Kajian Shofahat: Tidak ada Kesalahan pada Istri (Camkan!)

Hari ini, Rabu, 28 Desember 2022, di Rabu terkahir penghujung tahun 2022, kajian Kitab Shofahat fis Shobri alaz Zaujah kembali dilaksanakan. Sebagaimana biasa, kajian kitab ini diampu oleh Kiai M. Faizi, pengasuh PP Annuqayah daerah Sabajarin; Al-Furqan. Dan sebagaimana ghalibnya juga, kajian kitab yang ditulis oleh Syekh Youssef Abjig As-Susi ini ditempatkan di Kafe Kancakona Kopi, Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Kali ini kajian yang sarat dengan ujian bagi seorang suami, menjelaskan tentang kesalahan istri bukan kesalahan istri. Akan tetapi ke-cengkal-an istri, pelayan atau piaraan disebabkan karena seorang (suami) yang bermaksiat kepada Allah swt. Di halam 30 pada paragraf kedua, Imam Syakroni mengatakan, "Aku telah mencoba melakukan ujian terhadap istriku (Ummu Abdurrhaman), dan ia tidak melakukan pelanggaran kecuali karena tekananku." Kemudian Imam Syakroni ingin melakukan kemaksiatan, akan tetapi semua itu tidak membuat perubahan kebaikan. Karena sumber masalahnya adalah suami, maka ketika kembali kepada kebaikan keduanya, hal kebaikan yang diinginkan pun kembali dialami (bahasanya Kiai Faizi: kembali kepngaturan pabrik).

Selanjutnya, pada kajian berikutnya, di dalam kitab Risalah Qusyairi dijelaskan, diceritakan dari Fudlail bin 'Iyadl, mengatakan, "Aku mengetahui bahwa aku bermaksiat kepada Allah swt dengan cara memperhatikan perangai tungganganku, pelayanku, dan isteriku. Bahwa jika mereka dalam keadaan bertingkah, tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka pada saat itu aku sedang bermaksiat kepada Allah. Jika aku menyesal kemudian mereka berubah baik, maka pada saat itu taubatku diterima. Sebaliknya, jika mereka tetap dalam perangai yang menentang, berarti taubatku tidak diterima."

Maka patutlah menjadi renungan, bahwa sebelum mengeluh terkait perangai istri, maka harus melihat dan muhasabah diri, sebelum mengadu terkait dengan kesalahan istri. Begitu juga dengan istri, hendaknya melakukan muhasabah diri sebelum mengadu tentang kelakuan suaminya yang tidak sepantasnya. Dalam hal ini terjadi yang namanya mutawasshith, kesemaan dalam menciptakan kebaikan dan keberkahan dalam hubungan suami-istri.

Demikian juga selanjutnya, bahwa seorang suami harus merasa bahwa kesalahan tidak terletak kepada istri, pelayan, kendaraan (tunggangan), dan lain sebagainya. Akan tetapi semua itu harus dikembalikan kepada dirinya sendiri. Karena setiap persoalan yang timbul disebabkan karena adanya problematika yang datangnya dari diri sendiri. Maka ketika kita menyadari akan kesalahan itu kemudian memperbaikinya, maka kenormalan keluarga dan keharmonisan rumah tangga akan dicapai dengan berkah Allah swt.

Itulah kajian kitab Shofahat: Sabar atas Perangai Istri yang kali ini diletakkan pertama kali di gasibu bagian timur dari Kafe Kancakona Kopi. Terjadi kebaruan dan ada rasa refreshing yang lebih, dimana sebelumnya kajian kitab ini selalu diletakkan di bangunan utama kafe ini. Tentu kita berharap di pengajian berikutnya, di Rabu tahun baru; Januari 2023, pekan terakhir, kita semua masih dapat dipertautkan dalam pertemuan kajian kitab ini. Wallahu A'lam!