Miris Indonesia Darurat Rudapaksa
Mendengar berbagai kasus rudapaksa yang tak berjeda belakangan ini, membuat para orang tua mengurut dada. Lebih mengenaskan lagi, mayoritas korban justru para bocah yang notabene tak berdosa dan sedang asyik-asyiknya menikmati dunianya.
Bagai bukan manusia, para predator seks itu mayoritas justru orang-orang yang dikenal dan atau malah keluarga dekat. Per hari ini saja, di Banyuwangi, seorang gadis kecil berumur tujuh tahun, ditemukan tewas tak bernyawa dan disinyalir menjadi korban rudapaksa. Jasadnya terbujur di kebun kosong tak jauh dari rumahnya. Sebelumnya, di Riau, seorang gadis kelas VII yang berjalan kaki sepulang sekolah, juga dirudapaksa oleh segerombol teman sekelas dan bocah-bocah kelas VI SD. Naudzubillah. Belum lagi berita viral seorang gadis penjual gorengan yang ditemukan tewas terkubur di hutan dekat desanya. Usut punya usut ternyata, gadis baik hati yang berjualan gorengan demi biaya kuliahnya, justru dirudapaksa dan diakhiri hidupnya oleh pemuda bejat penghamba birahi yang juga masih tetangganya sendiri.
Lebih ironis lagi, beberapa santri putri yang justru menjadi korban birahi para pengasuhnya sendiri. Bahkan yang lebih mengerikan, beberapa murid perempuan seperti halnya kasus Gorontalo yang juga dilecehkan gurunya sendiri bahkan di lingkungan belajar yang dimuliakan. Sungguh miris hati ini melihat fakta di negeri yang katanya mengagungkan Pancasila sebagai pandangan dan dasar hidupnya. Banyak peristiwa rudapaksa yang benar-benar di luar nalar manusia normal. Mengapa demikian? Kalau dulu, korban rudapaksa atau pelecehan adalah perempuan-perempuan yang memang sengaja mengundang birahi para lelaki. Namun, belakangan ini , korban rudapaksa mayoritas justru gadis-gadis muda tak berdaya. Gadis kecil, remaja putri, perempuan yang baik-baik saja bahkan gilanya, ada juga balita yang menjadi korbannya. Tak habis pikir kemana perginya akal sehat dan jiwa manusia mereka.
Pengaruh tontonan 17+ yang bebas diakses oleh semua golongan umur melalui gadget mereka, menjadi pemicu dan pemacu merebaknya kasus rudapaksa di Indonesia. Kiranya sudah waktunya, ada tindakan pencegahan dan perlindungan dari para pemangku kebijakan untuk melindungi generasi penerus bangsa Indonesia ini. Tentu bagi para orang tua harus lebih selektif memilah dan memilih orang-orang yang bisa berada di zona aman anak-anak perempuan mereka. Para guru dan wali murid juga harus benar-benar intens akan pentingnya hal ini bagi masa depan generasi emas yang mereka jaga.
Akhirnya, di tengah rintihan dan tangisan para orangtua korban, serangkum doa terlangitkan, semoga Yang Kuasa menjaga kita semua dari bencana. Aaamiin.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar