Saeful Hadi

PROFILE PENULIS Laki-laki bernama lengkap Saeful Hadi, S.Sos. ini lahir di Tasikmalaya pa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tugu Perbatasan Desa
Tugu Perbatasan Desa

Tugu Perbatasan Desa

Tugu Perbatasan Desa

Saeful Hadi

Perbatasan Desa Macinong-Desa Komiteng.

Syahrawi berlutut dengan berurai air mata! Dia tak kuasa menahan sang kekasih, Municem untuk pergi menjadi Tenaga Kerja Wanita ke Taiwan setelah berhasil dibujuk saudara dan teman-temannya yang sudah berhasil bekerja di negeri orang. Desakan ekonomi keluarga dan juga kondisi Syahrawi yang tidak juga mendapatkan pekerjaan yang mapan, akhirnya dengan berat hati, Municem pergi merantau ke luar negeri untuk mencari uang buat sesuap nasi dan menghidupi keluarganya yang hidup pas-pasan.

Rombongan mobil travel dengan kondisi penuh sesak penumpang yang mayoritas calon Tenaga Kerja Wanita serta banyaknya beberapa barang bawaan menjadi saksi bagaimana hancurnya hati Syahrawi niatnya untuk segera menikahi Municem akhirnya kandas. Dia baru bisa bangkit setelah mobil tersebut hilang dari pandangan matanya. Sang keponakan, Jeki hanya bisa mengusap-usap punggung sang paman untuk bisa tabah dan ikhlas menerima kepergian kekasihnya.

“Sudahlah, Om! Sulit jika posisinya seperti ini! Jeki ikut prihatin dan merasakan kesedihan Om Awi, mungkin inilah takdir terbaik dari Allah, pahit memang, tapi Jeki yakin ada sesuatu yang lebih berharga yang bisa kita ambil hikmahnya!” Jeki berupaya membesarkan hati pamannya.

Jeki juga korban situasi nyaris sama seperti yang dialami pamannya, namun dengan kondisi yang lain. Dia ditinggalkan ibunya bekerja ke luar negeri sejak usia bayi enam bulan, dan baru bisa bertemu ibunya sepuluh tahun kemudian. Lebih menyakitkan lagi, ibunya pulang dengan membawa laki-laki lain, yaitu ayah tirinya seorang berkebangsaan Bangladesh, sementara sang ayah harus pontang panting mencari nafkah menghidupi kedua anaknya, Jeki dan kakaknya untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Sang ibu malah sejak tahun ketiga di rantau, tidak pernah lagi mengirim uang untuk kehidupan kedua anak dan suaminya. Kini sang ibu, setelah pulang pertemuan terakhir dengan Jeki, tiga tahun yang lalu, diberitakan meninggal akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan dimakamkan di Arab Saudi.

Sejak kedatangan sang ibu dan mengetahui kondisi dengan sosok laki-laki lain, ayah Jeki langsung jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Jeki pun harus putus sekolah saat kelas delapan Sekolah Menengah Pertama dan dia pun akhirnya menjadi buruh lepas untuk menyambung hidup. Beruntung sang kakak, saat bekerja jadi asisten rumah tangga di Jakarta akhirnya dinikahi anak majikannya dan bisa hidup bahagia di ibu kota. Tak jarang sang kakak pun mengirim uang untuk membantu kehidupan Jeki.

Syahrawi akhirnya bisa menyadari bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa, tidak ada yang bisa dia banggakan, andaipun sang kekasih Municem masih ada di sampingnya dan tidak pergi ke Taiwan, belum tentu dia bisa membahagiakan kekasihnya dan akhirnya setia menjadi pendamping hidupnya. Kisah hidup Jeki yang lebih pilu akhirnya memberi sebuah renungan bagi Syahrawi, ada makna lain yang bisa diambil dari hidupnya dan hidup orang lain.

Syahrawi masih beruntung, dia bisa lulus Sekolah Menengah Kejuruan bidang Teknik Kendaraan Ringan. Keahliannya dalam bidang montir kendaraan roda dua cukup diakui oleh banyak orang di desanya, dan itu yang juga memikat hati Municem, gadis desa tetangga. Namun kondisi kerja yang tidak tetap serta penghasilan yang tidak tentu besarannya, membuat keluarga Municem tidak bisa berharap banyak kepada Syahrawi dan akhirnya menyuruh puteri sulungnya tersebut bekerja di luar negeri karena ada tiga adiknya yang harus dinafkahi, sementara sang ayah hanya buruh tani dan sang ibu hanya buruh cuci. Dua adiknya masih sekolah serta satu yang masih balita, sangatlah berat beban hidup yang harus diterima Municem dan keluarganya.

