Sadiman

Sadiman, saat sebagai guru yang aktif keliling kampung menyebarkan virus literasi, beberapa penerbit sudah dijelajahinya demi memuaskan batinya menyebarkan sema...

Selengkapnya
Navigasi Web
Gerakan Literasi Sekolah
Literasi Tidak Pernah Mati

Gerakan Literasi Sekolah

A. Pengertian Literasi

Literasi berasal dari Bahasa Inggris literacy, dan dari bahasa latin littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya.[1] Pengertian literasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (KKBI) artinya membaca dan menulis[2]. Literasi juga di artikan sebagai keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca, budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya[3].

Kegiatan literasi tidak dapat dilepaskan dari pelajaran Bahasa yang memiliki Kompetensi (1) mendengarkan (2) berbicara (3) Membaca dan (4) Menulis.[4] Membaca merupakan kegiatan atau proses menerapkan sejumlah keterampilan mengolah teks bacaan dalam rangka memahami isi bacaan.[5]

Literasi menjadi masalah kita karena budaya baca tulis masih sangat rendah. Berd

B. Identifikasi Masalah Literasi

Ilmu pengetahuan yang sangat diperlukan dalam Abad 21, agar kita dapat bersaing secara global meliputi 3 hal yaitu Bahasa, Matematika dan Teknologi Informasi[6]. Pentingnya kemampuan Bahasa yang meliputi 4 kompetensi di atas dapat dilakukan dengan program Literasi Sekolah, sesuai dengan tingkatan satuan pendidikan dan umur pembelajar.

Indonesia berada pada posisi ke 61 dari 62 negara dalam Most Literate Nations in the World, yang diterbitkan Central Connecticut State University, Maret, dengan indek baca 0,1% menunjukan bahwa baru 1 orang dari 1000 orang Indonesia yang membaca satu buku dalam satu bulan.[7] Terbukti negara dengan indeks baca terbaik yaitu Finandia[8] memiliki kualitas pendidikan yang sangat baik. Sesuai dengan pepatah yang sangat popular buku adalah sumber ilmu dan kuncinya adalah membaca. Wajar jika pendidikan dan kualitas sumber daya Indonesia masih tertinggal dengan negara lain, disebabkan budaya literasi yang masih sangat rendah, termasuk di dunia pendidikan.

Berdasarkan PISA 2009 diperoleh hasil menunjukkan hasil yang sama, peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-57 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangkan PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496) (OECD, 2013). Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012. Dari kedua hasil ini dapat dikatakan bahwa praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah belum memperlihatkan fungsi sekolah

sebagai organisasi pembelajaran yang berupaya menjadikan semua menjadi terampil membaca untuk mendukung mereka sebagai pembelajar sepanjang hayat[9]

Secara infrastruktur Indonesia memiliki perkembangan dan kualitas yang lebih baik, Indonesia berada pada urutan (36) mengungguli Korea Selatan di urutan 42, Malaysia (44), Jerman (47), Belanda (53), dan Singapura (59)[10] Hal ini tentu menjadi harapan untuk dapat meningkatkan indeks baca masyarakat Indonesia.

Pelaksanan program literasi dapat dilakukan dengan memperhatikan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki sekolah sesuai dengan karekteristik masyarakat dan geografik dan sarana prasarna yang dimiliki. Beberapa keunggulan yang perlu dicermati oleh sekolah antara lain: (1) Apakah ada dukungan regulasi pendidikan di tingkat kabupaten kota; (2) Apakah sarana dan prasarana pendidikan cukup memadai; (3) Apakah Motivasi guru untuk meningkatkan kualifikasi cukup tinggi; (4) Berapa jumlah guru yang telah tersertifikasi memadai; (5) Apakah ada pedoman penyusunan program sekolah, (6) Apakah ada pedoman pembelajaran berupa Kurikulum sekolah yang ada pada semua jenjang pendidikan. (7) Apakah jumlah buku perpustakaan sudah cukup memadai dengan jumlah siswa yang ada di sekolah (8) Apakah sekolah sudah memiliki sarana perpustakaan, dan pustakawan yang memadai. Semua merupakan pertanyaan yang mungkin muncul dalam setiap pelaksanaan program literasi sekolah.

