Saeful Hadi

PROFILE PENULIS Laki-laki bernama lengkap Saeful Hadi, S.Sos. ini lahir di Tasikmalaya pa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hanya Ibu yang Kupunya
Hanya Ibu yang Kupunya

Hanya Ibu yang Kupunya

Hanya Ibu yang Kupunya

Saeful Hadi

Lutut Dera goyah dan akhirnya ambruk di hadapan ibunya. Bagaimana pun sakit dan terlukanya hati beliau dengan kondisi sang anak, namun sosok perempuan yang nyaris tigaperempat abad tersebut memiliki hati yang luas dan tulus.

“Maafkan dia Dera, namanya manusia pasti ada salah, apalagi dia juga ibu kandung dari anakmu dan cucuku!” Suara lembut dengan getaran yang luar biasa membuat Dera menangis cukup lama di kedua kaki ibunya. Gemuruh amarahnya seketika luruh saat sang ibu dengan lembut membelai kepalanya, mengusap-usap rambutnya, dan menyatakan memaafkan mantan isterinya.

Dera sama sekali tidak menyangka bahwa perjalanan rumah tangganya berakhir tragis, apalagi melihat kondisi sang anak yang masih berusia sembilan tahun dan sedang semangat-semangatnya sekolah. Atas kesepakatan keluarganya, sang anak yang merupakan satu-satunya sementara cucu dari keluarga Dera, tidak diizinkan dibawa ibunya. Namun ibunya dipersilahkan untuk datang atau berkomunikasi dengan sang anak. Sejak kejadian perpisahan itu, mantan isteri Dera kemudian bekerja di Jakarta dan tak lama kemudian menikah dengan orang Betawi.

“Sebetulnya apa masalahnya sehingga perpisahan itu harus terjadi, Dera? Padahal kurang bagaimana dirimu dengan posisimu sebagai manajer perusahaan elit? Saya kira masalah penampilan, masalah harta, atau pula masalah keluarga, ada yang lebih parah daripada kamu!” Lian merasa heran dengan tragedi rumah tangga yang dialami oleh sahabatnya Dera. Lian berpandangan bahwa banyak laki-laki yang kondisinya lebih parah dari Dera, tetapi tidak ada masalah dengan kehidupan rumah tangganya.

“Skenario hidup bukan Aku yang mengatur, Lian! Allah yang mengatur semuanya! Baik bagi kita belum tentu baik bagi Allah! Pak Shidqi dari divisi psikologis perusahaan berkata kepadaku, jika sabar dan syukur tidak menjadi bagian penting bagi manusia, maka akan mudah terjadinya hal yang tidak diinginkan termasuk perceraian! Aku tak mau menceritakan bagaimana karakter mantan isteriku, yang jelas, Aku bisa menerima kekurangan dia bagaimana pun, namun sayang dia sering sekali ada kekuranganku yang selalu dipertanyakan dan dipermasalahkan!” Panjang lebar Dera menjelaskan mengapa akhirnya dia berpisah dengan mantan isterinya. Lian menghela napas panjang, dia merasakan beban berat yang dihadapi Dera. Sambil merangkul sahabatnya, Lian mencoba terus memotivasi.

“Seandainya kamu nanti diminta rujuk lagi, mau?” Lian malah memandang ada hal lain yang bisa terjadi.

“Bagiku, urusan rujuk atau tidak, hanya Allah yang mengatur dan juga harus atas persetujuan ibuku dan anakku! Apalagi dengar-dengar dia sekarang sudah menikah lagi! Apa pantas membicarakan hal rujuk kepadaku?” Dera pun balik bertanya kepada Lian yang dijawab oleh sahabatnya dengan mengelus dada.

“Ada hal prinsip apa lagi yang ada di dirimu sehingga sampai sekarang belum juga kamu menikah lagi, Dera?” Lian pun terus bertanya kepada Dera berkaitan dengan kehidupan pribadinya. Lian tetap merasa heran dengan apa yang kurang dari sosok Dera sehingga mengalami kejadian tragis dalam rumah tangganya.