Tiba-tiba ada tawaran kerja sama untuk membuka usaha bengkel roda dua kepada Syahrawi. Namun baru saja dia gembira dengan tawaran tersebut, pemuda dua puluh delapan tahun tersebut langsung kecut ketika tahu bahwa tempat dibukanya bengkel tersebut adalah hanya berjarak beberapa puluh meter dari tugu perbatasa desa yang membuat trauma bagi Syahrawi.

Dia akhirnya menolak karena tak ingin bayang-bayang masa lalu dan rasa sakit hatinya kembali menghantui hari-harinya, bahkan untuk kepentingan ke desa tetangga, Syahrawi sampai rela berputar arah jalan atau mencari alternatif jalan lain.

"Bodoh kamu, Syahrawi! Pemilik bengkel tersebut adalah pengusaha sukses dan keahlianmu sudah diakui, makanya mengajakmu untuk menjadi karyawan tetapnya, masa gara-gara trauma masa lalumu, sampai kamu berani nolak?” Gorin tak habis pikir dengan keputusan temannya tersebut. Gorin adalah teman dekat Syahrawi yang selalu memberi dorongan motivasi karena nasibnya pun sama, ketika isterinya akhirnya harus pergi juga ke luar negeri untuk mengadu nasib. Bedanya, isteri Gorin menjadi TKW di Hongkong dan masih rutin memberi kiriman materi dari luar negeri.

“Iya, Om! Jeki dukung jika Om bisa menjadi bagian dari bengkel tersebut, agar hidupmu bisa lebih mapan dan segera menikah dengan sosok perempuan yang mencintaimu sepenuhnya!” Jeki ikut juga memberi dukungan. Tidak ketinggalan, keluarga Syahrawi pun ikut pula mendukung.

Suasana bengkel yang baru berdiri tiga bulan itu begitu ramai dan menjadi rujukan bagi konsumen yang mengeluh dengan kondisi kendaraannya. Keahlian Syahrawi dan kerjanya yang tuntas, sehingga tidak mengecewakan konsumen, bahkan beberapa konsumen dari daerah jauh pun berdatangan ke bengkel tersebut. Banyak diantara konsumen yang meminta Syahrawi untuk memperbaiki kendaraannya yang bermasalah.

Namun ada sebuah ganjalan bagi Syahrawi yaitu tempat dimana dia ambruk saat ditinggal sang kekasih sangat jelas terlihat karena hanya berjarak puluhan meter. Hatinya berdesir dan dia beberapa kesempatan saat sepi memandang kosong ke tempat itu dengan berurai air mata. Kenangan pahit yang coba dia lupakan, akhirnya hadir kembali karena tempat peristiwa dahulu sangatlah berdekatan dengan bengkel tempatnya bekerja. Tiba-tiba!

“Wi, dipanggil bos!” Suara Gorin langsung mengagetkan Syahrawi. Gorin akhirnya mengikuti Syahrawi bekerja di bengkel tersebut, walaupun dalam kapasitas kerja yang paling ringan karena keahliannya sangat minim. Tanpa banyak tanya, Syahrawi pun segera menghadap majikannya.

“Wi, terima kasih sekali kamu sudah sangat berperan di bengkel ini dan pemilik bengkel sangat apresiasi dengan hasil kerjamu! Insyaallah, sang pemilik yang sekarang masih di perjalanan dari luar negeri akan pulang besok dan ingin bertemu denganmu! Katanya akan memberi hadiah kepadamu!” Perkataan sang manajer bengkel betul-betul membuat Syahrawi kaget sekaligus bahagia.

“Benarkah, Bos? Alhamdulillah jika kerjaku memuaskan! Semoga tidak mengecewakan! Terima kasih sekali! Oh iya Bos, kalau boleh bertanya, pemilik bengkel ini pulang dari negara mana, Bos?” Syahrawi bertanya penasaran.

“Katanya, sih Taiwan! Itu cerita isteriku, karena dia adalah teman dekat isteriku dan isteriku yang sering komunikasi dengannya!” Ketika menyebut negaranya Taiwan, hati Syahrawi kembali berdesir dan mau tidak mau dia teringat Municem, kekasihnya dulu yang harus meninggalkannya untuk bekerja di negeri tersebut.

