Kisah Inspiratif Seorang Tukang Kayu #tantanganday30
Hampir empat tahun belakangan ini, saya menjalani tugas menjadi abdi negara di bidang pendidikan. Sudah bisa ditebakkan apa pekerjaan saya? Yup, profesi saya adalah sebagai seorang guru PNS di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Jakarta.
Dalam menjalani aktivitas keseharian, dibeberapa kesempatan saya menemui rekan-rekan guru senior yang saat ini sudah pensiun ataupun yang sedang menghitung hari untuk memasuki masa purna bakti ini. Macam-macam sekali rencana mereka saat akan menjalani masa-masa pensiun nanti. Tapi, saya tidak akan membahasnya saat ini.
Di tulisan saya kali ini, saya ingin sedikit berbagi kisah tentang pensiunnya seorang tukang kayu. Barangkali bisa diambil hikmah dan pelajaran yang terkandung di dalamnya. Selamat menyimak.
***
Tersebutlah seorang tukang kayu yang merasa bahwa dirinya sudah berusia senja. Ia berniat untuk pensiun dari pekerjaannya sebagai tukang kayu. Pekerjaan tersebut telah ia jalani selama puluhan tahun. Ia bermaksud ingin menikmati masa tuanya bersama keluarga, istri dan juga anak cucunya.
Suatu ketika, sebelum ia memutuskan untuk berhenti bekerja, ia menyadari bahwa dirinya akan kehilangan pendapatan rutin yang setiap bulan ia terima dari hasil pekerjaannya sebagai tukang kayu tersebut. Namun demikian, ia lebih mementingkan keadaan dirinya. Ia sadar betul, bahwa tubuhnya yang sudah renta karena termakan usia, tidak memungkinkannya lagi untuk dapat melakukan kegiatan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Tibalah saatnya ia mengatakan maksud dari rencana bahwa dirinya ingin pensiun kepada mandornya. “Sebelumnya ijinkan saya memohon maaf Pak, tenaga saya rasanya sudah tidak sekuat dulu, sehingga saya sudah tidak sanggup lagi untuk membawa beban berat saya saat bekerja.”
Sang mandor tertegun mendengar perkataan tukang kayu tersebut. Ia merasa sangat sedih karena dirinya akan kehilangan salah satu tukang kayu terbaik, seorang ahli bangunan handal yang dimiliki dalam timnya tersebut. Namun apa mau dikata, mandor tidak dapat memaksakan kehendaknya untuk menghentikan rencana si tukang kayu yang mau berhenti bekerja.
Lalu, sang mandor meminta sebuah permintaan terakhir sebelum si tukang kayu pensiun. Tukang kayu diminta oleh sang mandor untuk sekali lagi membangun sebuah rumah sebagai yang terakhir kalinya sebelum tukang kayu tersebut benar-benar berhenti bekerja.
Dengan berat hati, akhirnya si tukang kayu menyanggupi permintaan mandornya tersebut. Walaupun sebenarnya ia merasa sangat kesal. Hal ini dikarenakan ia sudah benar-benar ingin berhenti dan segera akan pensiun.
Di hari pertama proyek tersebut, sang mandor hanya tersenyum dan berpesan, “Seperti biasa, kau adalah andalanku, aku sangat percaya padamu. Jadi, kerjakanlah dengan usaha terbaikmu. Seperti saat-saat sebelumnya ketika kau masih bekerja denganku. Di proyek terakhirmu ini, kamu bebas membangun dengan menggunakan semua bahan terbaik yang ada.”
Tak lama kemudian, tukang kayu itupun memulai pekerjaan terakhirnya itu dengan rasa enggan. Ia nampak malas-malasan dan bahkan terkesan asal-asalan dalam membuat rangka bangunan. Ia tidak mau lagi untuk repot-repot mencari bahan bangunan yang baik. Akhirnya ia pun hanya menggunakan bahan-bahan bangunan yang berkualitas rendah. Sungguh sangat disayangkan, di akhir karirnya, ia justru memilih cara yang kurang baik.
Tak terasa, hari berlalu dengan cepat. Akhirnya, bangunan rumah itupun selesai. Sang mandor datang memeriksa ditemani si tukang kayu. Sesaat ketika sang mandor hendak masuk, ia memegang gagang pintu untuk membuka. Lalu ia pun berbalik dan berkata, “Ini adalah hadiah dariku untukmu, rumah ini kini menjadi milikmu.”
Mendengar hal itu, si tukang kayu pun kaget bukan kepalang. Ia merasa sangat menyesal. Kalau saja sejak pertama ia tahu bahwa ia sedang membangun rumahnya sendiri, maka ia pasti akan membangunnya dengan sungguh-sungguh dan dengan menggunakan bahan yang berkualitas. Akhirnya, dengan rasa penyesalan yang sangat dalam, di masa pensiunnya itu, si tukang kayu harus tinggal di sebuah rumah yang ia bangun sendiri dengan asal-asalan.
***
Jadi, akhir hidup kita ditentukan oleh usaha kita sendiri. Tutuplah terakhirnya dengan hal-hal yang baik. Sehingga apa yang kita tinggalkan nantinya akan mendapatkan kesan yang baik. Yang akan selalu dikenang hingga akhir hayat kita.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar