R. Yulia Yulianti, M.Pd

Pengawas SMP Kota Bandung...

Selengkapnya
Navigasi Web
20. MALAM KE-20
"Malam ke-20, malam penuh ampunan"

20. MALAM KE-20

TANTANGAN HARI KE-20

#TantanganGurusiana

Malam ini, sepi sunyi. Kulihat lagit tanpa bintang. Terdengar gemericik air megalir dari kolam ikan disebelah kamarku. Memecah kesunyian malam. Entahlah mengapa malam ini kurasakan sangat mencekam. Hanya tersengar suara air mengalir, tiada suara lain.

Kulihat jam dinding, waktu menunjukkan pukul 22.00. Astagfirulloh …. Aku tersadar belum sempat menghasilkan sebuah tulisan. Aduh bagaimana ini? Apa yang harus kutulis? Masih sempatkah?

Segera kuambil laptop yang berada di mobilku. Tadi selepas magrib baru sampai dirumah. Tak sempat kuturunkan. Bergegas ingin menengok anak kucingku dan memberinya susu. Ya susu hangat setelah mendapat tips dari sahabat media guru berdasarkan pengalaman yang ditulisnya.

Alhamdulillah kulihat dia minum susu dengan bergetar, mungkin saking menahan lapar. Ya, kucingku yang malang. Entahlah kenapa aku merasa ibunya seperti kurang memperhatikan siputih bila dibandingkan dengan saudaranya si belang. Kuelus dia sekadar memberikan tenaga agar siputih dapat bertahan hidup.

“Kamu jangan mati, ya ….” bisikku

Segera setelah itu aku lanjutkan dengan menyiapkan makan malam untuk pangeranku tercinta. Kutemani dia makan, sambil mengobrol kegiatan dia hari ini. Ya, meja makan adalah tempat satu-satunya untuk berbagi cerita setelah kami seharian sibuk dengan kegiatan masing-masing dari jedur pagi, sampai jedur sore.

Setelah itu aku lanjutkan dengan beres-beres rumah, menyapu dan mencuci piring. Ya, sejak anak-anak sekolah di SMP. Aku sudah tidak punya pembantu. Semua pekerjaan rumah dikerjakan sendiri. Bersyukur aku punya suami yang sering membantu. Ya, kami berbagi tugas dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Sehingga segalanya bisa kami handel.

Tepat jam 21.00 suamiku pulang. Malam ini memang suamiku pulangnya agak terlambat. Ada rapat katanya. Biasanya aku pulang dijemput suamiku. Karena tidak bisa, akhirnya aku naik grab.

Dari kantor aku pinger print jam 17.00. Kondisi jalan tadi sore macet luar biasa. Apesnya lagi sopir mobil grab mengambil jalan yang tidak biasa, untuk menghindari macet. Alhasil bukannya terhindar dari macet, malah terjebak dalam kemacetan tak bergerak. Benar-benar hari yang melelahkan.

Baru bisa kubuka laptop setelah jam menunjukkan pukul 22.15, itu pun karena suamiku sudah mendahului tidur. Rasanya ingin segera berada dalam dekapannya dan tertidur pulas. Tapi tentu saja tidak bisa, karena aku harus menyelesaikan tulisanku terlebih dahulu.

Rasanya penat sekali. Mata ini sudah tak tahan untuk sekedar menatap layer laptopku. Apalagi kalau harus kugunakan untuk berpikir. Badanku juga rasanya sudah pegel. Ah, aku sudah tak tahan. Ingin rasanya segera kuakhiri tulisan ini.

Ahhh … entah untuk keberapa kalinya aku menguap. Mataku sampai berair. Aku menggaruk-garuk kepala tapi tak gatal. Sambil tak jelas apa yang ingin aku tulis. Jadinya aku tulis segala yang terlintas saja. Tanpa berpikir apa-apa.

Malam kedua puluh ini benar-banar malam yang sangat berat. Malam penuh perjuangan untuk menyelesaikan tulisanku. Layaknya orang berpuasa, maka bisa melewati malam kedua puluh adalah menunjukkan malam penuh ampunan.

Ya, malam ampunan, atas keslahan-kesalahanku, tidak menyadari petingnya menulis sejak awal. Malam penuh ampunan atas kekeliruanku dalam menulis tanpa memperhatikan kaidah-kaidah penulisan secara benar.

Serta malam penuh ampunan, agar bisa dimaafkan oleh suami dan anak-anakku karena aku lebih mementingkan tantangan ini. Setiap malam, selalu menghabiskan waktu untuk menulis dan menomorduakan dia yang begitu pengertian. Setiap malam yang kusentuh adalah papan laptop yang merangkai kata untuk melukiskan hiasan jiwa, untuk gurusiana.

Suamiku, I love you. Terima kasih untuk pengertianmu. Terima kasih untuk cintamu. Ini baru malam ke-20. Ada malam-malam ke 40, 50, 60, 70, 80 bahkan 90. Bahkan mukin akan ada malam-malam panjang lainnya setelah itu, dimana aku berkutat dengan laptop menuliskan sesuatu yang bisa aku tuliskan.

Suamiku, Tunggu aku ya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post