Cerita Di Sabtu Pagi tantanganday4
Sejak dini hari, Jakarta sudah diguyur hujan. Menjelang pagi curahan air dari langit semakin deras. “Jadi Yah, berangkat ke Bandung?” tanya saya pada suami yang sedang bersiap-siap.
“Ga tau nih, masih nunggu kabar dari teman-teman.” Suami saya menjawab sambil memasukkan beberapa berkas yang diperlukan.
Saya sendiri tengah sibuk menyiapkan sarapan di dapur. Menyadari hujan turun dengan deras, saya bergegas menuju lantai dua rumah saya. Sampai di atas, langsung saja saya menata beberapa wadah plastik berupa ember dan baskom tepat di bawah tetesan air yang dengan senang hati bertamu pagi ini di rumah. Yah, rumah saya bocor, saudara-saudara.
Tetesan air dari tempat yang bocor semakin banyak, sampai-sampai merata di seluruh ruang tengah di lantai dua rumah saya. Saya pun sibuk menempatkan wadah-wadah lain di titik bocor yang belum kebagian untuk ditampung. Suami saya menyusul dan ikut melap dan ngepel bagian-bagian dari ruangan yang sudah terlanjur basah. Subhanallah, berkah hujan.
Setelah yakin semua lokasi yang bocor mendapatkan wadah tampungannya, dan situasi aman terkendali, saya pun bergerak cepat menuju dapur menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Tiba-tiba suami sudah di dapur dan berkata, “Udah mau berangkat, Mi. Nanti aku dijemput di depan gang.”
“Oh, ya sudah, ini sarapan dulu.” Kataku sambil menyodorkan sepiring nasi dengan lauknya.
Hujan berangsur mereda. Hawa dingin menyeruak masuk rumah tatkala saya membuka pintu. Penjemputnya sudah tiba di titik penjemputan. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, suami saya pamit untuk berangkat. Dengan membawa payung hijau, ia berjalan cepat menghampiri mobil jemputan. Fiiamanillah ayah, semoga perjalanannya lancar.
Tinggallah saya dan anak-anak yang baru saja selesai sarapan. Di luar masih gerimis, menyisakan rasa dingin. Hmm, bikin mager deh. Hari libur memang enaknya santai. Tapi seperti biasa, Sabtu dan Minggu adalah jadwal saya ke pasar. Karena sudah bisa dipastikan bahwa stok bahan makanan yang ada di kulkas sudah habis. Jadi mau tidak mau saya harus berbelanja demi menyiapkan stok bahan masakan untuk sepekan ke depan.
Setiap ke pasar, saya akan membawa banyak tempat berupa wadah-wadah plastik. Hal ini saya lakukan agar saya tidak membawa pulang sampah plastik ke rumah. Upaya yang sangat sederhana memang, tapi lumayan, agar bisa mengurangi limbah plastik yang berasal dari rumah tangga, yang setiap harinya jika dikumpulkan dari semua penduduk Jakarta saja, jumlahnya berton-ton. Jumlah yang sangat fantastis, bukan. Bayangkan, bumi kita akan tertutup sampah jika hal ini dibiarkan tanpa adanya upaya pencegahan. Semoga, semakin banyak pihak-pihak yang sadar dan berusaha untuk mensiasatinya.
Oh iya, jumlah wadah yang saya bawa selalu saya sesuaikan dengan banyaknya jenis belanjaan yang akan saya beli. Untuk ikan, ayam, hati, tahu, tempe, cumi-cumi, teri, sayuran, cabe dan bumbu-bumbu yang lainnya. Termasuk wadah untuk jajanan seperti cilok, martabak, dan kue pukis pesanan anak-anak.
Ketika asyik menyiapkan wadah-wadah tersebut, tetiba lampu di rumah padam. Seketika ruangan menjadi gelap. Anak-anak berteriak dari lantai dua, “Ummi, gelap. Mati lampu ya?”
“Iya, sebentar ummi cek dulu ya.” Saya tengok rumah tetangga kiri dan kanan. Wah, tidak kelihatan. Akhirnya saya coba cari tau dengan mengirim pesan via whatsapp ke salah satu tetangga yang dekat rumah, menyanyakan apakah di rumahnya mati lampu atau tidak. Hmm, tidak ada jawaban. Lalu, masih melalui aplikasi yang sama, saya mencoba bertanya ke tetangga yang lain. Tidak lama pesan di gawai saya masuk. “Di rumah tidak mati lampu bu guru, ini saya baru selesai gosok pakaian.” Jawab bu Upi, tetangga saya. Ternyata mama Malika juga memberikan jawaban yang sama, bahwa di rumahnya listrik tidak padam.
Saya tertegun, bertanya-tanya dalam hati, “Apa yang terjadi dengan listrik di rumah saya? Kenapa tiba-tiba padam, ya?” Rencana ke pasar akhirnya tertunda. Saya penasaran. Saya akan cari tau, apa penyebabnya. (Bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hebat bu ditunggu lanjutannya ya
Siap bun, insyaalloh di postingan berikutnya ya..
Hmm.. siapa yg matiin listriknya ya?
Aduh, saya juga bingung bun.. hehe
Ya sudah, saya saja yg ke pasar ya bun
Kuylah bun.. hehe
Waduh bikin penasaran .to be continue nya ayo dong dilanjut bunda
Siap bun, insyaalloh postingan berikutnya yah.. hehe