
11. AKHIR KISAH CINTA SI DOEL
TANTANGAN HARI KE-11
#TantanganGurusiana
Hari ini adalah hari ke-11 aku harus menyelesaikan tantangan 30 hari menulis Gurusiana. Jam dinding tepat menunjukkan pukul 21.00 dan aku belum mendapatkan ide apapun yang akan kutulis. Ini adalah hari sabtu, tepat dengan perayaan Imlek dan kalender menunjukkan tanggal merah sebagai tanda menunjukkan hari libur. Tapi buatku hari ini sama saja dengan hari sabtu lainnya. Hari beres-beres nasional mencuci baju dan sebagainya, setelah dari senin sampai jumat full dari pagi sampai sore ngantor dan tidak sempat mengurusi rumah.
Biasanya kalau sedang ngantor bisa meluangkan waktu atau lebih tepatnya mencuru-curi waktu pagi hari untuk menulis naskah. Bisa lebih santai dan tidak terlalu deg degan karena waktu masih cukup Panjang ke batas penalty. Nah, kalau dirumah, justru pagi hari tidak bisa buka laptop. Pasalnya ketika dirumah, ya urusan rumah tetap nomor satu. Urusan beres-beres tetap yang harus diperioritaskan. Alhasil baru bisa membuka laptop setelah jam 9 malam.
Aku tahu ada sebagaian rekan gurusiana yang menyiapkan naskah sebelumnya untuk mensiasati agar tidak kena penalty tidak mengirim, karena satu dan lain alasan. Sedangkan aku, boro-boro bisa menyiapkan beberapa naskah, untuk membuat satu tulisan saja diperlukan beberapa jam. Terkadang perlu 2 – 3 jam untuk membuat 1 naskah. Ya, 1 jam melamun, didepan laptop memikirkan apa yang akan ditulis. Selanjutnya 2-3 bahkan terkadang sampai 4 jam bulak balik merangkai kata mencari padanan yang tepat untuk maksud dan isi tulisan yang ingin kusampaikan. Benar-benar tidak mudah. Benar-benar memerlukan perjuangan. Berbahagialah bagi rekan-rekan gurusiana yang telah bisa dan terbiasa menuangkan idenya dalam bentuk tulisan yang ciamik.
Apalagi untuk rekan-rekan gurusiana yang kaya akan pengalaman. Baik pengalaman mengajar, melakukan perjalanan, memberikan training kepada guru, menulis buku, atau pengalaman lainnya yang patut dibagikan dengan orang lain. Lah kalau saya, tidak punya pengalaman apa-apa yang bisa dibagikan. Rasanya cerita saya tidak ada yang menarik, semuanya biasa-biasa saja. Entahlah, saya belum bisa mendapatkan strategi menuliskan pengalaman yang biasa-biasa saja untuk dijadikan naskah cerita yang luar biasa.
Tapi apapun itu, aku bertekad untuk menyelesaikan tulisanku sebelum jam malam menghampiri. Aku tidak boleh kena penalty. Masih ada waktu untuk kurangkai kata walau seadanya. Walau tak seindah dan tak semenakjubkan karya teman-teman yang lain. Bisa dibayangkan bagaimana karyaku dalam kondisi injury time. Lagi kondisi nyantai saja, tidak bisa menghasilkan karya yang aduhai, apalagi sekarang saat kepepet. Pastinya tidak karuan hasilnya. Tapi tak apalah, yang penting untuk sementara tulisan ini telah membebaskan aku dari kena penalty walau tidak jelas maksud dan tujuannya. He he he.
Oh iya, satu lagi … setiap memposting tulisan baik di fb pribadi atau fb Media guru, saya selalu menulis “Belajar menulis” diawal postingan. Seakan-akan tidak punya kepercayaan diri untuk menuliskan sebuah gagasan. Itu memang benar. Itu adalah jurus agar terbebas dari rasa bersalah dan malu bila ada yang menyalahkan dan menertawakan tulisan saya. Wong saya sudah jujur kok, sedang belajar menulis. Jadi tidak salah kalau tulisan saya masih jelek. Tidak tahu kapan akan bagusnya.
Ya, seperti bila kita sedang menyetir dijalan raya. Ingin cepat sampai karena khawatir terlambat. Mana kondisi jalanan macet, eh, didepan ada mobil yang jalannya meragukan, tidak ketebak mau kekiri atau kekanan dan menghalangi jalan kita. Udah gitu jalannya lambat bangeut ... alias lelet. Pasti amarah sudah sampai keubun-ubun. Sudah ingin mencet klakson bertubi-tubi. Tapi setelah dilihat dimobilnya ada tullisan “Belajar Nyetir”, kita gak jadi marah atau ngedumel. Langsung kita mengerti. Oh, sedang belajar nyetir. Kita jadi maklum. Langsung tancap gas, melipir kekiri segera mendahului mobil itu. Karena tidak akan nyampe-nyampe kalau terus berada dibelakang mobil tersebut.Ya, kurang lebih seperti itu, kondisi saya sekarang. Sama seperti orang yang sedang belajar menyetir. Jadi mohon dimaklum saja. Bila tulisan saya masih banyak salah. Baik dari segi penulisan tanda baca, atau tata bahasannya. Apalagi dari isinya. Kalau kata orang jawa ora mutu …
Tapi yo ra popo … lebih baik saya menghasilkan tulisan walaupun ora mutu, daripada sampean yang Cuma kesel dan protes setelah baca tulisan yang engak mutu ini, tapi tidak pernah menghasilkan sebuah karya tulis. Artinya saya berani mengambil resiko untuk ditertawakan. Saya berani mengambil resiko untuk disalahkan. Mudah-mudahan dengan begitu, next time tulisan saya menjadi lebih baik. Aamiin.
Oh iya, awalnya saya ingin mengulas film si doel “Akhir Kisah Cinta Si Doel” film terbaru Rano Karno yang mulai tayang sejak tanggal 23 Januari 2020 di tulisan saya yang ke 11 ini. Film yang sudah ditunggu-tunggu oleh pecinta film si doel sejak 27 tahun lalu. Termasuk saya salah satu penggemarnya. Mangkanya saya menulis judul itu sebagai judul tulisan saya. Tapi ketika tulisan baru menginjak prakata dan sekedar curhat belum sampai pada ulasan utamanya ternyata sudah menghabiskan hampir 730 kata. Wah, bisa jadi berapa halaman kalau dilanjutkan dengan mengulas film si doel. Sementara waktu penalty tinggal 1,5 jam lagi. Tanda bahaya sudah berbunyi. Harus segera kuselesaikan tulisan ini.
Dengan berat hari, akhirnya kuselesaikan tulisan ini, sebagaimana akhir kisah cinta si doel yang harus memilih sarah atau zaenab. Maka saya pun harus memilih untuk melanjutkan atau menghentikan tulisan ini sampai disini. Maka saya memtuskan untuk menghentikan tulisan ini sampai disini.
Untuk mengetahui apakah pilihan Si doel jatuh pada sarah atau zaenab, sebaiknya anda menonton sendiri filmnya. Film yang bagus, cukup menguras emosi dan kenangan akan cerita yang telah hidup 27 tahun yang lalu. Seakan tak ingin berpisah dari tokoh si Doel, karena film ini konon adalah akhir dari cerita si Doel. Walaupun dalam hati terbersit, semoga film si doel masih bisa dilanjutkan untuk episode mendatang. Kalaupun tidak, saya tetap berharap semoga film sekelas dan setipe Si Doel tumbuh subur di negeri ini, untuk mengisi kekosongan film yang sarat makna dan perjuangan dalam keluarga.
Semoga ….
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar