Sabar Waspandi

Aku hanyalah sebatang ilalang orang menganggap kehadiranku mengganggu orang menyebutku gulma. tapi Aku hanya lahir mengikuti kehendak ilahi meski aku tak ri...

Selengkapnya
Navigasi Web
Modal  Nol Dapat Jempol -08 (Guru Berprestasi, murid Berinovasi?)

Modal Nol Dapat Jempol -08 (Guru Berprestasi, murid Berinovasi?)

”Guru Kencing berdiri, Murid Kencing Berlari.” Entah kapan saya pertama kali mendengar peribahasa ini, yang jelas tak pernah bisa aku lupakan sampai saat ini, bahkan mungkin sepanjang hidupku tetap tetingat.

Pesan yang terkandung dari pepatah ini yang kutangkap adalah begitu sangat kuatnya pengaruh perilaku seorang guru terhadap muridnya. Kenapa sangat kuat?. Seandainya pengaruhnya lemah, bunyi pepatah itu akan, “Guru kencing berdiri, murid kencing berdiri.” Tampak ada pengaruh tapi setara, lemah. Seandainya pengaruhnya Kuat, maka bunyinya, “Guru kencing berdiri, murid kencing berjalan.” . Tapi simak lagi pepatah itu, ”Guru Kencing berdiri, Murid Kencing Berlari.” Sangat kuat pengaruhnya, antara sebab dan akibatnya terjadi peningkatan secara ‘eksponensial’. Sayangnya pengaruh yang tercantum dalam pepatah itu sifatnya negatif.

Besarnya pengaruh negatif perbuatan guru terhadap perilaku murid kalau saya analisis dan analogikan secara matematika akan tampak sebagai fungsi berikut ini: y = x3 jika ditampilkan dalam bentuk grafis akan tampak seperti ini;

Berdasarkan grafik tersebut, dapat dianalisis dan dianalogikan, bahwa semakin negatif perilaku akan semakin sangat negatif perilaku murid (garis biru). Tetapi ada berita gembiranya adalah semakin positif juga akan semakin sangat positifnya prilaku murid (garis merah).

Jadi dapat disimpulkan bahwa, jika guru berprilaku positif misalnya berprestasi, maka murid akan sangat positif alias bisa berinovasi melebihi prestasi sang guru. Demikian keyakinanku mengawali keinginan membina Kelompok Ilmiah Remaja di sekolahku.

Tapi bagaimana caranya, dari mana mulainya, mulaiah pertanyaan-pertanyaan mengganggu pikiranku, bukankah sangat berguna bagi guru jika ada panduan tentang bagaimana cara membuat anak berinovasi? Bukankah berguna jika ada daftar langkah-langkah yang dapat diterapkan olehku sebagai guru untuk membantu murid menjadi juara lomba ekstra kurikuler (Ekskul), serperti KIR, Pramuka, Pecinta Alam dsb? Sayang sekali, tak ada toko buku yang menyediakan buku seperti itu.

Tampaknya modal nol dalam membimbing Ekskul akan banyak makan energi dan waktu, juga akan melalui banyak kesalahan, salah satu alasan mengapa tidak ada buku panduan khusus untuk juara ekskul, barangkali karena tidak mungkin menyusun sekumpulan teknik yang dapat diterapkan pada setiap murid dalam setiap situasi, kombinasi kepribadian, usia, latar belakang rumah tangga murid dan lingkungan sangat tidak terbatas. Dan jujur pula harus kusadari adalah ketika Saya SMP seusia mereka, belum ada prestasi apapun, bahkan secara akademis aku peringkat 39 dari 39 siswa di kelas itu.

Meskipun demikian berdasarkan analisis grafik pengaruh guru terhadap murid sangat besar, saya punya keyakinan bahwa nanti akan dapat jalan keluar. Hal ini juga didasarkan pada pengalamanku berhasil menjuarai berbagai perlombaan juga dengan modal nol. Selalu ada kelebihan dibalik kekurangan, begitu suara hatiku menghibur diri.

Pucuk dicita ulam tiba, begitu kira-kira yang terjadi antara keinginanku dan kesempatan yang tepat datangnya, ada sebuah Brosur yang dibawa seorang mantan ketua osis sekolahku yang bersekolah disalah satu SMA Negeri ternama di Bandar Lampung, brosur tentang itu berisi adanya lomba Karya ilmiah remaja menyambut ulang tahun sekolah itu. SMAN 3 Bandar Lampung tahun 1993 pernah juara Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) tingkat Nasional, sehingga namanya melambung ke seluruh pelosok Propinsi Lampung.