Disamping daya dukung tersebut diperoleh juga beberapa permasalahan di sector pendidikan antara lain: (1) Masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat. terhadap pengelolaan sekolah; (2) Komite Sekolah belum berfungsi dan berperan secara maksimal, karena sering ditafsirkan salah oleh pihak-pihak tertentu usaha komite sekolah sebagai formalitas saja, dan sesungguhnya adalah keinginan pihak sekolah; (3) Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Kelompok Kerja Guru (KKG) belum optimal; (4) Rendahnya kegiatan Baca tulis di sekolah.[11]

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kota dan analisis daya dukung yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan maka sector rendahnya kegiatan baca tulis di sekolah menjadi masalah yang penting untuk diselesaikan mengingat kegiatan literasi (baca tulis) merupakan kegiatan untuk membuka cakrawala ilmu pengetahuan. Program Literasi Sekolah juga merupakan program nasional sesuai dengan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti (PBP).

Program Literasi Sekolah pada Kabupaten Kota dapat dirancang sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik daerah dan sesuai dengan kebutuhan yang akan dicapai. Secara umum pada kegiatan literasi selaras dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dimana kegiatan terdiri dari Pembiasaan, Pengembangan dan Penerapan dalam porses pembelajaran. Dalam Buku ini diberikan solusi sedeharana mengenai proses dan pelaksanaan program literasi sekolah yang dapat dilaksanakan pada seiap dengan biaya yang murah dan menggunakan sarana yang ada di sekolah.

Program literasi tidak harus dilaksanakan menunggu sarana dan prasarana di sekolah lengkap, yang paling dibutuhkand alam program ini adalah buku bacaan yang sesuia dengan jumlah siswa dan sesuai dengan tingkat satuan pendidikan. Untuk sekolah dasar khususnya kelas rendah dibutuhkan buku-buku dengan ilustasi berupa gambar yang warna yang menarik. Sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dasar maka yang dibutuhkan adalah buku-buku yang dapat menumbuhkembangkan karakter dan sifat-sifat afektif siswa. Program literasi sebagai sarana untuk pengembangan kepribadian siswa lebih optimal, dan anak lebih suka di sekolah, karena terciptanya suasana sekolah yang nyaman, ramah dan menyenangkan.

Metode pelaksanaan kegiatan PBP untuk jenjang pendidikan sekolah dasar masih merupakan masa transisi dari masa bermain di pendidikan anak usia dini (taman kanak kanak akhir) memasuki situasi sekolah formal. Metode pelaksanaan dilakukan dengan mengamati dan meniru perilaku positif guru dan kepala sekolah sebagai contoh langsung di dalam membiasakan keteraturan dan pengulangan. Guru berperan juga sebagai pendamping untuk mendorong peserta didik belajar mandiri sekaligus memimpin teman dalam aktivitas kelompok, yaitu: bermain, bernyanyi, menari, mendongeng, melakukan simulasi, bermain peran di dalam kelompok[12]

Sedangkan untuk satuan pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMP dan SMA dibutuhkan buku-buku yang lebih berbobot untuk menegmbangkan kemampuan intelektualnnya. Seperti disebutkan di atas bahwa ada tiga langkah dalam proses program literasi yaitu pembiasaan, pengembangan dan penerapkan dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan Permendikbud No 23 tahun 2015 tentang PBP, ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:

1. Pembiasaan

2. Pengembangan

3. Penerapkan Proses Pembelajaran

Dalam pelaksanaan program literasi di atas masih sangat umum bagaiman pembiasaan, kapan waktu pelaksanaan dan bagaimana pelaksanaan perlu ditajamkan dalam implementasikan di sekolah. Metode pelaksanaan kegiatan PBP untuk jenjang SMP, SMA/SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus dilakukan dengan kemandirian peserta didik membiasakan keteraturan dan pengulangan, yang dimulai sejak dari masa orientasi peserta didik baru, proses kegiatan ekstrakurikuler, intra kurikuler, sampai dengan lulus.[13]

