Ruslina tahir

Bismillahirrohmanirrahim. Nama Ruslina Tahir. Guru SMPN 21 Makassar. Tinggal di Pallangga Kabupaten Gowa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ayah (edisi special)

Ayah (edisi special)

AYAH

(Edisi special : Menyesal)

Beautiful sunday in malino. Mentari begitu menawan dengan warnah cerah di cakrawala, menyapa pagi dari balik celah celah dedaunan pohon pinus yang rimbun. Semilir angin dan udara yang sejuk menambah segarnya pagi. Terlihat para pengunjung menikmati suasanan dengan sangat riang. Aku memilih duduk dibawa pohon pinus ditemani segelas sara'ba hangat. Pandanganku mengikuti langkah dua ekor kuda yang ditunggangi kedua anakku yang ditemani ayahnya, membawa mereka mengelilingi areal wisata pohon pinus yang berbukit bukit. Mereka nampak sangat senang berada di atas punggung kuda itu. Berkuda, itulah wahana yang paling diingini mereka setiap kali berkunjung kesini. Untuk sekali putaran pengunjung harus merogoh kocek 20rb untuk satu ekor kuda. Kini langkah kuda kuda itu telah menyelesaikan satu putaran. Namun si sulungku tidak mau turun dari kuda hitam yang ditungganginya. Si kecilpun tak mau kalah, meskipun belum berani sendiri dan harus ditemani sang ayah menunggang kuda. Rupanya sekali putaran tak dirasa cukup. Sang ayahpun menuruti, ia melihat kearahku sambil memberi isyarat dengan menaikkan dua jarinya yang berarti dua kali putaran. Aku hanya membalasnya tersenyuman kemudian menyeruput sara'ba hangatku. Alhamdulillah...nikmat Allah yang mana lagi yang sanggup aku dustakan?

" permisi bu, numpang tanya toiletnya disebelah mana yah"?

Tanya seorg pengunjung. Sepertinya ia baru kali ini mengunjungi tempat ini.

" di sebelah sana pak"

jawabku sambil menunjuk kearah tempat yang ditanyakannya.

" trimakasih bu"

jawabnya singkat. Aku mengangguk sambil tersenyum kepadanya. Ia pun berlalu pergi. Namun aku sedikit heran, kenapa langkahnya tidak ke arah yang aku tunjukkan? Ia terus berjalan menuju ke sebuah gazebo yang tak jauh dari tempatku duduk. Ia kemudian menyewa seekor kuda dan membantu seorang lelaki tua menaiki kuda itu lantas berjalan mengiringi kuda trsb menuju ke tempat yang ditanyakannya kepadaku tadi. Pandanganku terus mengikuti mereka. Sesampainya di tempat yang dituju orang itu memindahkan sang lelaki tua dari punggung kuda ke punggungnya dan menggendongnya masuk kedalam. Cukup lama juga mereka di dalam. Sementara sang kuda masih setia menunggu di luar.

" maaf bu, apa ibun melihat suami dan mertua saya yg tadi duduk di gazebo sebelah sana?" Tanya seorang ibu yang menggandeng tangan anaknya sambil menunjuk ke arah gazebo dimana lelaki tua tadi duduk .

" oh iya, mereka ke toilet di sana bu" jawabku.

" oh alhamdulillah, trimakasih bu" jawab wanita itu.

" maaf, itu mertua dan suami ibu yah? Subhanallah suami ibu orang sholeh, saya liat beliau sangat sayang pada orang tuanya" kataku kepo.

" iya bu Alhamdulillah, demikianlah seharusnya, setelah apa yang dilakukan orang tua untuk kita sehingga kita besar. Tak perlu menunggu berhasil atau banyak uang untuk memuliakan dan merajakan mereka karena waktu adalah milik Allah. Itu yang selalu dikatakan suami saya" jawab wanita itu santun.

" oh iye, ibu ayo kita ke gazebo disana bu, saya ada bawa banyak makanan, kita makan rame rame"

ajak wanita itu ramah

" Trimakasih bu, saya lagi menunggu anak - anak dan suami saya. Sekali lagi trimaksih yah bu" jawabku.

" oh iya, kalau begitu saya kesana yah bu" katanya pamit. Aku hanya mengangguk dan teraenyum mengiayakan.

Aku jadi teringat ayahku yang telah tiada. Rasanya tertampar dengan kata - kata ibu tadi " tak perlu menunggu berhasil atau banyak uang untuk memuliakan dan merajakan orang tua karena waktu adalah milik Allah"

aku merasa sedih mengingat - ingat masaku dengan ayah. Aku belum berbuat apa apa untuk ayah. Padahal aku yakin ayahku tak kalah hebat dari ayah - ayah yang lain. Bahkan bagiku dia terhebat. Dialah pahlawanku. Aku belum berbuat apa apa untuk ayahku...bahkan saat dia pergi ia masih menghawatirkanku. Ya Allah andaikan saja waktu bisa diputar kembali aku ingin memuliakan dan merajakannya sekuatku ya Allah. Namun itu tak akan mungkin.

Ya Allah hamba titip ayah hamba padamu, bahagiakan ia di sana, tempatkan di tempat yang terindah dan termulia disisimu, kumpulkanlah ia di sana dengan orang orang sholeh dan pertemukan dia dengan Rasulullah saw.

Terbertik rasa sesal di dada ini. Aku menyesal.....

Ayah....

Karena lelahmu aku berhasil

Namun apa guna keberhasilan ini jika kau tak menikmatinya.

Ayah...

Karena jasamu aku bahagia

Namun apa guna kebahagiaan ini jika kau tak turut merasakannya

Ayah...

Karena kasihmu aku mandiri

Namun apa guna kemandirian ini jika kau tak melihatnya.

Ayah...

Kau pergi sebelum kau merasakan legahmu.

Kau pergi sebelum kau menikmati hasilmu

Kau pergi sebelum kumampu membuatmu menjadi raja.

Ayah...

Maafkanlah anakmu ini..

Hanya doa yang bisa kupanjatkan untukmu. Semoga engkau bahagia di alam sana...

😔😔😔😔😔😔

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah, cerita yang membuat aku tertampar. Kata-kata yang menohok Bubd "tidak perlu menunggu berhasil dan banyak untuk memulyakan dan merajakan orang tua". Subhanallah, kalimat yang sangat dalam, menggugah hati. Jadi teringat orang tua yang telah tiada Bund. Sukses selalu dan barakallah

20 Jan
Balas

Aamiin salam sukses juga bunda. Thaks sudah mampir.

20 Jan

Tulisan yang mengharu biru tentang seorang ayah...Semoga kita bisa menjadi anak yang berbakti kepada orang tua...Terima kasih Bu Ruslina..

20 Jan
Balas

Aamiin....trimakasih kembali sudah mampir. Salam sukses dari makassar

20 Jan

Alhamdulillah baik. Makassar masih digutur hujan..

29 Jan
Balas

apa kabar Makasar? kisah yang mengharukan ...

28 Jan
Balas

Alhamdulillah. Makassar diguyur hujan. Semoga hujannya membawa berkah.

29 Jan



search

New Post