Teror Hoax Saat Corona Mewabah (Tantangan Hari Ke-11)
Teror Hoax Saat Corona Mewabah
#Tantangan Hari Ke-11 #TantanganGurusiana
Membaca berita di media online maupun cetak tentang penyebaran virus corona, membuat hati kita merasa prihatin .Betapa tidak, virus yang ditemukan pada 8 Desember 2019 di Wuhan Tiongkok ini begitu cepat menyebar.Khabar terakhir mengatakan korban meninggal mencapai 56 orang ,300-an kritis serta ribuan orang telah terinveksi virus ini dan tersebar di puluhan negara(korban terbanyak di Tiongkok).
Menurut penelitian,virus corona masih tergolong satu keluarga dengan virus SARS dan MERS. Virus SARS sendiri kita tahu penyebarannya berasal dari hewan musang ke manusia dan ditemukan di Tiongkok juga. Sedangkan virus MERS berasal dari hewan unta di Timur Tengah.
Selain kesedihan dan keprihatinan kita atas penyebaran virus corona ,kita juga turut prihatin dengan saudara kita di Wuhan yang benar -benar terisolasi karena dikarantina (tidak bisa keluar dan masuk ke Wuhan).Bahkan tragedi ini sudah masuk kategori gawat darurat untuk Tiongkok ,walau belum masuk kategori gawat untuk WHO (organisasi kesehatan dunia).
Indonesia sebagai negara yang banyak mendapat kunjungan wisatawan dari Tiongkok ,tentu saja segera bertindak cepat untuk mengantisipasi penularan virus corona. Alat pengukur suhu tubuh dipasang di berbagai pintu masuk transportasi darat, laut dan udara. Rute penerbangan internasional menuju dan dari Wuhan pun telah dihentikan sementara untuk waktu yang belum pasti. Bahkan dalam cuitan presiden Jokowi pada akun twitternya diberikan langkah -langkah pencegahan.
Tapi selain cuitan akun Presiden dan akun kemenkes yang cukup informatif ,ternyata hal kontradiktif justru dicuitkan oleh akun orang cerdik pandai dan yang mengaku ulama. Tanpa ada rasa iba, cuitan ini memulai dengan kata kata turut prihatin dan dilanjutkan dengan kata :mungkin ini azab karena menindas suku Uighur.Maka beramai -ramailah para followernya menghujat etnis tertentu.Dan pada akhirnya mereka telah berperilaku sebagai Tuhan atas tragedi ini.
Pelajaran apa yang saya dapat setelah membaca twitter tersebut? Apakah saya harus marah?Apakah harus membela dengan komentar? Tidak perlu rasanya.Kalau ingin berdebat tentu saya akan mengatakan,ketika wabah virus Mers melanda Timur Tengah apakah itu karena azab atas ulah warga Timur Tengah(saya tidak perlu menyebut asal negaranya). Ah, jika saya ikut berkomentar seperti itu, berarti tidak ada bedanya antara saya dan mereka.Lebih baik menutup mulut, berdoa dan berharap tragedi ini segera berlalu.
Indonesia sebagai negara dengan penduduk yang kemampuan literasinya masih tertatih -tatih (terbukti dengan hasil PISA 2018),memang menjadi ladang yang subur untuk menyebar hoax apalagi bila dibungkus dengan agama. Sudah sepatutnya mereka yang mengaku cerdik pandai, kaum ulama mampu memberikan kedamaian .Jika tidak mampu membuat suasana damai, minimal jangan membuat gaduh dengan narasi-narasi berbau agama. Sejatinya apapun tragedi atau bencana, haruslah kita sikapi dengan bijaksana tanpa harus menyakiti etnis atau golongan tertentu . Salam literasi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Perlu sikap bijak hadapi hal ini. Sukses selalu untuk Bu Rumondang
Terima kasih Bu ,sehat n sukses sllu