Kegiatan PBP juga mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter siswa dalam pendekatan terhadap Tuhan yang masa Esa, membentuk kepribadian, karena kegiatan Gemar Membaca memberikan Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya[14] Sebagai bentuk wajib dari pelaksanaan PBP, yang mewajibkan peserta didik untuk membaca buku selama 15 menit setiap hari, disamping dilengkapi dengan kegiatan lainnya seperti senam, upacara, yang dilaksanakan secara rutin minimal satu kali dalam satu minggu.

Kegiatan PBP diharapkan dapat mengembangan segala potensi yang dimiliki siswa sehingga memiliki kebiasaan membaca, sehingga membaca menjadi sebuah kebutuhan. Jika pembiasaan sudah terjai maka akan menjadi budaya baca, dan budaya baca akan meningkat kadar intelektual seseorang, dengan demikian maka akan meningkatkan sumber daya manusia yang ada di sekolah tersebut. Setelah terbiasa secara otomatis siswa akan memilih bacaan yang lebih luas, dan perluasan bacaan dapat berkembang lebih luas dalam kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan lainnya yang merupakan efek dari buku-buku yang dibaca. Siswa dapat mempraktekan hasil bacaannya, sehingga sekolah selanjutnya akan memberikan fasilitas yang lebih luas seperti perkembangan kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, olah raga, rohis, kesenian, pertanian, lingkungan hidup, hidroponik yang lebih berbobot dan berkualitas.

C. Tujuan Kegiatan Literasi

Efek dari kegiatan literasi akan merambah ke segala bidang di sekolah, termasuk juga dalam proses pembelajaran. Guru dapat mengaplikasikan lebih jauh program baca yang dilaksanakan di sekolah dalam kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran di kelas. Bagaikan bola salju melalui kegiatan literasi maka akan semakin besar dan semakin besar jika kegiatan literasi dilaksanakna secara terencana dan berkelanjutan dengan melibatkan berbagai komponen stakeholder.

Secara umum ada dua tujuan yang diingin dicapai dalam Program Literasi Sekolah yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum sesuai dengan Tujuan Gerakan Literasi Nasional adalah: Menumbuhkembangkan budi pekerti siswa melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dari Program Literasi Sekolah Kabupaten Banyuasin adalah:

1) Menumbuhkembangkan budaya literasi (membaca dan menulis) di kalangan siswa

2) Mengoptimalkan fungsi perpustakaan sekolah dan masyarakat;

3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan;

4) Menjaga keberlanjutan proses pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi serta minat membaca.

D. Ruang Lingkup

Agar program literasi berjalan dengan baik perlu disusun dan dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi kendala dan memberikan nilai tambah yang optimal bagi siswa di Kabupaten/Kota maupun di tingkat satuan pendidikan.

Untuk menjamin program literasi berjalan dengan baik dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari jangka pendek sampai jangka panjang. Tujuanya untuk melihat efektivitas dan efisiensi pelaksanaan sebelum dilaksanakan secara menyeluruh. Pembagian dalam berdasarkan waktu yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Atau dapat juga diberikan dengan membagi per-zona mulai dari beberapa sekolah menjadi pilot proyek dan setelah dilakukan evaluasi dapat dilakukan pada sekolah yang lebih besar.

Pada satuan pendidikan dasar khususnya SD, maka dapat dikelompokan menjadi lebih kecil lagi yaitu kelompok kelas rendah (1, 2 dan 3) serta kelas tinggi (4, 5 dan 6), hal ini di karenakan perlakukan untuk kelas rendah dan kelas tinggi berbeda tingkat intelektualnnya. Kelas-kelas rendah dimungkinkan guru yang kebih aktif adalah guru kelas, sedangkan untuk kelas yang lain siswa yang harus lebih karena rata-rata siswa sudah terampil membaca.

Teknik untuk siswa yang lancar membaca dan belum tentuk perlu perlakuan yang berbeda. Pengelompokan tentu sesuai dengan tingkat satuan pendidikan dan tingkatan kelas.

