Rumondang Sitohang

Hanya wanita biasa. Seorang pendidik yang suka membaca, mengamati dan mencoba membiasakan kebenaran. Hobby berenang dan travelling ala b...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tolong, Jangan Bully Aku!
Foto: mediaguru0322

Tolong, Jangan Bully Aku!

Membaca tema Lomba Menulis Media Guru kali ini, ada perasaan khawatir di hati saya. Khawatir tidak bisa mengirim naskah karena temanya cukup sulit yaitu agar siswa bahagia di sekolah. Kata bahagia tentu saja subjektif dan tidak memiliki ukuran baku. Bagi saya, bahagia itu apabila masih bisa menulis, bernyanyi dan travelling. Tapi bahagia menurut orang lain tentu tidak sama. Walaupun tema cukup sulit, saya mencoba mengirim naskah tentang pengalaman mendampingi anak yang pernah tidak bahagia di sekolah.

Suatu pagi saat hari sekolah, tidak seperti biasanya, anak saya tidak mau bangun. Ketika saya membangunkan, dia malah menangis, wajahnya ketakutan. Saat itu usianya baru 6 tahun. Badannya kecil, berat 15 kg, mau marah dan memaksanya ke sekolah, saya tak sanggup. Biasanya malam hari sebelum berangkat sekolah, dia sudah merapikan baju yang akan dipakai buat besok. Walaupun anak bungsu, tapi anak perempuan saya ini mandiri. Mogok sekolah ini berlangsung selama 2 minggu. Berbagai cara kami upayakan. Mulai dari menanyakan penyebabnya, membujuk, mengimingi hadiah, tapi dia tetap bergeming. Tak mau memberi tahu. Hanya menangis. Saya tanya ke wali kelasnya, tapi wali kelasnya pun tak tahu apa masalah yang dihadapi anak saya. Sebagai orang tua, saya merasa sedih.

Pagi hari, di hari ke-15 mogok sekolah, dia mendekati saya. ”Ma, ayo pindah ke kampung. Dedek mau sekolah, asal di kampung. Dedek enggak mau tinggal di sini. Orangnya jahat semua. Kita tinggal di kampung saja,” katanya sambil menangis. Titik terang mulai terlihat. Tapi dia tetap tak mau memberi tahu siapa yang jahat dan seperti apa jahatnya. Saya pun menjelaskan bahwa tidak mudah untuk pindah. Apalagi saya adalah seorang abdi negara yang terikat dengan tugas kedinasan. Akhirnya anak saya mengatakan dia mau sekolah, asalkan di rumah neneknya. Singkat kata, si bungsu pindah sekolah ke suatu desa kecil di pinggiran Danau Toba. Saya mengantarkannya dan mendaftarkan di sekolah baru. Hanya satu minggu anak saya bertahan di rumah neneknya. Saban hari hanya menangis, tidak mau makan, tidak mau mandi dan selalu memanggil nama saya. Saya merasa was-was. Akhirnya saya jemput lagi ke kampung. Tak kurang dari 10 juta ludes dalam waktu satu minggu hanya untuk transportasi pulang pergi dari kampung ke tempat tinggal kami.

Suatu sore, dia memeluk tubuh saya dan mulai bercerita. Terkuaklah penyebab dia “mogok sekolah”. Anak saya sering ditendang oleh temannya, kepala dipukul dengan botol air mineral. Tidak hanya di sekolah, di mobil jemputan pun dia dibully. Mungkin karena badannya kecil saat itu. “Ma, jangan sedih. Dedek ingin sekolah karena Dedek ingin pintar,” katanya. Keesokan harinya, saya mendaftarkannya lagi. Di sekolah yang ketiga, selama 2 minggu, saya harus ikut “bersekolah” dengan cara duduk di bangku paling belakang. Perlahan anak saya mulai “pulih”. Wali kelasnya sewaktu di kelas 1, membantu saya untuk memulihkan luka batin karena bullying. Saya mengajaknya mengikuti kegiatan yang dia sukai. Karate, lomba fashion dan lomba menulis. Sekarang dia sudah duduk di kelas empat. Bullying merupakan perilaku agresif berupa kekerasan. Bisa kekerasan fisik (pukulan, tamparan, cubitan), kekerasan verbal (panggilan yang kasar), kekerasan psikologis (mengucilkan, menakut-nakuti) maupun kekerasan finansial seperti pemalakan.

Masalah bullying adalah masalah serius. Semua pihak harus bekerjasama menyelesaikannya. Orang tua harus memiliki keterlibatan dan ketegasan jika anaknya adalah pelaku bullying. Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat, mengajarkan perilaku saling mengasihi dan bersepakat untuk melakukan tindakan yang membuat pelaku bullying jera. Orang tua dari korban bullying harus sabar dalam memulihkan psikis anak yang terkena bullying. Tidak mudah, tapi bisa dilakukan agar siswa terhindar dari bullying dan bahagia di sekolah.

Tentang Penulis

Rumondang Ernawati Sitohang, adalah seorang pendidik di SMA Negeri 2 Sukatani Kabupaten Bekasi. Lahir di Pangururan tanggal 8 April. Memiliki hobi menulis, bernyanyi dan travelling. Untuk menjalin komunikasi atau memberi masukan pada penulis, dapat menghubungi WA 081315639877 atau surel [email protected]. Salam Literasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya salam literasi

10 Mar
Balas

Terima Ibu cantik

11 Mar

Semoga Ibu juga menang ya

11 Mar

Semoga Ibu juga menang ya

11 Mar

Keren banget semoga lolos

14 Mar
Balas

Keren ulasannya

11 Mar
Balas

Terimakasih Bu

12 Mar

Mantap, semoga menang,

11 Mar
Balas

Terima kasih Ibu cantik

11 Mar

Semoga Bu Farida juga menang ya

11 Mar

Semoga Bu Farida juga menang ya

11 Mar



search

New Post