NYARIS

Jam 19.08 seperti juga yang terlihat di jam bus, akhirnya si raja jalanan ini beranjak. Dengan gagahnya, Bus Akaz ini berangkat menuju beragam tujuan. Tentu dengan penumpang yang juga beragam. Satu persatu orang-orang yang punya maksud dan keperluan menaiki bus ini. Semakin lama, kursi bus semakin menyesak. Jika kondektur berkehendak berjubelnya penumpang, saya berharap tidak terlalu berdesak. Biar tidak terlalu ruwet. Hee,,,,

Baru sampai di pertigaan Saronggi, kondektur sudah menyodorkan tiket. Maka, saya pun dengan Pak Iswahyudi merogoh kantong celana, menyeleksi dompet untuk ditukar jasa. Rp. 43.000 pun berpindah tempat. Uang adalah alat untuk berbalas jasa atau menuntut jasa. Jika uang segala-galanya, maka tidak segalanya adalah uang. Ada saat uang itu tidak diperlukan. Kapan? Cari jawaban sendiri. Pasti ketemu!

Perjalanan malam tidak terlalu ramai. Pun juga tidak terlalu lengang. Baru saja terjadi sebuah insiden kecil, dengan lafaz "Allahu Akbar" dan istighfar dari beberapa penumpang. Sebuah motor nyelonong tanpa berpikir bahwa ada bus yang sedang melaju kencang. Alhamdulillah, hanya nyaris saja, tidak sampai menimbulkan korban.

***