SADIMIN WONG BREBES

SADIMIN, adalah anak desa yang lahir di Boyolali tanggal 6 Desember 1972, dari seorang Ibu yang bernama Tukirah (alm) dan seorang Bapak yang bernama Mitro Sudar...

Selengkapnya
Navigasi Web
INILAH PUISI PERAIH SEPEDA (1)

INILAH PUISI PERAIH SEPEDA (1)

‘Martini’

Di atas rajutan pelataran pertiwi

Tempat lahir, tempat insani mati

Remang fajar surya menyapa pagi

Nampak gulita pekat masih menutupi

Selinga mega-mega tipis remangi mentari

Hidup Seorang Martini….

Bergegas hadapi hari

Disela Senandung dari bibir ibu tua

Didalam angkutan sesak manusia

Beserta kejam hiruk pikuk kota

Dihimpit cerca hitamnya asap

Melawan debu dengan ribuan harap

Harap meski terkadang tak terbalas tegap

Martini pamit pergi

Harum minyak wangi melati

Yang teringat selimuti hari

Ibu guru berseragam rapi

Telapak Martini tunjuk langkah hakiki

Menuju peraduan….

Gerbang sekolah senin pagi

Uzur usia, tanggung jawab-jiwa

Jiwa-jiwa yang dahaga

Jiwa-jiwa muda

Jiwa-Jiwa gelora berkalang cita

Martini hantar jendela

Genggam buku di lenan kirinya

Semakin lunglai terlihat dari jauh…

Martini kian Nampak rapuh

Namun karena janjinya teguh

Kukuh dalam jutaan tetes peluh

Peluh-Peluh hantar gemuruh

Langkah Martini amat tangguh

Selaksa cerita cukup lama marti ajar kita

Ajari kau bercerita tentang dunia

Ajari aku membuka jendela kala kau buta

Sementara hari semakin terik menjadi

Martini pun enggan berhenti

Sebab ratusan telinga masih sigap menanti

Dari goresnya di papan tulis

Dari tegasnya ia bubuhkan garis

Sematkan ajar ilmu pasti

Mulutnya senantiasa berkata tanpa henti

Loceng pulang bak genderang

Raut senang para prajurit perang

Martini terhuyang, langkahnya bimbang

Pandangnya kurang, rapuh tulang

Martiini kembali ke peraduan

Hadapi kembali ke jerih payah kehidupan

Temui hari ini, lusa hingga hari depan

Seorang martini cerminan negeri…

Cerminan para pengabdi

Setidaknya dalam bingkai hari ini

Yang setia dalam elegi

Martini semoga sehat sepanjang hari

Agar kelak lihat senyumnya pertiwi

Mencetak masa yang kau perjuangkan

Dibalik ribuan telapak tangan

Meski seadanya dalam cerita

Gigihnya abdikan pagi hingga senja

Pahlawan tanpa tanda jasa

Pahlawan dibalik jutaan asa

Meski jasamu tak mungkin kami balas

Namun ada didalam sanubari

Kini kami ada didalam hidup yang keras

Amanahmu telapak tangan kami.

AL, 18/11/2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post