MAHKOTA YANG TERKOYAK
Tak seperti biasanya, malam ini hujan teramat deras. Petir dan kilat menyambar-nyambar. Aku lihat dari balik jendelaku, dedaunan dari pohon-pohon itu pun bergoyang dan melambai-lambai karena hembusan angin kencang. Aku sedikit ketakutan tatkala lampu pun ikutan padam. Oh.... Dalam kegelapan, aku coba raih HPku. Yah... Lumayan dengan bantuan senter di HP, aku bisa mencari lilin di ruang tamu. Setelah berkali-kali kucari, satupun tak kutemui. "Kamu cari lilin ya Ita?" OMG... Suara ayah tiriku mengejutkanku dari belakang. Dia membawa lilin dan korek lalu menyalakannya. "Ini pakailah di kamarmu!" "Makasih Yah." sahutku lalu balik ke kamarku. Hatiku sedikit tenang karena ada cahaya. Aku menelpon ibuku namun tak ada jawaban. Mungkin lagi sibuk. Maklum ibu adalah seorang pengusaha yang lagi merintis usaha baru di bidang garmen. Jadi benar -benar sibuk keluar kota dan jarang menemaniku lagi. Namun tiba-tiba ada suara ketokan pintu dan memanggil namaku. Seperti suara ayah tapi perasaanku tak enak. "Ada apa Yah?" sahutku. "Tolong bukakan pintu sebentar, Ayah mau minta tolong!" Aku sedikit ragu dan was-was tapi suaranya terus memaksaku. Saat aku buka pintu, terlihat ayah seperti menahan nyeri. "Tolong kerokin Ayah sebentar ya.. Nunggu ibumu gak pulang-pulang. Ayah masuk angin tadi pulang dari rumah Pak Irawan sempat kehujanan!" pintanya. Aku bingung karena aku tidak pernah melakukannya. Disodorkannya sekeping uang receh dan minyak zaitun. Lalu kaosnya dibuka. "Sudahlah kamu lakukan sebisanya. Olesi minyak sedikit lalu kerokin pakai uang itu pelan-pelan biar tidak sakit!" Dalam suasana remang-remang, aku pun terpaksa melakukannya. Berkali-kali dia bersendawa dan punggungnya pun kemerahan hasil kerokanku. "Makasih ya Ta. Ayah sudah sehat lagi," seraya tangan kirinya menepuk pundakku. Namun tiba-tiba tangan kanannya memegang daguku. "Kamu sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan seksi." katanya sambil memelukku erat. Aku berusaha melepaskan tangannya. Tapi ayah langsung menciumiku secara membabi buta. "Jangan Ayah... Lepaskan!" aku sedikit teriak. Namun teriakanku semakin membuatnya bernafsu. Bajuku ditarik hingga robek dan tubuhku dijatuhkan di ranjang. Aku hanya bisa menangis menahan sakit saat dia meluapkan nafsunya. Setelah puas merampas keperawananku, dia buru-buru memakai kaos dan celana pendeknya. "Ita, jangan sekali-sekali kau bilang ke ibumu. Awas, Ayah tak segan-segan membunuhmu!" dia mengancam sambil meninggalkanku begitu saja. Ya Tuhan... Iblis apa yang merasukinya hingga tega berbuat itu. Aku hanya bisa duduk dan menangis seorang diri sambil menahan perih. Hari-hari kulalui dengan pasrah dan tanpa semangat. Ingin rasanya aku ceritakan ke ibu namun aku takut. Takut ayah kalap dan aku tak ingin ibu bercerai kedua kalinya. Sebagai hiburanku, aku sering ikut teman-teman kongkow di mall, pup, cafe dan lain-lain. Aku beralasan mengerjakan tugas kelompok atau tidur di rumah teman. Aku pun coba merasakan nikmatnya rokok yang kata teman-temanku bisa menenangkan pikiran. Pun sesekali meneguk minuman beralkohol. Hatiku sedikit terhibur dengan keadaan yang ada. Namun siang itu aku mendapat surat panggilan untuk orang tuaku dari BK sekolah. Aahhh.. Ada masalah apalagi ini. Karena seingatku aku selalu mengerjakan tugas dan tidak pernah datang terlambat. Ibuku kaget saat kuberitahu. Aku diiterogasi macam-mcam. Saat ibu dan aku berada di BK, Bu Dinny menyodorkan HPnya. Disitu ada foto dan diperlihatkan pada kami. "Siapa yang ada di foto itu dan lagi apa disana? Tolong jelaskan pada kami!" Bu Dinny bertanya pelan