Namun segera Syahrawi memulihkan situasi dan mencoba tidak lagi mengingatnya karena sang manajer memberikan kabar yang sangat menggembirakan. Bahkan setelah pertemuan itu, dia diajak manajernya tersebut untuk makan siang di sebuah restoran yang cukup mewah sebagai apresiasi atas kinerjanya di bengkel dekat tugu perbatasan desa tersebut.

Sang manajer memberitahukan kalau pemilik bengkel sudah tiba di Indonesia dan sekarang sedang proses perjalanan menuju tempat usaha miliknya. Entah mengapa ada perasaan yang tidak menentu bagi Syahrawi dan dia pun menjadi gelisah. Beruntung ada konsumen yang datang, sehingga dia pun segera bekerja dan ingin memperlihatkan kinerja yang memuaskan ketika pemilik bengkelnya tiba.

Suara kendaraan roda empat tiba-tiba terdengar dari kejauhan dan tanda-tanda akan sampai ke bengkel tempat Syahrawi bekerja. Meskipun beberapa orang yang merupakan karyawan administrasi serta sang manajer tampak sibuk dan sudah siap menyambut kedatangan pemilik bengkel, namun Syahrawi tetap fokus dengan pekerjaannya.

“Selamat datang Bu! Alhamdulillah selamat sampai disini, kami sangat menantikan kedatangan ibu dan bisa melihat kondisi bengkel yang sudah dirintis oleh Ibu walaupun pantauan dari kejauhan, he..he..! Sehat Bu?” Suara manajer bengkel menyambut kedatangan sang pemilik tampak begitu sumringah, apalagi isterinya juga ikut mendampingi. Sementara Syahrawi masih fokus dengan pekerjaannya karena mendadak hari itu banyak sekali konsumen yang menggunakan jasanya.

“Alhamdulillah, Pak Dasuki! Saya sehat dan lancar perjalanan, eh ada Mbak Ranti! Sehat Mbak?” Perempuan pemilik bengkel pun menanggapi sapaan sang manajer kepercayaannya yang dipanggil Dasuki dan segera bersalaman. Kemudian tidak lupa dia pun segera memeluk isteri Dasuki karena adalah teman dekatnya.

Syahrawi yang samar-samar dari bagian reparasi kendaraaan mendengar suara perempuan yang merupakan pemilik bengkel kaget setengah mati. Dia nyaris tidak percaya dengan suara lembut tersebut dan langsung melayangkan pikirannya dengan masa lalunya yang pahit. Namun, dia pun segera memulihkan diri dan fokus dengan pekerjaannya dan tidak ingin berandai-andai terhadap harapannya dulu yang kandas.

“Bengkel ini berkembang luar biasa dan menjadi rujukan utama bagi konsumen khususnya dua desa, Macinong dan Komiteng! Tentu bukan semata-mata karena saya sebagai manajer, tetapi pula dukungan para karyawan yang bekerja luar biasa, terutama salah seorang karyawan yang menurut saya sangat hebat kerjanya, dia…!” Sebelum melanjutkan penjelasannya, sang pemilik bengkel pun tampak menempatkan jari telunjuk ke mulutnya menandakan Dasuki tidak perlu melanjutkan perkataannya.

"Dimana dia sekarang, Pak Manajer? Tolong antarkan saya!” Perempuan pemilik bengkel itu pun segera meminta bertemu sosok yang dianggap karyawan terbaik di bengkel itu. Dasuki pun tanpa basa basi segera mengajak sang pemilik bengkel untuk menemui sosok karyawan terbaik di bengkel tersebut.

“Awi, tolong sebentar hentikan pekerjaannya! Ini Ibu pemilik bengkel ingin bertemu denganmu!” Dasuki pun segera memanggil Syahrawi untuk segera menghadapnya. Syahrawi segera menghentikan sementara pekerjaannya dan memenuhi panggilan manajernya. Dan drama pun terjadi!

“Ya, Allah Ya Rabb! Kau kah Municem? Tak salah mataku? Mimpikah ini?” Suara Syahrawi tercekat dan wajah bengong tidak percaya dengan sosok perempuan yang tampak dihadapannya yang disebutkan sebagai pemilik bengkel. Sang pemilik bengkel pun dengan tersenyum manis dan linangan air mata mengangguk-anggukan kepala. Begitu anggun dan sangat cantik di mata Syahrawi dan walaupun sudah nyaris delapan tahun tidak bertemu, namun sosok perempuan yang dulu sangat dekat di hatinya tersebut tidaklah banyak perbedaan hanya penampilan busana yang lebih rapi.

