Siapa sih yang tak kenal dengan Eko Prasetyo? Penulis di Gurusiana atau jebolan pelatihan menulis MediaGuru (MG) sebagian besar mengenalnya karena fotonya seringkali terpampang di flyer pelatihan menulis MG sebagai salah satu narasumbernya. Penampilannya selalu rapi dengan sweater kesukaannya. By the way, tahu tidak mengapa dia senang sekali memakai sweater? Saat pelatihan kelas editor di Batu, dia mengatakan bahwa itu salah satu trik agar jika sampai ketiaknya berkeringat, dia tidak akan ragu untuk mengangkat tangannya saat menerangkan pada peserta, hahaha… a good idea. Bisa kita contoh kan?

Satu lagi yang membuat sebagian besar pembaca tulisannya gemas adalah gaya tulisannya yang begitu khas. Ceritanya ringan, mengalir, dan pada paragraf terakhir selalu membuat pembaca surprised, ngakak, bahkan jijik,hahaha. Karena beberapa kali mengetahui hal itu, maka saya punya cara agar tidak merasa gemas atau kesal di akhir cerita. Strategi saya yaitu baca judul dan paragraf pertama agar sedikit mengetahui apa yang ingin disampaikannya lalu langsung to the point ke paragraf terakhir. Setelah puas tertawa sendiri, barulah menikmatinya dari awal lagi,hahaha. Itulah daya tarik tarian penanya yang membuat tulisannya selalu dibanjiri komentar.

Siang ini setelah menikmati sarapan nasi pecel tumpang, tiba-tiba saya membaca komentarnya di kolom saya di Gurusiana yang berjudul "Bagai Candu dan Kompor" yang saya tulis tepat di malam pergantian tahun.

Tulisane lunyu tenan George gun doors.

Tiga kata pertama di komentarnya bisa saya pahami sebagai orang Jawa tetapi tiga kata berikutnya membuat saya garuk-garuk kepala.

Sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris, tentu saja secara spontan saya berpikiran ini istilah atau jenis penulisan dalam Bahasa Inggris. Namun, semakin mata ini dalam memperhatikannya, secara tata bahasa tentu saja ada yang salah dan maknanya pun tak karuan. Sejurus kemudian saya tanya pada dua sahabat penulis saya, Dewi dan Ulin. Nampaknya mereka juga tidak paham. Ya sudahlah. Akhirnya jalan satu-satunya ya tanya pada “Mbah Google”,hahaha. Ketika sudah saya ketikkan dan enter, hasilnya tiga kata itu terpisah-pisah pada artikel yang ada.

Duuuhh… Rasa penasaran semakin membuncah. Mau bertanya langsung kok saya sungkan, tapi jika tidak tahu jawabannya bagaimana saya bisa merespon komentarnya di Gurusiana. Jangan sampai nanti balasan saya dianggap “Jaka Sembung naik ojek… Gak nyambung Jek!”hahaha.

Akhirnya saya teringat pada dosen S-1 yang juga penulis banyak buku dan penggiat literasi, Much. Khoiri. Karena saya sering sharing tentang penulisan maka saya coba bertanya agar tidak penasaran dan pusing di awal tahun,hahaha.

Pak Dosen… Apa maksud dari George gun doors?

Jos gandos

Dari siapa itu?

Hahaha… Saya gak sejauh itu. Saya kira istilah untuk penulisan atau apa.

Mas Eko. Terima kasih Pak.

Ya begitulah Mas Eko

Setelah membaca balasan Much. Khoiri tawa pun meledak. Lega campur malu, hahaha. Ya Allah… ternyata itu bukan istilah dalam penulisan atau Bahasa Inggris. Dan setelah tulisan ini saya upload, saya akan balas komentarnya.

Matur nuwun satu ilmu barunya Mas dan saya tak akan melupakan tiga kata istimewa di awal tahun baru ini.