“Aku trauma dengan kata-kata mantan isteriku! Dia berkata rela pisah dengan seorang manajer dan punya gaji tinggi, jika ada hal yang tidak sesuai dengan kehendaknya! Itu artinya bagi dia, ketika Aku memiliki kekurangan, dia tidak bisa terima! Padahal kurang apa Aku, kakakku, dan juga keluarga membantu dia juga! Orang yang tidak mau bersyukur adalah sebuah nilai negatif buatku, paham kan?” Penjelasan Dera akhirnya membuat Lian mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti.

“Aku paham, Dera! Itu sangat prinsip, jika pasangan kita sudah merendahkan diri kita, padahal ada hal yang lebih dari kita, Aku pun pasti tersinggung! Yaahhh.. Kini aku mengerti semuanya! Tapi kamu tidak menolak kan kalau kemudian ada sosok yang mengajakmu kembali membina rumah tangga?” Lian tetap bertanya hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan pribadi Dera. Kebersamaan dua sahabat tersebut sangatlah erat sehingga mereka tidak sungkan bercerita masalah yang paling pribadi sekalipun.

“Aku tak bisa menentang takdir Allah, namun ada satu hal penting yang perlu siapapun tahu termasuk kamu, yaitu mengenai ibuku!” Dera menghela nafas panjang saat menjawab pertanyaan Lian.

“Ibumu? Ada apa dengan ibumu?” Lian bertanya penasaran. Namun sebelum Dera menjawab, tiba-tiba ada panggilan telepon ke Dera karena harus segera menghadiri rapat berkaitan dengan tawaran mitra kerja sama perusahaan. Dua sahabat tersebut akhirnya harus berpisah dan kembali bekerja di bagian masing-masing.

Dera adalah sosok yang sangat supel di kantornya, sehingga oleh konsorsium perusahaan, bukan hanya ditunjuk sebagai manajer, juga dia menjadi penanggung jawab kegiatan diklat dan promosi perusahaan. Media sosialnya tidak pernah sepi dari interaksi dengan mitra atau pihak luar. Relasinya sangatlah luas dan sering pula menjadi rujukan bagi teman-temannya.

Komunitas bidang yang dia kuasai pun selalu ramai dengan berbagai tulisan inspiratif Dera. Salah satunya ada sahabatnya, Majnun, yang sering sekali menanggapi dan merespon unggahan Dera di berbagai media sosial. Majnun bahkan sering pula berkirim berbagai cendera mata, terutama ketika Dera meraih berbagai penghargaan atas prestasinya. Tapi bagi Dera, Majnun hanya sahabat baik saja, tanpa ada embel-embel lain.

“Lo, kamu ini gimana, sih Dera, itu Majnun menurut saya suka sekali denganmu? Apa lagi yang kamu pikirkan? Segeralah… Kasihan juga si Ramillo, anakmu perlu ibu baru yang mengasuhnya! Majnun menurutku bukan hanya baik, menurutku juga punya visi hidup yang jelas!” Lian yang paham ada sosok perempuan yang begitu simpati dengan Dera, berupaya memotivasi sahabatnya tersebut untuk segera menanggapi perhatian Majnun.

“Lian, kamu paham nggak? Dia itu ada di Kendari, Sulawesi, jauh sekali! Sementara untuk bisa kesini bukan sekadar sayang-sayangan dan menumpahkan cinta monyet, tetapi harus langsung berhadapan dengan ibuku! Sanggupkah dia meninggalkan semua kesenangan, karier dia sebagai manajer divisi yang cemerlang, hanya sekadar memenuhi hasrat cinta dengan mau melakukan apapun yang diinginkan pujaan hatinya? Dia milik umat dengan karier yang cemerlang, perlu laki-laki yang paham dan bisa terus memberi semangat dia berprestasi dan bermanfaat bagi banyak orang!” Tentu saja penjelasan Dera membuat Lian terkejut. Lian pun semakin penasaran ada hal apakah yang memberatkan bagi Dera sehingga sosok seperti Majnun pun tidak mendapatkan respon maksimal dari Dera.