Setelah memahami tema, tata tulis dan lain-lain, Saya kumpulkan sekitar 40 siswa terbaik versi pihak wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dari jumlah tersebut saya adalan seleksi minat dan sedikit pengetahuan, sehingga diperoleh 9 murid yang menurutku pantas untuk dididik dalam LKIR. Ada waktu 3 bulan berdasarkan dead line panitia, cukup longgar untuk mengatur strategi pembinaan dalam rangka persiapan, hingga nanti siap tanding.

Sesuai tema lomba, kala itu sedang terjadi kejadian luar biasa di bidang kesehatan, adanya wabah DBD, saya sampaikan permasalahan pada siswa untuk berinovasi mencari solusi, 9 murid saya bagi menjadi 3 kelompok dengan komposisi homogen tapi heterogen, homogen dalam pengertian ini tiap kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan rata tiap kelompok ada yang terpintar, pintar dan biasa, jadi tiap kelompok memiliki kekuatan yang sama secara akademis, tapi juga heterogen. Tiap kelompok diminta mencari pengalaman cara memberantas nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) sesuai kebiasaan di keluarga/masyarakat tempat tinggalnya, kemudian pertemuan berikutnya didiskusikan usai sekolah.

Hasil diskusi diperoleh 3 Tema yang unik, memberantas nyamuk penyebab DBD menggunakan ekstrak daun sereh, menggunakan kelambu untuk pencegahan secara tradisional, hingga pemberantasan nyamuk secara ekologis, yakni dengan membasmi jentik-jentiknya. Kerja tim dilanjutkan dengan ujicoba terbatas di laboratorium sekolah, hasilnya sangat memuaskan. Selanjutnya dibuat karya tulis ilmiah dan sekaligus bahan presentasinya. Tim bekerja secara antusias. Sehingga dalam waktu dua bulan selesai.

Masih ada waktu satu bulan, Ke tiga tim saya minta uji coba presentasi di kelas 8 A dan 9A dengan tujuan memperoleh sebanyak mungkin pertanyaan dan menyiapkan mental agar ketika tanding tidak demam panggung. Luar biasa hasilnya tak kurang dari 27 pertanyaan berbeda kami peroleh dari kedua kelas itu, kemudian di catat dan diadakan tanya jawab layaknya lomba sesungguhnya. Setelah dapat masukan yang berharga diadakan perbaikan karya tulis dan bahan presentasi seperlunya untuk selanjutnya karya tulis diperbanyak sesuai permintaan panitia sekaligus untuk masing-masing peserta satu karya tulis.

Hari pendaftaran berakhir, kami penuh semangat mendatangi tempat pendaftaran hari itu karena sekaligud diadakan teknical meeting. Ketika di depan panitia penyelenggara ada insiden yang tidak terduga sama sekali oleh kami, ternyata lomba itu khusus untuk anak SMA/MA/SMK, bukan anak SMP. Sehingga mereka tidak bersedia menerima kami dengan memperlihatkan seluruh pendaftar ada 17 SMA/MA/SMK tak satupun dari SMP. Lelah, marah, kesal campur aduk jadi satu, haruskah lomba perdana ini berakhir sia-sia seperti ini, aku terduduk di kursi yang disediakan panitia pendaftar, kulihat air muka anak-anak satu persatu, Rio*), Rahma**), Viyanti***), ketua tim 1, 2,3 wajahnya kecewa penuh harap tapi cemas, suasana muram juga terjadi Maria****) dan Rezza*****) serta anggota tim KIR lainnya.

Tiba-tiba mataku terumbuk suatu kata Remaja. Eureka! Hatiku berseru Aku menemukan kekuatan. Kudekati panitia, “ Dik, bukankah ini lomba karya tulis remaja?. Tanyaku pada panitia yang merupakan murid-murid SMA.

“Betul, Pak. Ada apa? Ada yang kurang jelas?” jawabnya.

“Ya, Menurut batasan umur, remaja kan berati dari 12 tahun sampai 19 tahun, betul?” aku bergargumentasi, “muridku ini umurnya 13 tahun sampai 14 tahun dan mereka bawa photo kopi raport seperti yang diminta panitia, berarti boleh dong ikut dalam lomba ini!”

Setelah melalui berdebatan panjang akhirnya panitia memanggil guru penanggung jawab lomba, kuutarakan kriteria yang telah kusampaiakan pada panitia, bahwa murid-murid saya berhak mengikuti lomba ini, karena sudah termasuk remaja, meskipun masih anak SMP. Ketua panitia melunak dan tak punya alasan kuat untuk menolak tim KIR kami. Dan akhirnya 3 tim masuk ke urutan pendaftar 18, 19 dan 20 di batas akhir pendaftaran, setelah admistrasi beres, kami lega dan ikut acara Tecnical meetting. Perjuangan awal.

