Saeful Hadi

Warni sudah mandiri sejak lulus SMA dan berjualan buah di pojok pasar. Seperti biasa, saat bulan puasa, sangat ramai sekali pasar termasuk kios buah-buahan. Bukan hanya Warni ada juga beberapa gadis lain, seperti Tuti dan Meli. ketiganya belum menikah.

Kios buah berhadapan langsung dengan jalan sehingga ramai. Seorang ibu datang belanja dengan seorang pemuda yang menunggu di mobilnya seberang jalan. Si ibu mulanya mendatangi kios Tuti dan Meli, namun malah ribut karena kedua pedagang tersebut mempertanyakan lamanya sang ibu tersebut memilih buah-buahan. Akhirnya tidak jadi beli di kios dua pedagang tersebut dan beralih ke kios Warni. Warni sabar melayani si ibu. Tiba-tiba diganggu Tuti dan Meli sehingga Warni terjatuh dan dibantu dibangunkan oleh si ibu pembeli buah tersebut. Si ibu akhirnya jadi membeli buah di kios Warni. Warni pun diolok-olok Tuti dan Meli.

Waktu itu pedagang pasar ada sosialisasi aturan, semuanya diundang oleh pihak PD pasar. Sekaligus ada pemberitahuan bahwa kepala PD pasar mau menikahkan anaknya. Di luar dugaan, tiba-tiba ibu yang membeli buah di kios Warni naik ke panggung dan disampaikan oleh pembawa acara bahwa dia isterinya kepala PD pasar. Sang kepala pun berkata, “Ini isteriku, ini anakku dan silahkan Neng Warni naik ke panggung! Nah ini adalah calon menantuku, pedagang buah yang sabar!” Tuti dan Meli pun pingsan.

Langensari, Kota Banjar, 19 Maret 2024

Selingan saat mengawas PSAJ