namun penuh selidik. Jantungku seolah berhenti berdetak. Keringatku mengucur deras. Oohhh... Ternyata itu foto saat aku dan teman-teman asik kongkow di sebuah resto di mall. Aku masih memakai seragam dan memegang seputung rokok. Ada seseorang yang candid dan mengirimkan ke pihak sekolah. Mudah baginya karena ada identitas sekolah di seragamku. Aku menjawab dengan bibir bergetar. Aku tidak berani menatap wajah ibuku. Aku tahu ibuku pasti malu, kecewa dan marah. Setelah selesai, kami pun pamit pulang. Dalam perjalanan, ibu hanya diam dan sesengukan menangsi keadaanku. Sejak saat itu, aku merasa sedih, bingung, kecewa, marah dan ingin berontak namun aku tak mampu. Aku pun sering was-was saat ibu pamit meninggalkanku berdua dengan ayah di rumah. Beberapa kali, ayah masih mengancamku. Aku jadi sering terlambat masuk sekolah, jarang mengerjakan PR dan malas belajar hingga akhirnya nilai-nilaiku menurun drastis. Sampai aku mendengar bahwa saat rapat pleno kenaikan kelas, namaku paling lama dibahas. Ada sebagian kecil yang menginginkanku naik namun sebagian besar menolak. Tapi Tuhan masih menolongku. Aku masih diberi kesempatan untuk memperbaiki prestasiku. Aku tahu itu semua setelah wali kelasku menceritakannya. Saat lagi asyik merayakan pesta kenaikan dan perpisahan kelas, tiba-tiba saja kepalaku pusing. Perutku mual seperti diaduk-aduk. Hingga aku pun lari ke kamar mandi dan muntah-muntah. Teman-teman bingung dan menelpon ibuku. Sesaat kemudian ibuku datang dan dengan mobil sedan merah dia membawaku ke IRD di rumah sakit terdekat. Tubuhku lemas dan lunglai. Jarum infus sudah menusuk di tangan kananku. Dari balik tirai kamarku, aku mendengar suara dokter dan ibuku. Entahlah apa yang terjadi aku tak tahu. Tiba-tiba saja setelah itu ibuku masuk ke kamarku dan menjerit histeris. Dan kulihat ayahku di belakang ibuku menatapku tajam. “Tolong jelaskan, siapa yang telah menodai dan menghamilimu. Dia harus tanggung jawab!” sambil menggoyang-goyangkan bahuku ibu memaksaku. “Ibu maafkan aku. Aku sudah membuat malu Ibu. Aku tidak bisa menjadi kebanggan Ibu. Maafkan kesalahan dan kekhilafanku Ibu.” Aku peluk erat ibuku sambil terisak. Aku tak tahu harus kah mengaku atau berbohong. Semua bak “Buah Simalakama.”Mata ayahku terus melotot padaku seraya berkata agar aku tidak mengaku kebusukannya. Ya Tuhan aku bingung tak tahu harus berbuat apa. “Ayah tahu siapa yang tega berbuat ini padanya?” tiba-tiba Ibu bertanya pada ayah. Mendapat tembakan pertanyaan itu, ayah pun gugup dan berusaha setenang mungkin menjawab. “Mana aku tahu. Dia kan bergaul dengan banyak teman cowok. Mungkin salah satu dari mereka. Kurang ajar anak itu. Cepat beritahu biar Ayah hajar dia di depan ibumu!” Oh My God... Pintar sekali ayah berbohong dan bersandiwara. Akhirnya aku terpaksa berbohong dan mengatakan bahwa ayah janin yang kukandung adalah Alex, teman kongkowku yang pernah mengajakku minum di cafe dan saat aku mabuk dia menyetubuiku di kamar kosnya. “Tapi Alex sudah menghilang sejak sebulan yang lalu. Semua kontaknya tidak bisa dihubungi Bu.” Kataku sambil terus terisak karena aku merasa dosaku semakin bertambah karena telah berbohong pada ibuku yang telah melahirkanku.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kasus Buta hatinya. Moga terjauhkan perilaku itu. Salam kenal bun.
Aamiin Yra. Ya Pak ini terinspirasi dr kisah nyata. Thanks n salam kenal jg.
Terus menulis bu, kumpulkan cerpen-cerpen ibu, akan jadi buku
Terima kasih Pak Ahmad Syaihu supportnya. Bpk jd slh satu inspirator sy.
wowww critanya,,,
bacanya ga tuntas. Ngeriii
bacanya ga tuntas. Ngeriii
Wah penasaran dong