Ruslina tahir

Bismillahirrohmanirrahim. Nama Ruslina Tahir. Guru SMPN 21 Makassar. Tinggal di Pallangga Kabupaten Gowa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru , cita-cita dan hobiku

Guru , cita-cita dan hobiku

Nama saya Ruslina Tahir. Sejak tau yang namanya cita cita , saya ingin menjadi guru. Tepatnya ingin menjadi guru agama. Alasannya karena waktu itu dikampung saya, saya menyaksikan guru sangat dihargai. Ketika ada acara apapun di kampun seperti pernikahan, hakikah, atau acara yang diadakan pihak pemerintah kampung, guru selalu di beri tempat terhormat. Mereka sangat di hargai. Apalagi jika acara itu dilaksanakan di siang hari, betapa berwibawa dan terhormatnya guru - guru kami datang dengan seragamnya. Bukan Cuma itu, bagi saya saat itu guru adalah orang yang sangat hebat karena mereka pasti pintar. Dan mengapa guru agama? Yah karena waktu itu saya paling suka pelajaran agama. Dan saya juga sangat suka dengan ibu guru agama saya namanya ibu Jouhari, dia berwibawa dan sangat lembut tutur katanya. Dibenak saya saya ingin menjadi guru yang terhormat berwibawa pintar dan baik seperti ibu guru Jouhari.

Berbeda dengan anak anak kebanyakan yang biasanya memiliki cita cita berubah dan berganti ganti, saya tdk pernah merubah cita cita saya. Beruntung saya dilahrkan dari keluarga yang menomorsatukan pendidikan. Ayah saya hanya petani biasa sekaligus pedagang kecil, tapi beliau sangat menjunjung tinggi ilmu dan pendidikan, ia sangat pintar terutama dalam bidang matematika, tulisannya juga sangat bagus. Menurut beliau dulu ingin sekali sekolah tinggi, tapi sayang keinginannya tak kesampaian karena kedua orangtuanya meninggalkannya saat masih kecil, beruntung ayah saya bisa tamat Sekolah Rakyat. Ibu saya wanita desa yang tidak memiliki ijazah SD sekalipun. Menurut cerita beliau sempat sekolah di Sekolah Rakyat (SR) tapi hanya sampai kelas 5, dan berhenti karena dinikahkan dengan ayah saya. Meski demikian keduanya bertekad menyekolahkan kami, 10 anaknya sampai sarjana. Bagi mereka pendidikan adalah bekal hidup yang paling baik. Semasa hidup, berulangkali ayah saya mengatakan kepada kami anak anaknya bahwa ayah tidak bisa mewariskan harta benda karena ayah tidak memiliki itu, harta ayah adalah kami anak – anaknya, ayah tak terlalu memikirkan untuk mengumpul harta benda, hasil keringat dari Allah yang terutama adalah untuk pendidikan kami, dan bagi ayah saya pendidikan yang kami peroleh itulah warisan untuk kami.

Saya mulai mengajar kira kira sejak tahun 2000, waktu itu saya diminta mengajar bahasa inggris oleh seorang guru bahasa inggris di SMA Hangtua. Belau bernama Ibu Rahmatiah, ia yang mendirikan sebuah kursus bahasa inggis dan saya diberi tugas mengajar siswa siswa SMA Hangtua yang ikut di tempat kursusnya setiap hari ahad. Beberapa bulan kemudian karena saya harus mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) saya akhirnya resign. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Negeri Makassar pada awal tahun 2002, akhirnya cita cita saya terwujud, saya tercatat sebagai guru bidang studi bahasa inggris di SMA Ittihad Makassar tahun itu juga, dengan status guru honorer. Saya sangat menikmati profesi saya meskipun gajinya sangat kecil. Untuk mendapatkan tambahan penghasilan saya berusaha mencari tempat mengajar lain, dan saya ingin sekali mengajar di sekolah negeri dengan harapan siapa tau suatu saat bisa jadi batu loncatan dari status honorer menjadi PNS. Akhirnya kira kira thn 2004/2005 saya ditawari mengajar mulok bidang studi bahasa inggis di SD Negeri Bali. Sambil mengajar di kedua sekolah tersebut saya juga membuka les di rumah kakak saya dan di rumah sepupu saya. Sungguh saya sangat menikmati pekerjaan saya. Dan saya merasa seperti melakukan hobi saya. Karena masih memiliki banyak waktu yang luang, sebab jadwal di SMA 2 hari seminggu dan di SD Cuma sekali seminggu, sayapun akhirnya mencari tempat mengajar lain, dan akhirnya saya mengajar di SMP- SMA Makassar Mulia yang tidak jauh dari kediaman saya.