E. Sasaran

Sasaran utama dalam program literasi adalah sekolah, didalamnya terdapat siswa dan guru. Program atau kegiatan ini dapat dilakukan dengan dikelompok menjadi Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah. Sekolah dasar dalam pelaksanan dapat dikelompok lagi menjadi kelompok kelas rendah (1, 2 dan 3) serta kelompok kelas tinggi (4, 5 dan 6). Dan guru sebagai pelaksana di sekolah juga merupakan komponen penting dalam pelaksanaan program literasi, sekolah juga harus dapat melaksanakan program literasi yaitu membaca buku minimal 15 menit setiap setiap hari.

Disamping siswa dan guru sebagai sasaran, kegiatan literasi juga perlu melibatkan stakeholder terkait sangat diperlukan sepertti Lembaga Swadaya Masyarakat Pendidikan, Komunitas baca, Perpustakaan Daerah, Rumah Baca, Taman Bacaan, dunia usaha yang ada di lingkungan sekolah. Dengan melibatkan berbagai komponen dalam pelaksanaan literasi.

F. Prinsip-Prinsip

Agar kegiatan literasi sekolah dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka diperlukan prinsip-prinsip pelaksanaan antara lain:

1) Sesuai dengan tahapan perkembangan siswa berdasarkan karakteristiknya

2) Dilaksanakan secara berimbang;

3) Menggunakan berbagai ragam teks dan memperhatikan kebutuhan siswa;

4) Berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum;

5) Kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan;

6) Melibatkan kecakapan berkomunikasi lisan;

7) Mempertimbangkan keberagaman dan kondisi sekolah;

8) Melakukan evaluasi secara rutin;

9) Memberikan apresiasi dan penghargaan;

10) Melibatkan seluruh warga sekolah, orang tua dan masyarakat;

G. Target Pencapaian Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

Adapun target pencapaian Program Gerakan Literasi Sekolah dalam Pengembangan Budi Pekerti adalah sebagai berikut:

1. Sekolah menjadi tempat yang menyenangkan dan ramah, sehingga menumbuhkan semangat belajar pada warga sekolah (baik siswa, guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan;

2. Semua warga sekolah menunjukkan rasa empati, peduli, dan menghargai sesama;

3. Tumbuhnya semangat ingin tahu dan cinta ilmu pengetahuan;

4. Mampu berkomunikasi dengan baik secara lisan dan tulisan;

5. Perpustakaan sekolah berfungsi secara optimal;

6. Minat baca tulis siswa meningkat;

7. Kemampuan siswa di bidang literasi meningkat.

[1] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41772/4/ Chapter%20II.pdf, diakses 13 September 2016

[2] http://www.ahlibahasa.com/2013/08/literasi.html, diakses 13 September 2016

[3] http://www.triniharyanti.id/2014/02/membangun-budaya-literasi-dengan.html, diakses 14 September 2016.

[4] Permendikbud Nomor 24 tahun 2016 Tentang KI KD Kurikulum 2013

[5] Dalman. 2013. Keterampilan Membaca, (Jakarta: Rajawali Press, Jakarta), h.

[6] Sirozi, 2014, Bahan Belajar Mata Kuliah Inovasi Pendidikan, UIN Raden Fatah Palembang.

[7] http://m.jpnn.com, diakses tanggal 13 Mei 2016

[8] Chatib, Munif. Gurunya Manusia, menjadikan semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara. (Bandung: Kaifa Learning). h. 24-25

[9] Fauziah, Dewi Utama dkk, Panduan Gerakan Literasi Sekolah, Depdikbud, 2015, hlm. 1

[10] http://m.jpnn.com/read/2016/04/13/380905/

[11] Renstra Dinas Pendidikan tahun 2014

[12] Lampiran Permendikbud No. 23 tahun 2015, tentang Penumbuhan Buku Pekerti, hlm 4

[13] Ibid, Lampiran Permendikbud, hlm. 5

[14] 18 Nilai Pendidikan Karakter.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post