Saeful Hadi

Keluarga Jonomin sangatlah kaya, namun terkenal kikir. Jangankan untuk memberi tetangganya yang kesusahan, bayar zakat fitrah pun sulit. Lebih tidak manusiawi perlakuan mereka terhadap asisten rumah tangganya, Nining, seorang janda dengan dua anak. Selalu telat membayar gaji, juga tak mau menolong kondisi ekonomi dan sekolah kedua anak asisten rumah tangga tersebut.

Nining tabah dan Ikhlas sebagai buruh cuci. Namun urusan sekolah sang anak, Nining sangatlah perduli. Adam anak sulungnya lulus SNMPTN dan masuk jurusan Manajemen Universitas negeri ternama. Sang adik pun, Delia menyusul lolos ke Universitas yang sama berbeda jurusan. Saat sang ibu masih berkutat dengan pekerjaannya, Adam berhasil lulus dengan predikat cum laude dan berhasil menjadi seorang manajer. Nining tidak berumur panjang, dia meninggal saat Delia sedang menunggu jadwal wisuda.

Perusahaan Adam mengadakan kegiatan bakti sosial. Dia diberi tanggung jawab untuk menyalurkan bantuan sosial berupa sembako kepada warga kurang mampu. Dia dengan ramah menyapa warga yang menerima bantuan. Tiba-tiba dikagetkan dengan kedatangan Jonomin dan kedua anaknya ikut antrian sembako dengan wajah tertunduk. Tentu saja Adam bengong dan mau menanyakan kenapa mantan majikan ibunya tersebut ikut antri sembako. Sebelum menanyakan, sosok tua mendatangi Adam dan dia mantan ketua RT yang sangat Adam kenal. Sosok tua itu berkata, “Jonomin bangkrut, Dam! Semua hartanya disita karena main mata sama pejabat yang korupsi!”

Langensari, Kota Banjar, 6 April 2024

Selesai beres-beres prepare ke Cineam