Saeful Hadi

PROFILE PENULIS Laki-laki bernama lengkap Saeful Hadi, S.Sos. ini lahir di Tasikmalaya pa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Timnas Indonesia Hancurnya Reputasi Philippe Troussier
Timnas Indonesia: Hancurnya Reputasi Philippe Troussier

Timnas Indonesia Hancurnya Reputasi Philippe Troussier

Timnas Indonesia: Hancurnya Reputasi Philippe Troussier

Saeful Hadi

Mungkin bukan hanya sebuah momen unik, tapi juga langka bagaimana seorang pelatih sepakbola kawakan dan berkaliber internasional dengan rekam jejak kesuksesan yang luar biasa, realitanya tidak pernah bisa menang dari satu tim yang sama. Dia bukan hanya menukangi satu tim, tapi juga tim lain, dan dua tim yang pernah dia asuh, harus tersungkur sebanyak lima kali berturut-turut oleh satu tim saja, meskipun lawannya tersebut berbeda pelatihnya. Lawan yang menghantuinya adalah Tim Nasional Indonesia.

Itulah sosok Philippe Troussier. Pelatih kawakan asal Prancis tersebut mungkin akan mengenang sebuah perjalanan karir kepelatihannya yang paling buruk dan “menakutkan”. Bagaimana tidak, 2 tim yang pernah diasuhnya, Qatar kalah satu kali dari Indonesia (dan dia langsung dipecat, padahal sebelumnya mengantarkan Jepang juara Piala Asia 2000), sementara tim berikutnya yang diasuh dia yaitu Vietnam lebih tragis lagi kalah empat kali berturut-turut, 3 kali tingkat senior (1 Piala Asia dan 2 kualifikasi Piala Dunia) serta 1 kali saat kalah di semifinal Sea Games kemarin untuk level Timnas U-23.

Realita mengerikan tersebut berujung dia harus mengakhiri “janji” dengan tim yang diasuhnya yaitu Qatar dan Vietnam. Vietnam mungkin tidak terlalu memikirkan bahwa Troussier pernah kalah ketika menangani Qatar dari Indonesia, karena reputasi lainnya mentereng termasuk mengantarkan Jepang juara Piala Asia 2000 dan pernah menangani tim kuat Afrika seperti Pantai Gading, Nigeria dan Maroko. Namun nahas, justru Vietnam mau tidak mau dibuat hancur oleh Indonesia sebanyak empat kali kekalahan beruntun saat dibesut oleh Philippe Troussier. Tragis!

Perjumpaan beberapa kali Indonesia dengan Vietnam dua tahun terakhir adalah sebuah momen keterpurukan negeri Paman Ho tersebut. The Golden Star Warrios, julukan Vietnam bukan saja kalah berturut-turut sebanyak empat kali dari Indonesia, bahkan di kendang sendiri, di My Dinh Stadium, Hanoi mereka dibantai Indonesia 0-3, dan mengulangi sejarah 20 tahun lalu serta menutup superior mereka atas Indonesia di kandangnya. Tentu sosok Philippe Troussier akhirnya menjadi korban, untuk “dipaksa” mengakhiri kontrak yang durasinya sampai 2026 dengan Federasi Sepakbola Vietnam.

Walaupun sudut pandang lain bahwa kekalahan sebuah kesebelasan tidak mutlak kesalahan pelatih, namun rekor kekalahan yang tercipta tentu saja tidak strategis dan mengancam reputasi tim nasional sebuah negara, apalagi reputasi Vietnam sebagai tim dengan peringkat terbaik FIFA untuk wilayah regional Asia Tenggara. Mereka kini dibawah saingan beratnya Thailand, dan bukan tidak mungkin bisa disalip Indonesia dalam waktu ke depannya. Troussier harus menerima kenyataan dan nasib, karir kepelatihannya hancur oleh satu tim saja, yaitu Indonesia.

Belajar dari kondisi demikian, PSSI sepertinya lebih bijak dibawah kepemimpinan Iwan Bule dan kini Erick Thohir. Sepakbola Asia Tenggara yang cukup tertinggal dibanding Asia Timur atau Jazirah Arab dan Teluk, perlu pelatih yang tidak hanya mumpuni urusan skill atau teknis namun harus paham betul sosial budaya masyarakatnya. Shin Tae Yong atau STY menyadari itu dan PSSI pun membutuhkan pelatih yang bisa mengangkat mental dan meningkatkan kecerdasan para pemain. Sementara mungkin pemilihan Philippe Troussier sebagai pelatih kepala Timnas Vietnam lebih kepada mengutamakan aspek teknis dan reputasi, bukan menyesuaikan dengan kondisi riil sepakbola Vietnam sendiri. Hal tersebut mungkin juga merasa bahwa dasar kuat sudah dibina dan ditanamkan pelatih sebelumnya, Park Hang Seo, tinggal meningkatkan teknis saja, apalagi pencapaian Park Hang Seo sangatlah bagus. Namun realita yang terjadi, gagal total!

Philippe Troussier adalah sebuah “cerita unik” yang tidak akan mudah dilupakan dalam sejarah persepakbolaan internasional. Mungkin dia harus lebih cermat lagi mempertimbangkan tim mana yang akan dilatihnya dengan memori kelam selama menjadi pelatih Vietnam. Dia harus memperbaiki atau mengembalikan reputasinya, atau mungkin malah mundur selamanya sebagai pelatih. Entahlah! Namun yang jelas dan tidak bisa hilang adalah nama Indonesia akan selalu melekat di hatinya karena satu-satunya negara yang mampu membuat dia tersungkur dengan kalah sebanyak lima kali berturut-turut oleh satu tim yang sama! Semoga tetap sehat coach!

Jayalah sepakbola Indonesia!

Salam sepakbola!

Salam literasi!

Langensari, Kota Banjar, 27 Maret 2024

Lelah namun kantuk tak jua datang

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap surantap Kang. Sukses selalu

28 Mar
Balas

Terima kasih Kang Mas.

29 Mar

Kajian yang menginspirasi Gus

28 Mar
Balas

Terima kasih Pak.

29 Mar

Mantap

28 Mar
Balas

Terima kasih Pak Sandi.

29 Mar



search

New Post