“Ada apakah sih dengan ibumu?” Akhirnya Lian pun teringat dengan percakapan yang tidak tuntas di tukang siomay saat makan siang beberapa hari yang lalu.

“Ini lihatlah!” Dera pun memperlihatkan sebuah foto di gawai miliknya ke Lian. Tentu saja Lian terkejut.

“Ya Allah, sejak kapan ibumu dalam kondisi demikian?” Lian pun kali ini lebih hati-hati karena apa yang dialami oleh Dera sungguh membuatnya pun ikut bersimpati.

“Sudah lama, beberapa bulan setelah saya berpisah dengan ibunya Ramillo! Beliau mengalami kecelakaan di toilet, sehingga kedua kakinya kaku dan tidak bisa berjalan!” Sendu Dera menjelaskan kondisi sang ibu. Tampak tetes air mata berjatuhan dari wajahnya. Lian pun segera merangkul Dera. Sebagai sahabat dekat, Lian betul-betul merasakan empati dengan kondisi yang dihadapi oleh Dera.

“Jadi itu ya, yang menjadi problemmu tidak gampang menikah lagi?” Lian menghela napas panjang. Dadanya ikut sesak dengan realita yang dihadapi kawan baiknya tersebut.

“Iya, bahkan ada dua temanku yang mencoba memperkenalkanku dengan sosok wanita, ada yang masih gadis, ada juga yang janda, namun saat Aku sampaikan, bahwa Aku punya ibu, hanya ibu yang kumiliki, maka calon isteriku harus menjadi bagian dari hidupku dan hidup beliau, ibuku! Kedua perempuan itu akhirnya mundur! Aku tidak perduli alasannya mundur, karena jika dia ikhlas mau berjuang dengangku merawat ibu, pasti dia bersedia denganku!” Dera menjelaskan kondisi yang dia hadapi. Kembali Lian menghela napas panjang dan mengelus dadanya.

“Sulit memang Dera, hidup dunia seperti sekarang, hanya seorang perempuan berhati berlian mau untuk berempati dengan kondisi dirimu! Dia berpikir sebagai seorang isteri, seorang ibu, dan seorang menantu yang baik dengan mau selalu siaga ada di sisi ibumu… Seorang perempuan ahli surga… Mungkin akhirnya dia pun lupa dengan masa depan dan harapannya hanya demi memberikan perhatian terbaik buat mertuanya.. Ya Allah.. Adakah? Semoga ada! Aamiin ya Rabb!” Lian berupaya memberi motivasi kepada Dera dengan suara yang bergetar. Dia pun merasa seperti sebuah situasi yang maha sulit yang dihadapi oleh sahabat karibnya tersebut.

“Aamiin ya Rabbal Alaamiin! Terima kasih Lian, kamu selalu berada di sisiku saat Aku terpuruk! Kemarin juga ada hal yang harus segera kusikapi! Karena takutnya dia begitu berharap kepadaku!” Dera melanjutkan perbincangan.

“Oh, ada yang suka kepadamu? Siapa?” Lian bertanya penasaran.

“Dulu dia adalah tetanggaku, sekarang sudah pindah rumah! Dia berpisah dengan suaminya, entah apa masalahnya! Dia punya anak tiga dan menjadi kepala bagian di sebuah instansi pemerintahan! Cantik memang, baik juga dan berprestasi! Beberapa kali dia pun like facebookku jika aku posting tulisan motivasi! Beberapa kali pula, dia pun mengarahkan sebuah cerita tentang motivasi bangkit dari kegagalan! Tapi masalahnya, yaitu tadi! Paham kan, kamu?” Penjelasan Dera kembali membuat Lian menghela napas panjang.

“Ah, wanita karier sukses seperti itu kayaknya tidak bisa mewujudkan harapanmu! Karier cemerlang, sementara punya anak tiga, apalagi jika masih kecil, tentu sangat repot harus mendampingi ibumu yang kondisinya seperti itu! Kamu tetap saja tidak akan tenang sebaik apapun perempuan itu, apalagi punya karier!” Lian pun mengamini apa yang menjadi permasalahan sahabatnya.

