Saeful Hadi

PROFILE PENULIS Laki-laki bernama lengkap Saeful Hadi, S.Sos. ini lahir di Tasikmalaya pa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Apakah Karma? Thailand dan Tajikistan Tersingkir!
Apakah Karma? Thailand dan Tajikistan Tersingkir!

Apakah Karma? Thailand dan Tajikistan Tersingkir!

Apakah Karma? Thailand dan Tajikistan Tersingkir!

Saeful Hadi

Dinamika Putaran Final Piala Asia U-23 di Qatar terus bergulir dengan berbagai cerita menarik termasuk kehebohan yang dibuat oleh Timnas U-23 Indonesia yang berhasil lolos ke babak 8 besar dan akan berhadapan dengan negeri asal pelatihnya yaitu Republik Korea. Harapan tertinggi dan terwujud mimpi tentu saja adalah kemenangan ada di kubu Indonesia sehingga Rizky Ridho dan kawan-kawan lolos ke semifinal dan berpeluang menjadi salah satu tim yang lolos ke Olimpiade Paris. Aamiin ya rabbal alaamiin.

Tidak hanya euforia keberhasilan Indonesia mencetak sejarah, namun banyak pula sisi-sisi menarik dari perlehatan turnamen sepakbola tingkat Asia untuk level junior tersebut. Salah satunya tersingkirnya Thailand dan Tajikistan dari turnamen dan harus angkat koper lebih cepat dari Qatar. Grup C yang dihuni kedua tim bersama Arab Saudi dan Irak menyajikan drama yang unik. Apakah itu?

Saat Indonesia menjalani partai perdana melawan tuan rumah Qatar, terjadi berbagai insiden dan peristiwa yang dianggap merugikan Marselino Ferdinan dan kolega. Keputusan-keputusan kontroversial dari wasit yang memimpin pertandingan yaitu Nasrullo Kabirov asal Tajikistan serta wasit VAR (Video Assistant Referee) asal Thailand, Sivakorn Pu-Udom, sangatlah mengganggu jalannya pertandingan dan cenderung merugikan kubu Timnas Indonesia.

Keputusan seperti memberikan penalti kepada tuan rumah Qatar dan kartu kuning kedua yang diberikan kepada Ivar Jenner serta membiarkan pelanggaran keras pemain Qatar kepada Witan Sulaeman banyak mendapatkan apresiasi negatif berbagai pihak terutama Netizen Indonesia. Lima ribuan lebih Netizen Indonesia menyerbu akun sang wasit dengan berbagai hujatan dan mempertanyakan serangkaian putusan di lapangan yang versi Netizen dianggap tidak adil. Tidak jarang saya membaca, bahkan doa untuk keburukan wasit dan perangkat pertandingan pun mengalir deras. Sebuah konsekuensi logis atas hal-hal negatif dalam memimpin pertandingan yang dilakukan sang wasit dan perangkat pertandingan lainnya termasuk wasit VAR. Namun pada konteks lain, saya tidak mendukung jika etika menyampaikan pendapat diabaikan, artinya kita boleh mengkritik tetapi harus bijak dan santun. Namun siapa yang bisa melawan Netizen Indonesia??

Di luar dugaan ternyata ada fakta yang kemudian terjadi dan menarik. Entah ada pengaruh atau tidak, kedua negara asal perangkat pertandingan yang memimpin duel Qatar vs Indonesia yang juga peserta turnamen yaitu Thailand dan Tajikistan harus tersingkir lebih cepat dari Putaran Final Piala Asia U-23. Keduanya kalah bersaing dari dua tim yang lolos yaitu Arab Saudi dan Irak. Hasil tragis bahkan harus diterima Thailand. Bagaimana tidak, mereka dengan jumawa berhasil menang 2-0 di partai pertama melawan Irak, namun justru dua pertandingan berikutnya memperoleh hasil minor, dibantai 0-5 oleh Arab Saudi dan dikalahkan 0-1 oleh sesama negara yang akhirnya tersingkir yaitu Tajikistan. Sebuah realita yang menyakitkan bagi negara monarki tersebut.