Hari perlombaan tiba, berbekal persiapan kurang lebih tiga bulan, TIM KIR SMP kami tampil optimal, yang pintar menjadi presenter, yang sedang menjadi pemeraga alat percobaan dan yang paling pintar menjadi juru jawab semua pertanyaan juri, strategi ini berjalan sesuai rencana, diam-diam saya mengagumi murid-murid yang ‘teachable’ semua mengikuti arahan gurunya, alhamdulillah, apapun hasilnya engkaulah pahlawan sekolah, karena telah mengerahkan semua kemampuanmu yang penting usaha sampai kemapuan terbaikmu keluar, hasil itu urusan takdir.

Hari berikutnya 20 peserta telah tampil, peserta boleh istirahat satu jam sebelum acara pengumuman dan penutupan, juri tampak menuju ruang sidang untuk mengolah data hasil penilaian selama penjurian, waktu itu kugunakan untuk cooling down, makan bakso dorong yang mangkal tak jauh dari sekolah itu, semangat mereka berapi-api ketika menceritakan presentasi yang mendebarkan hingga menjawab pertanyaan juri, plong, tinggal ketawa-ketiwi. Beban berat terasa terangkat, maklum ini adalah puncak usaha selama tiga bulan.

Satu jam berlalu, ruang presentasi telah rapi, untuk acara penutupan sekaligus pengumuman, hari menjelang senja, lampu-lampu jalan mulai benderang, tapi hati kami berkedip-kedip menanti keputusan juri, jreng-jreng, ternyata Sekolah kami, menggondol juara 1, 2, dan 3, sapu bersih, menyisakan juara harapan 1, 2 dan 3. Alhamdulillah wa syukurilah....

Juara itu rupanya menjadi pembuka pintu juara-juara yang lebih luas untuk murid-muridku di beberapa tahun kemudian, Juara 1. Karya tulis konservasi lingkungan pesisir, juara I teknologi tepat guna, Juara 1 Karya tulis ilmiah tingkat SLTP sekota Bandar Lampung, finalis LPIR Nasional, juga olimpiade fisika 2 perunggu (Pontianak), 2 perak (semarang).

Begitu sangat besar pengaruh prilaku guru terhadap muridnya, tetapi bukan lagi “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari,” yang berkonotasi negatif, melainkan “Guru berprestasi, murid berinovasi” telah terbukti, dan berkonotasi positif.

NB:

*)**)***) telah menjadi dosen di PTN Lampung

****) dan *****) telah menjadi dokter di RSUD

Anggota KIR lain juga telah menempati posisi penting di PEMDA

Jadi apapun nak, yang paling penting, ingatlah: ”jadilah dirimu sendiri, tapi dirimu sendiri yang terbaik. ”Manusia terbaik bukanlah dinilai dari tingginya pangkatmu, dan panjangnya gelarmu, tapi dari seberapa besar engkau memberi manfaat buat sesama.”

Aku yakin engkau tak pernah membaca tulisan ini, tapi ini adalah doaku untukmu, sebab doa yang ditulis akan abadi sepanjang masa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sangat menginspirasi pak sabar, nambah semangat mengajar siswa nih. Terima kasih atas tulisannya. Kerenn. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah

24 Apr
Balas

Alhamdulillah, semoga membawa kebaikan. terima káih sangat atas dapat kunjungan penulis top. salam takzim pak ustad. sukses selalu dan selamanya

25 Apr

Luar biasaaaa Bapak. Sangat inspiratif. Terima kasih berkenan berbagi pengalaman yang indah yang bisa memotivasi para guru untuk berprestasi. Barakallah Pak Sabar. Salam sehat dan sukses.

24 Apr
Balas

Aamiin, tengkyu apresiasinya, syukurlah bisa menginspirasi, Btw, diam- diam saya belajar banyak dari tulisan Ibu Upik. saling belajar ya Bu. sukses selalu untuk Ibu.

24 Apr

Subhanallah...Tulisan yang membawa energi positif bagi para guru untuk berprestasi dan menularkannya pada siswa2nya...Sukses Pak Sabar...Barakallah...

24 Apr
Balas

Alhamdulillah, semoga gelomba g energi positif ini bisa meresonansi ke Ibu Rini dan muridnya, semoga lebih sukses.

24 Apr



search

New Post