekitar jam 4 pagi dan kembali lagi ke rumah sekitar jam 6 untuk memastikan anak-anaknya sarapan dan berangkat ke sekolah. Mengapa saya tahu sekitar pukul 4 pagi? Karena sejak kepergian ayah, saya menderita insomnia. Tidur tak pernah nyenyak dan selalu terbangun saat seharusnya orang masih terlelap dalam tidur. Setelah yakin semua sudah beres,biasanya ibu balik lagi ke ladang. Ladang kami terletak di pinggir jalan raya, sehingga saat pulang sekolah, dari dalam angkutan desa, kami bisa melihat ibu yang bekerja sendirian di ladang. Banyak kisah sedih yang tak mampu saya ceritakan . Kisah ibu yang demam karena telapak kaki dan tangannya tertusuk duri dari semak belukar di ladang, yang tingginya mencapai orang dewasa,hanyalah cerita kecil yang tak seberapa. Saat ibu demam, kami bertujuh mengelilinginya dan bingung seperti anak ayam yang ditinggal induknya .Hebatnya ibu, walaupun sakit tetapi selalu memaksa semua anak-anaknya berangkat ke sekolah. Itulah mengapa di buku raport saya dan adik-adik tidak ada keterangan sakit, izin apalagi alpha.Hal yang sama, saat ini saya coba lakukan pada anak-anak saya.

Masa panen ubi, jagung dan bawang adalah masa paling menyenangkan, walau leher terasa sakit saat membawa ubi dan hasil panen di atas kepala, tetapi sukacita saat melihat buahnya yang besar, mampu menghapus rasa lelah. Keseharian ibu hanya ada di empat aktivitas yaitu acara gereja, bekerja di ladang, acara adat dan sesekali berdagang.

Saat ini usia ibu sudah 63 tahun,tetap menjadi orang tua tunggal, memiliki 13 orang cucu. Anak-anaknya pun bekerja dengan berbagai profesi. Pendidikan adik-adik saya juga cukup tinggi, 2 adik laki-laki saya adalah alumni ITB dan menempuh pendidikan S2 di Purdue University, USA.

Kisah perjuangan ibu tak kan pernah saya lupakan. Kasih sayangnya tak kan bisa tergantikan dengan harta apapun. Ibu adalah pejuang sampai akhir hayat. Orang terhebat dan terdisiplin yang pernah saya miliki. Belum ada yang mampu menggeser sosoknya.

Tulisan ini saya buat sebagai ungkapan hati dan pikiran saya yang kagum akan sosok Ibu, bukan untuk menyombongkan diri. Bagaimana dengan ibu para gurusianer?

#selamat jelang Hari Ibu

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Perjuangan seorang ibu bagi anak-anaknya yang sungguh sangat luar biasa, yang tak mungkin bisa terbalaskan oleh anak-anaknya, sampai kapan pun. Saya terharu membacanya, Bu Rumondang.

27 Nov
Balas

Terima kasih Pak atas apresiasinya. Sehat dan sukses selalu

27 Nov

Tak salah jika ibu disebut bagai malaikat tanpa sayap. Tak jauh berbeda cerita hidup kita, Bu guru. Ayah saya meninggal ketika beliau berusia 42 tahun. Jadilah emak menghidupi keenam anaknya seorang diri. Bedanya, emak tidak bekerja di ladang. Dengan keahliannya memasak, kami menjual berbagai makanan dengan modal kecil-kecilan. Saya pun harus membawa kue dagangan kami ke sekolah untuk dijual kepada teman-teman. Emak menghidupi kami dari "masak-memasak". Ketika emak bekerja di asrama SPK Malahayati Medan, pukul 3 dinihari sudah harus pergi ke asrama untuk menyiapkan sarapan siswa di SPK tersebut. Itu pula sebabnya semua anak emak pintar memasak. Allah memberikan rezeki pada orang-orang yang mau berusaha dan selalu dekat dengan-Nya. Setiap hari sepulang sekolah, saya dan adik-adik membuat keripik ubi dan menggiling cabenya. Saat itu, blender masih barang yang mewah. Sekarang, saya sering terheran-heran bagaimana emak yang hanya tamat SD bisa menyekolahkan kami dengan tenaganya memasak ke mana-mana. Namun emak telah berpulang di usianya yang ke-63, meninggalkan anak dan cucu-cucu seperti yang dicita-citakannya. Tidur dengan tenang dalam pelukannya. Semoga kita selalu bisa mensyukuri nikmat-Nya..., ya Bu Guru. Ah....cerita tentang "ibu" memang terlalu sedih untuk dikenang dan terlalu indah untuk dilupakan. Betapa bangga dan bahagianya kita memiliki ibu yang luar biasa. Salam takzim saya untuk ibu tercinta. Pastilah kebahagiaan akan selalu mewarnai hidupnya karena kebaikan yang telah beliau tanamkan. Semoga sehat, bahagia, dan sukses selalu, Bu Guru. ❤❤❤

27 Nov
Balas

Tulisan Pak Edy bagus, saya suka membacanya

27 Nov
Balas



search

New Post