“Iya, Lian, Aku bahkan berpikir, besok jika semakin sulit posisiku, Aku lebih baik pensiun dini jika tidak ada sosok perempuan yang sanggup untuk berada dekat dengan ibuku saat Aku bekerja! Aku merasa terus berdosa dengan saudaraku yang diminta tolong menunggui beliau! Kakak-kakakku kan jauh, ada di Bali dan Lombok! Uang pesangonku, akan kupakai untuk usaha di rumah, sambil merawat ibuku! Aku ikhlas kehilangan karier demi memuliakan ibuku!” Derai air mata pun berjatuhan dari wajah Dera. Tak kuasa dengan persoalan yang dia hadapi, hanya kepada Lian lah, Dera bersedia berkeluh kesah. Lian pun langsung memeluk Dera dengan erat dan beberapa kali menyampaikan kata-kata motivasi untuk memperkuat psikologis sahabatnya.

Akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk Dera berada dekat dengan ibundanya tercinta. Dia rela tidak bepergian tamasya atau wisata atau makan-makan bersama sahabat dan kolega untuk sekadar menurunkan tensi kepenatan setelah bekerja, hanya demi sang ibu. Tidak jarang Dera harus menerima cibiran atau pula ungkapan keanehan dari teman-temannya karena sulit diajak bermain bersama di akhir pekan. Dera punya acara rutin yang tidak bisa diganggu gugat.

“Ah, Neng, apa sih yang kamu cari? Dia seorang manajer, banyak uang, baik pula orangnya, urusan statusnya dan juga usianya, bukan itu yang kamu cari kan? Yuk Bibi kenalkan, mumpung dia ada di dalam rumah, tadi Aku lihat dia masuk rumah dari kejauhan!” Bi Medina berkata kepala Lucianti saat ada di depan rumah ibunya Dera. Wanita muda dan cantik tersebut walaupun tampak ragu namun akhirnya mau masuk rumah Dera setelah permisi dan memberi tahu Ramillo yang ada di ruang tamu sedang main game online.

“Sebentar, ya! Ayah sedang merawat nenek bersama Bi Parni, kayaknya sedang mengganti pampersnya!” Perkataan Ramillo, anak Dera, sementara menahan Bi Medina dan Lucianti masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba Lucianti menutup hidungnya. Dia pun menepuk-nepuk punggung sang bibi.

“Bi, Kok seperti bau kotoran manusia? Siapa sih yang buang air besar?” Lucianti bertanya kepada sang bibi sambil menutup hidungnya. Bi Medina pun hanya geleng-geleng kepala tanda tak tahu.

“Oh, itu, kan tinja dari nenek, kan beliau apa-apa disitu di pampersnya, ah sebentar lagi juga sudah hilang baunya, karena Bi Parni biasanya bawa pengharum! Nah sekarang kan sudah hilang baunya, sudah harum!” Perkataan lucu Ramillo sekaligus menjawab pertanyaan Lucianti. Tentu saja hal tersebut membuat kaget Lucianti, tidak terkecuali Bi Medina. Sementara di dalam Dera begitu lama bersama saudaranya Bi Parni. Lucianti pun mulai tidak nyaman. Terdengar suara dari ruangan bagian dalam.

“Saya suapin, ya Bu! Ibu yang banyak ya makannya, biar sehat kembali!” Suara Dera terdengar dari dalam rumah. Beberapa lama kemudian Bi Parni yang sudah selesai dengan tugasnya mengganti pampers ibunya Dera keluar dari ruang dalam.

“Eh, Ceu Medina, Neng Luci! Mau ke Den Dera ya! Sebentar beliau sedang menyuapi ibunya, neneknya Ramillo! Ceu Medina dan Neng Luci tunggu saja, karena kalau sudah Dera pulang, biasanya ingin yang bersangkutan menyuapi ibunya! Saya keluar dulu ya mau bersih-bersih halaman!” Bi Parni pun menjelaskan kondisi yang sedang dihadapi Dera. Bi Medina dan Lucianti pun hanya saling pandang. Belum sempat bereaksi dengan penjelasan Bi Parni, dari dalam rumah terdengar lagi suara.