“Iya, Kang, Aku Municem! Si Icem, kekasih Akang yang dulu tega meninggalkan Akang ke Taiwan demi mencari untuk sesuap nasi dan menyelamatkan hidup kami sekeluarga! Apa kabar Kang?” Suara bergetar sosok perempuan pemilik bengkel yang ternyata Municem tersebut betul-betul membuat syok Syahrawi. Dia pun akhirnya ambruk berlutut dengan derai air mata yang tak tertahankan. Municem pun mendekat, lalu meraih pundak Syahrawi dengan lembut. Tampak air mata pun tidak berhenti berjatuhan dari kelopak matanya yang bening. Sementara yang hadir di bengkel tersebut termasuk beberapa konsumen tampak ikut menangis terharu.

“Maafkan Municem ya Kang! Tega sekali dulu meninggalkan Akang! Tapi semua karena keadaan, aku hanya bisa pasrah menjalaninya! Aku berdoa sama Allah, jika diberi kesempatan umur panjang, aku bisa mengumpulkan materi dan biaya di negeri orang, dan kita ada jodoh, Aku ingin tetap menjadi pujaan hatimu, Kang Awi dan ingin kita menikah!” Meledaklah tangis Syahrawi tanpa bisa berkata apa-apa. Municem pun berhenti sejenak untuk memulihkan perasaannya. Air mata seperti banjir tak berhenti keluar dari kelopak matanya.

“Tapi aku pun tahu dan ikhlas, jika kekecewaanmu begitu dalam dan tidak bersedia lagi menerimaku! Aku ikhlas, Kang! Semua hakmu atas pilihan terbaik untukmu! Aku sengaja komunikasi dengan teman dekatku yang sempat dua tahun bersama di Taiwan, yaitu Mbak Ranti, isteri Mas Dasuki, sepasang suami isteri temanku yang sangat amanah agar dibuatkan bengkel yang bagus, karena aku paham sekali keahlianmu! Aku kirim uang dari Taiwan untuk semuanya, kemudian Mas Dasuki pun aku tunjuk jadi manajer dan beliau pun akhirnya merekrutmu untuk menjadi pegawai terbaik di bengkel ini! Icem kagum sekali dengan Akang!” Suara lembut tersebut semakin membuat hati Syahrawi bergetar. Mulutnya terasa kaku dan tidak sanggup untuk berbicara.

“Bagaimana, Kang? Akang tidak usah memikirkan keluargaku karena mereka kini sudah mulai bangkit ekonominya setelah aku bantu saat bekerja di Taiwan, aku resign dari sana tahun ini karena cukuplah semuanya! Insyaallah mereka sudah tidak terlalu tergantung padaku lagi karena Abi dan Ummi sudah punya usaha yang mapan! Dan aku tahu kepribadianmu tidak berubah, Akang sosok yang baik dan taat pada agama, Icem salut! Akang bisakah kembali menerimaku?” Pertanyaan yang begitu berat untuk dijawab oleh Syahrawi. Dasuki pun mendekat dan mencoba mengajak Syahrawi untuk bangkit dan duduk dengan tenang di kursi yang ada di sekitar bengkel.

“Nak Awi! Ketulusan Mbak Icem janganlah disia-siakan! Dan kamu di mataku juga sosok yang baik dan layak untuk menjadi pasangan hidup beliau! Kalau belum bisa menerima sekarang, boleh kamu salat istikharah dulu untuk meyakinkan keputusanmu! Namun jika dirasa sudah tidak ada masalah, lalu kamu belum punya ikatan dengan perempuan lain dan kamu pun ikhlas menerima semuanya, aku pikir tak ada kelirunya menerima Mbak Icem sebagai isterimu! Nanti aku bersama isteriku bantu semua proses pernikahanmu!” Ucapan lembut Dasuki membuat Syahrawi kembali terharu dan seketika memeluk Dasuki. Dasuki pun segera mengusap-usap kepala Syahrawi dan terus meyakinkan hati anak buahnya tersebut. Hari itu keadaan di bengkel betul-betul menguras emosi dan larut dalam suasana haru.

Bengkel Tugu Perbatasan Desa sementara tutup selama tiga hari karena akan dilangsungkan pernikahan antara Syahrawi Komarudin dengan Municem Meilawati. Semua karyawan bengkel terlibat dalam acara sakral tersebut yang perjalanan ceritanya sangatlah penuh drama mengharukan, banjir air mata dan berakhir dengan bahagia.

*TAMAT*

Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, 29 Mei 2023

Selingan rasa sambal menunggui ibu sambil menunggu Zuhur

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post