Kisah Ikan Dundung dan Naga (Part 4)
Setelah istirahat yang dijamu dengan makan malam bersama, sang kepala suku meminta agar pangeran Liong menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke kampung Talampar.
“Maafkan hamba tuanku, ada apakah gerangan di utus oleh paduka raja untuk datang ke kampung hamba yang kumuh ini”. Tanya kepala Suku begitu santunnya dan sangat rendah hati. Atas ungkapan sebuah perasaan tersebut, pangeran Liong tersenyum kecil. Sangat kagum atas sikap yang ditunjukkan oleh warga kampung yang sangat bersahaja.
“Baiklah Tuan, saya diutus oleh paduka raja karena ada sesuatu yang ingin diberikan oleh rakyat yang ada di kampung ini, tetapi apa nama kampung ini tuanku ?”.
“Ini kampung Talampar tuanku, kampung yang kecil, tetapi kami hidup rukun dan damai”.
Pangeran Liong hanya bisa bergumam. Namun tak perlu berfikir panjang, pangeran Liong menjelaskan maksud kedatangannya ke kampung Talampar. Beliau menceritakan mulai dari awal beliau yang hendak berburu, sampai menemukan kampung tersebut dan mengamati kehidupan warganya. Dengan penjelasan dari pangeran Liong, sang kepala Suku hanya menganggukkan kepala saja.
Selain dari memberikan bantuan kepada warga kampung Talampar tersebut, pangeran Liong juga menjelanskan bahwa ia juga harus tinggal dikampung tersebut bersama pasukannya untuk memberikan pelatihan keterampilan. Setelah warga terampil dan mandiri, maka pangeran Liong baru akan meninggalkan kampung tersebut.
Mendengar cerita dari pangeran Liong, sang kepla suku sangat senang sekali mengucapkan ribuan terimakasih kepada pangeran Liong.
“Terimakasih pangeran, terimakasih sekali, saya mewakili penduduk saya menerima pangeran dengan senang hati untuk tinggal di kampung ini”.
Malam pun berlalu, pada kesokan paginya, pangeran Liong meminta prajuritnya untuk berkumpul disebuah ruang pertemuan milik kepala suku. Dalam pertemuan tersebut pangeran Liong langsung menyampaikan kepada seluruh prajuritnya untuk melaksanakan tugas dari baginda Raja Naga dengan sebaik – baiknya.
“Para Prajuritku, kita akan tinggal beberapa hari dikampung ini, sesuai dengan amanah baginda Raja”.
“Siap pangeran”. Jawab serentak dari para prajurit yang tetap kompak, dan pangeran Liong pun terus menyampaikan apa yang menjadi tujuannya.
“Para prajuritku yang gagah perkasa, selama kita berada disini, hendaknya kita bisa ber baur dengan rakyat, dan jangan ada yang merasa jika kita adalah pasukan kerajaan, tetapi anggaplah kita sebagai rakyat biasa”.
Mendengar amanah dari pangeran Liong, sepertinya para prajurit tanpak lebih senang dengan bersikap seperti rakyat biasa. Sementara sisi lain, tepatnya disebuah balai pertemuan warga, sang kepala suku juga mengumpulkan warganya untuk menyampaikan bahwa pangeran Liong dan prajuritnya akan tinggal dikampung mereka. Banyak hal disampaikan oleh sang kepala suku, terutama adalah kepala suku meminta seluruh seluruh warganya agar patuh dan mau melayani pangeran Liong dan prajuritnya. Dan kepala suku juga meminta agar menganggap bahwa pangeran Liong juga pemimpin di kampung mereka.
Suka cita dan rasa bangga yang dirasakan penduduk kampung Talampar atas kehadiran pangeran Liong. Hari yang terus berlalu, dengan berbagai bekal yang diajarkan oleh pasukan kerajaan kepada penduduk kampung Talampar ternyata membawa perubahan yang besar bagi penduduk. Para wanita yang smakin terampil dan kaum pria terutama para generasi mudanya memiliki ketrampilan.
Tanpa disadari, ternyata hitungan hari untuk tinggal di kampung Talampar rupanya sudah memasuki hitungan bulan. Akhirnya dengan melihat kondisi penduduk kampung Talampar yang semakin membaik, maka pangeran Liong segera menarik pasukannya untuk kembali ke kerajaan Naga.
“Maaf Tuan, sepertinya kami sudah cukup lama tinggal dikampung ini, dan mungkin sudah terlalu lama kami merepotkan Tuan”.
“Hahaha, Maaf pangeran, justru kami yang minta maaf karena sudah merepotkan waktu pangeran dan tidak melayani dengan baik”.
“Tuan, sepertinya sudah saatnya saya dan para prajurit harus meninggalkan kampung ini”.
“Mengapa begitu cepat pangeran”.
“Sesuai dengan amanah Baginda Raja, setelah saya dan para pajurit membekali keterampilan kepada penduduk, maka kami harus segera kembali ke istana”.
Mendengar ucapan pangeran, maka kepala suku pun bersedih, namun semua itu merupakan amanah dari paduka Raja, maka sang kepala suku pun tidak dapat menahannya.
Pada keesokan harinya, sang kepala suku meminta kepada warganya untuk membuat sebuah acara sebagai ungkapan terimakasih kepada pangeran Liong. acara sekaligus melepaskan kepergian pangeran Liong beserta pasukannya tersebut diiringi rasa sedih. Sebab pangeran Liong dan pasukkannya sudah dianggap seperti bagian dari keluarga penduduk itu sendiri.
Disela waktu sebelum pangeran Liong berangkat, sebuah amanah untuk warga penduduk kampung Talampar adalah tetap percaya diri, yakin pada kemampuan sendiri, jangan pernah mengeluh, patuh kepada kepala suku, serta saling tolong menolong kepada sesama.
Setelah amanah tersebut pangeran Liong pun segera berangkat menuju istana. Para penduduk kampung Talampar pun sangat bersedih, tangis haru atas keberangkatan pangeran Liong pun mewarnai kampung Talampar.
...Bersambung....
###
Asahan, 19 Juli 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ceritanya pak Rusman, menarik untuk disimak. ..keren, sekeren penulisnya.. Jangankan anak-anak, kita yang dewasapun sangat suka.. Suskes ya Pak.. Salam santun
Terimakasih ya ibu
Penulis berbakat, luar biasa dinda. Ditunggu lanjutan ceritanya.
Terimakasih abangda.
Semoga sukses selalu... Pk
Terimakasih pak