Pada tahun 2006 saat itu jaman pemerintaha SBY JK, bapak wapres Jusuf Kalla meluncurkan program pengiriman guru indonesia ke malaysia untuk mengajar anak anak indonesia yang tinggal diperkebuna kelapa sawit yang ada di sabah Malaysia. Atas doronga kakak saya (karena menurut informasi yang di dapat saat itu, guru yang terseleksi saat selesai kontrak akan diperjuankan menjadi PNS,meskipun ujungnya ternyata tak ada realisasinya)akhirnya saya pun mengikuti tes seleksi di lpmp selama 2 hari. Dan tak pernah saya sangka saat pengumuman nama saya ada pada posisi teratas dan berarti saya akan bertugas Mengajar Di Malaysia untuk anak anak TKI di perkebuna selama 2 tahun. Pengiriman guru indonesia ke Malaysia saat itu adalah angkatan pertama, dari semua provinsi di indonesia saat itu terseleksi 51 guru diantaranya adalah saya dan 7 org teman saya perwakilan dari pulausulawesi.

Sempat galau karena saya berat meninggalkan sekolah saya terutama SDN Bali karena waktu itu ada pendataan honorer kategori 1 meskipun saya belum masuk dalam kategori itu, tetapi saya optimis akan ada kategori selanjutnya dan kemungkinan saat itu terjadi, saya sudah memenuhi syarat masuk dalam database. Tapi akhirnya saya menemukan solusinya, saya mengajukan permohonan kepada kepala sekolah sd negeri bali saat itu pak Syamsul kurusi, S.Pd, agar nama saya tetap tercatat sebagai guru dan tugas saya selama saya pergi,akan di lakukan oleh adik saya yang juga kebetulan baru menyelesaikan S1 Sastra inggris di UNHAS. Dan Alhamdulillah Beliau sangat mendukung saya. Adik saya ini pulalah yang menggantikan nama saya di SMA Ittihad dan di SMP SMA Makassar Mulya.

Singkat cerita, sampailah saya di lokasi tempat tugas saya di Sabah Malaysia. Nama sekolahnya Humana House No. 56 Ladang Pintasan 2 Kwantas plantation Sabah Malaysia. Disana saya merasa sangat berguna dan sangat bahagia menjadi seorang guru. Mengajar anak anak bangsa yang terpinggirkan di rantau dan terkurung dalam perkebunan, anak anak yang haus akan pendidikan. Saya tidak hanya menjadi guru mata pelajaran disana tetapi saya menjadi guru Darjah (SD) skaligus guru Tadika (TK). Jumlah muris kami waktu itu ada 80 orang siswa . Sekolah kami hanya ada 1 ruangan dan diisi oleh murid Tadika (TK) dan sekaligus murid Darjah (SD) dari kelas 1 sampai kelas 6. Kami hanya mengatur tempat duduk mereka dan meletakkan papan tulis pada posisi yang tepat. Satu papan tulis untuk 2 tingkatan, jadi papan itu kami garis ditengah sebagai pemisah. Di sekolah ini saya hanya dibantu oleh 1 orang guru yang berkebangsaan Pilipina yang lebih dulu disana sebagai guru Human (guru yang disediakan pusan bimbingan). Karena hanya 2 orang maka kami sangat sibuk pada proses pembelajaran karena harus mengajar beberapa tingkat dalam waktu yang sama.Namun demikian itu malah membuat saya semakin bersemangat apalagi jika berada ditengah tengah anak anak murid yang memiliki cinta yang sangat tulus. Ditempat saya ini ada sebuah mushollah yang hanya dibuka pada hari jum’at saja. Melihat itu saya memberanikan diri menemui pak cik pemegang kunci mesjid agar saya diizinkan mengajar anak anak sholat berjamaah lima waktu di sana sekalian mengajari mereka membaca tulis Al Qur’an karena kenyataanya juga tak ada yang mengajari anak anak ini. Alhamdulillah pakcik ini sangat senag bahkan beliau pun akhirnya bersedia menjadi imam sholat berjamaah kami, seiring waktu berjalan, lama kelamaan makmum dari kalangan orang dewasa pun bertambah. Sungguh banyak sekali kenangan indah dan mengesankan disana.