“Dera, ibu izinkan kamu menikah lagi, cari wanita yang sayang betul sama kamu dan Ramillo! Cucuku butuh sosok ibu untuk bisa merawat dan memberi kasih sayang! Apalagi ibu kandungnya sudah menikah lagi dan punya anak, tentu repot dia! Ibu izinkan kamu menikah lagi! Segeralah!” Suara lembut ibunya Dera namun dengan suara yang masih jelas membuat Dera pun menangis.

“Ibu tidak usah memikirkanku! Hanya ibu yang kupunya! Ibu segala-galanya bagiku! Aku selesai sarjana dan berkarir hebat adalah semua karena ibu! Doa ibu! Aku mau menikah lagi jika sepenuhnya hidup wanita itu untuk merawat ibu bersamaku! Aku tidak perduli dia cantik, dia kaya, dia berkarier hebat, bagiku yang lebih penting bagaimana dia mau ikut membersihkan kotoran buang air besar ibu dan memandikan ibu, serta menyuapi ibu! Jika tidak sanggup demikian, jangan harap aku mau menerimanya!” Ungkapan membuat tangis ibunya pecah.

“Kamu mau mengorbankan kebahagiaanmu dengan merawat ibu, Nak?” Suara bergetar ibunya sambil membelai kepala Dera benar-benar membuat derai air mata kedua insan itu mengalir deras. Tentu saja suara yang ada di dalam terdengar oleh Bi Medina dan Lucianti. Wajah Lucianti pun segera berubah dan dia pun segera menarik tangan bibinya untuk segera meningalkan rumah keluarga Dera.

“Lo, kok pergi! Katanya mau ketemu, ayah!” Ramillo heran karena tiba-tiba dua orang yang ada di ruang depan dengannya mendadak segera pamitan dengan suara pelan. Ramillo pun diam setelah Bi Medina menyerahkan uang lima ribu rupiah dan berkata bahwa itu uang jajan untuk Ramillo sambil pamit segera meninggalkan rumah keluarga Dera. Lucianti tampak kesal dengan sang bibi dan terus berbicara mengenai kondisi ibunya Dera. Sementara perbincangan di dalam rumah masih terus berlangsung.

“Ibu jangan ragukan Aku, Aku tidak perduli karier, jika Aku diperbolehkan berhenti bekerja hanya untuk merawat ibu!” Dera dalam isak tangisnya terus meyakinkan sang ibu dengan segala niat dan rencananya.

“Ya Allah, Nak! Maafkan ibu, jika kondisi ibu menghalangi semua kebahagiaan dirimu sendiri! Maafkan ibu!” Perempuan hampir tigaperempat abad itu pun akhirnya terisak menangis. Sosok tua itu pun kemudian meminta Dera memeluknya! Dera pun segera bangkit untuk kemudian memeluk sang ibu dengan erat dalam lingangan air mata. Beberapa kali kening sang ibu dicium Dera dengan penuh kelembutan.

“Hanya ibu yang kupunya! Hanya nenek Ramillo milikku satu-satunya yang paling berharga bagi hidupku! Ibu adalah mutiara hidupku!” Suara yang nyaris hilang itu tenggelam dalam derai air mata antara ibu dengan anak yang dicintainya.

Ramillo hanya bisa terpaku heran dengan kondisi ayah dan neneknya yang saling berpelukan dalam kondisi menangis. Dia pun secara spontan memotret momen luar biasa dengan gawai milik ayahnya itu tanpa dia sendiri sadari. Tak lama kemudian dia pun berlari dan ikut memeluk dua orang yang sangat mencintainya tersebut.

*TAMAT*

Langensari, Kota Banjar, 6 Juni 2022

Menunggui bocah yang sakit

#TantanganGurusianaJilidII

#Tantangan157

#MenulisBermakna

#MenulisUntukKeabadian

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post