Thailand di bawah asuhan pelatih Issara Sritaro (yang juga melatih Thailand saat kalah dari Indonesia di final Sea Games Kamboja tahun lalu) digadang-gadang akan menjadi kekuatan menakutkan mewakili Asia Tenggara bersama Vietnam yang mampu bersaing dengan tim-tim kuat Asia lainnya. Bahkan ketika menang di awal turnamen atas Irak, tidak sedikit yang memuji setinggi langit, walaupun pelatih Irak tidak mengakui timnya jelek dan menganggap Thailand hanya menang beruntung. Uniknya ternyata prediksi pelatih Irak tepat, Thailand kemudian secara tragis dibantai 0-5 oleh Arab Saudi dan kalah lagi di pertandingan terakhir 0-1 dari Tajikistan. Tim Gajah Perang, julukan Thailand, akhirnya harus tersingkir dari turnamen, hanya menjadi juru kunci grup dan ditaklukan oleh “rekan wasit” Qatar vs Indonesia, Tajikistan yang sama-sama tersingkir. Irak secara luar biasa, justru mirip Indonesia lolos ke 8 besar setelah kalah di partai perdana, bahkan negeri Saddam Hussein tersebut berhasil menjadi juara grup di atas Arab Saudi, sang juara bertahan turnamen ini.

Realita tersebut akhirnya menimbulkan ragam komentar dan tidak sedikit yang menyebutkan bahwa mereka (Thailand dan Tajikistan) terkena karma akibat wakil mereka yang berperan sebagai perangkat pertandingan berbuat curang. Wallahu A’lam! Namun pandangan saya justru lebih kepada teknis, bahwa kedua tim jelas-jelas kalah bersaing dengan dua tim yang lolos. Ketiga pertandingan Thailand saya tonton termasuk ketika mengalahkan Irak, sebetulnya tidaklah Istimewa dan membuktikan bahwa permainan cantik tak selalu berakhir dengan kemenangan. Saya lebih setuju dengan pelatih Irak, bahwa Thailand hanya menang beruntung dan itu terbukti dua partai berikutnya, tim asuhan Issara Sritaro tersebut tidak berdaya.

Lebih penting dari itu, bahwa Timnas Indonesia justru sebetulnya yang lebih menjanjikan dari segi permainan. Insiden di partai awal melawan tuan rumah Qatar, tidak terlalu berpengaruh secara siginifikan terhadap performa dan mentalitas Garuda Muda. Ernando Ari Sutaryadi dan kawan-kawan akhirnya membuktikan kekuatan dan berhasil mencetak sejarah lolos ke babak 8 besar untuk pertama kalinya dari pertama kali pula sebagai peserta turnamen dua tahunan tersebut. Indonesia lolos dengan perjuangan yang maksimal (di luar hasil partai vs Qatar) dan tanpa ada berbagai insiden yang membuat orang mempertanyakan “keabsahannya”. Selamat untuk Garuda Muda!

Pada sisi lain dan mengakhiri tulisan ini. Kita bisa banyak belajar dari kasus duet Thailand-Tajikistan ini, bahwa fair play tetap harus dijunjung tinggi atau ditegakan semaksimal mungkin di lapangan. Persoalannya bukan hanya reputasi tim atau negara tapi bisa pula berpengaruh pada hal-hal teknis dan non teknis. Bisa saja Thailand dan Tajikistan sebagai tim sepakbola merasa tidak nyaman dengan kondisi (termasuk hujatan publik) tersebut sehingga akibatnya menggurangi fokus atau mengganggu konsentrasi, terlepas dari sisi kalah bersaing secara teknis. Jangan pernah berbuat curang, jangan pernah sombong dan jumawa, tetap rendah hati untuk selalu fokus memenangkan pertandingan yang dihadapi. Yuk terus dukung dan doakan yang terbaik Timnas U-23 Indonesia agar bisa lolos ke Olimpiade Paris 2024! Aamiin ya rabbal alaamiin.

Salam Tim Nasional Indonesia!

Salam sepakbola!

Langensari, Kota Banjar, 23 April 2024

Setelah aliran listrik kembali menyala

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post