Pada tahun kedua tugas saya Menjadi guru indonesia di Malaysia, saya mengajukan mutasi untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengalaman dan sekaligus berusaha memberi banyak manfaat kepada lebih banyak anak anak ladang. Akhirnya saya mengajukan permohonan mutasi ke ladang lain. Dan Alhamdulillah permohonan itu dikabulkan oleh direktur lembaga yang menaungi pusat bimbingan Humana sebagai lembaga yg memegang kerjasama dengan Pemerintah Indonesia dan Malaysia pada program penangana pendidikan anak anak TKI, saat itu yang menjabat adalah Mr. Torban Venning seorang yang berkebangsaan Denmark.Saya akhirnya mutasi ke Humana House No. 39 Morisem 3 IOI Plantasian sabah malaysia. Di tempat ini juga kondisi dan suasana sekolah hampir sama. Bedanya di tempat baru ini selain saya ada 2 orang guru lainnya. Ada banyak sekali kisah ditempat kedua saya ini, dan tak kalah indah dan mengesankan.

Pertengahan tahun 2008 akhirnya saya menyelesaikan kontrak saya dan sayapun kembali mengajar di SD Negeri Bali kali ini saya di jadwalkan 2 hari dalam seminggu. Karena merasa masih banyak waktu luang akhirnya saya mencari tempat mengajar lagi dan akhirnya tahun itu juga saya tercatat sebagai guru di SMP Muhammadiyah 1 Makassar. Ditempat inilah saya banyak mendapatkan pelajaran bagaimana mengelola administrasi guru (perangkat pembelajaran)dan bagaimana menjadi guru yang kreatif, inovatif dan profesional, ini semua tidak lepas dari perana kepala sekolah kami saat itu yang sangat peduli dengan peningkatan mutu guru –gurunya. Saya sangat bangga dan berterimakasih kepada beliau bapak Nurdin Massi, M.Si.

Merasa masih bisa membagi waktu, apada tahu 2012 saya tercacat sebagai dosen di Sekolah tinggi Ilmu Keperawatan dan Akademi Kebidana di yayasan Gunungssari makassar. Saya mengajarkan Mata Kuliah Bahasa Inggris I dan II. Ini berarti saya telah berdiri di depan murid dari tingkat TK, SD,SMP,SMA,dan Perguruan Tinggi meskipun status masih tanpa Nomor Induk Pegawai (NIP). Itu suatu kesyukuran dan kebahagiaan bagi saya walaupun saya ini hanya guru biasa dan jauh dari predikat guru hebat.

Menjadi guru dengan status honorer, kontrak atau GTT bagi saya bukanlah masalah, saya sangat menikmati karena seakan saya melakukan hobi saya, meskipun keinginan menjadi PNS juga sangat besar. Bekerja dengan ikhlas dan terus berdoa untuk perbaikan nasib itu yang berusaha saya lakukan. Dan Tuhan pun menjawab doa doa saya, saya akhirnya mendapatkan NIP pada tahun 2014 dengan penempatan SD Negeri Bali. Saya akhirnya diamanahkan menjadi wali kelas 6. Dan sekarang ini saya telah mutasi lagi ke SMP 21 Makassar.

Menjadi guru dari tahun 2002, SMA Ittihad Makassar, SD NEGERI BALI, SMP – SMA Makassar Mulya Makassar, Humana House no56 Pintasan 2 Kwantas plantation Sabah Malaysia, Humana House 39 Jumlah muris kami waktu itu ada 80 orang siswa Morisem 3 Sabah Malaysia, SMP Muhammadiyah 1 Makassar, Stikper Gunungsari Makassar, Akbid Gunungsari Makassar, adalah hal yang sangat menyenangkan bagi saya. Namun pasti juga banyak ketidak sempurnaa bahkan mungkin kesalahan atau khilaf yang telah saya lakukan, itu semua tidak tersepas dari sisi saya sebagai manusia biasa karena guru juga manusia, tapi terlepas dari itu tak ada niat lain kecuali niat seorang guru yang ingin melihat muridnya menjadi baik dan lebih baik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post