TANTANGAN MENULIS 60 HARI KE-35

#TantanganGurusiana

Tak terasa menginjak 3,5 tahun, aku mengemban amanah sebagai pengawas. Rasanya baru kemarin, aku masih berdiri didepan kelas dihadapan para siswa di SMPN 11 Bandung. Rasanya baru kemarin aku selalu dikelilingi oleh siswa-siswiku. Mereka berhamburan menghampiri dan berebutan ingin menyalami aku. Sambil berteriak memanggil-manggil namaku.

Ah, aku rindu suara-suara itu. Aku rindu tawa canda dari siswa-siswiku. Juga celoteh mereka yang polos dan spontan. Juga tingkah mereka yang terkadang sedikit mejengkelkan. Tapi itulah, namanya juga anak-anak. Apalagi usia mereka sedang tanggung antara 12-15 tahun. Usia remaja awal. Yang membutuhkan perhatian dan perlakuan khusus.

Aku pernah mendapatkan pertanyaan dari seorang guru besar, pertanyaan yang sederhana, yaitu :

“Apa yang disebut guru professional?”

Waktu itu, kujawab dengan segala kompetensi yang ada dan harus dimiliki oleh seorang guru. Mulai dari Kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi professional.

“kurang tepat.” Katanya

“Lantas apa dong, Prof?” tanyaku.

“Guru professional, adalah guru yang dirindukan kehadirannya oleh siswa-siswinya.” Begitu penjelasannya.

Maka adalah mudah untuk menentukan apakah seorang guru itu professional atau tidak. Apabila guru tersebut disenangi oleh siswa-siswinya otomatis, dia adalah guru professional. Apabila ketidakhadiran seorang guru disambut dengan suka cita oleh sisa siswi, berarti guru tersebut belum professional.

Berdasarkan hal tersebut, seorang guru yang baik, harus berusaha agar memiliki kompetensi kepribadian agar menjadi professional. Karena kompetensi kepribadian adalah salah satu dari empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru.

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru diantaranya :

1. Kepribadian yang mantap dan stabil artinya bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma yang berlaku baik di keluarga, masyarakat, agama dan negara.

2. Kepribadian yang dewasa artinya mampu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja yang baik sebagai guru.

3. Kepribadian yang arif artinya mampu menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

4. Kepribadian yang berwibawa artinya memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

5. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan yaitu mampu bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

Wah, bila melihat dari kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru, juju raku juga belum sesempurna itu.

Tapi yang pasti aku tahu, aku adalah guru yang dirindukan siswa-siswiku. Buktinya ketika aku tidak hadir karena ada keperluan atau karena sakit. Keesokan harinya atau apabila aku telah masuk, mereka selalu bertanya :

“Ibu kemarin kemana?”

“Ibu kok kemarin tidak mengajar?

“ Ah, gak ada ibu, mah gak rame.”

“Ibu, kelas dua nanti, ibu masih ngajar kita, khan?”

Begitulah, rasanya senang sekali bila berada diantara mereka. Bahkan aku sering menghabiskan waktu istirahatku untuk tetap berada didalam kelas bersama mereka.

Aku rindu masa itu …