Saepullah

Saepullah, seorang Guru Matematika di Provinsi Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
PENGORBANAN BERBUAH PRESTASI
Gambar Hanya Ilustrasi

PENGORBANAN BERBUAH PRESTASI

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pun berlangsung di Tahun Ajaran 2022/2023. Tiba-tiba pesan digital masuk ke WA-ku.

‘Alhamdulillah, Pak. Saya telah lulus dari Fakultas Hukum UNPAD. Terima Kasih bimbingan selama di sekolah dulu ya Pak. Jika berkenan, saya ingin berbagi kisah dengan junior di sekolah, Pak?’.

Aku pun segera menjawab, ‘Alhamdulillah, selamat ya Bang. Senang kamu sudah lulus. Baiklah nanti untuk sesi berbagi ke junior bisa diatur ya Bang’

Hatikupun berbinar dan penuh bahagian iringi kebanggaan.

Bayanganku kembali ketika A (Bukan Nama Sebenarnya) awal masuk sekolah saat MPLS. Saat pembelajaran pun kutemui dirinya agak murung dan putus asa. Dirinya tertidur di pojok kelas.

“Kenapa, tertidur?”

“Iya, Pak, Malas aja bawaanya.”

“O.. Gitu. Memang apa motivasi kamu masuk di SMA ini, dan apa cita-citamu?”

Pertanyaanku kemudia dijawalah oleh A yang mempunyai cita-cita ingin kembali menjadi manusia seutuhnya. Dirinya ingin dianggap oleh orang tuanya. Dirinya juga ingin menjadi seorang ahli hukum bahkan advokat.

Diriku tertegun akan sebuah disorientasi pembelajaran darinya. Aku pun mengajak A untuk berdiskusi terkait tujuan hidupnya kelak. Aku menggali tentang keinginan dirinya untuk bisa kuliah di Jurusan Hukum. Namun, motivasi semangat belajarnya belumlah muncul terutama di pelajaran matematika yang kuampu.

Aku mencoba memutar dan membalikkan diriku untuk melihat kondisi A. Mencoba membawa suasana dirinya kepada suasana diriku. Kutemukan sebuah pola agar A bisa memahami apa yang kusampaikan di pembelajaran mata pelajaran yang kuampu. Setiap selesai pembelajaran (dengan refleksi) kutanyakan secara satu persatu siswa melalui pesan WA terkait topik yang dibahas. Jika ada yang tidak dimengerti, bisa langsung bertanya kepadaku.

A pun kuajak berdiskusi tentang motivasi belajarnya. A kuajak ke sebuah ruangan khusus Aku dan A saja dalam ruangan.

Kugali tentang motivasi dirinya. Penggalianku berbuah dikarenakan dirinya yang urak-urakan dan nakal semasa di jenjang SMP. Kutanyakan kembali kenapa alas an melaksanakan ‘aksi nakal’ nya tersebut. A pun menjawab sebagai sebuah kesenangan saja. Aku pun berbalik bertanya ketika dirinya mengatakan kesenangan lewat cara yang salah tersebut. Ternyata A ingin mendapatkan sebuah perhatian dari orang tuanya yang sibuk menjadi anggota DPRD di suatu Kota tertentu di daerahnya.

Penjelasan demi penjelasan akhirnya kuberbalik bertanya kepadanya andaikan A melakukan perhatian orang tua dengan cara yang baik dengan aktif belajar dan berprestasi. A awalnya agak ragu untuk melakukan. Namun, aku memperkuat dirinya untuk bisa melakukan yang terbaik (minimal) untuk dirinya. Bahkan jika berhasil, bisa membanggakan orang tua menjadi lebih baik pula.

A pun akhirnya berusaha untuk melakukan perubahan pada dirinya. A berusaha sekuat tenaga lakukan itu. A pun tak sungkan untuk meminta tolong kepadaku untuk mengingatkan dirinya via pesan WA untuk melaksanakan aktivitas sholat di awal waktu di Masjid. Aku pun membantu dirinya untuk bisa melakukan hal tersebut.

Diskusi topik pelajaran di WA pun kerap kulakukan menemani A. A yang selalu gigih agar bisa belajar matematika. Bahkan A akhirnya berusaha meski tertatih untuk melakukan pengerjaan soal demi soal matematika. Ia hanya berharap agar bisa memahami pelajaran dengan sebaiknya.

Tak mudah memang perjuang A untuk menangani rasa kantuk, rasa bersalah saat di SMP hingga penumbuhan motivasinya. Peranku sebagai pendidik terus berjalan dengan melihat perkembangan A. Kuselipkan doa kala itu untuk A dan siswa-siswaku lainnya.

Detik waktu pun terus bergerak hingga tibalah A di akhir SMA. Dirinya pun berhasil masuk dalam nominasi SNMPTN. A tak menyia-nyiakan untuk mengambil jurusan Ilmu Hukum di Universitas Padjajaran dengan sebuah arahan dariku melihat nilai-nilainya. A pun menurut dengan dibantu istikharah kepada Allah.

Pengorbanan waktu dan tenaga hingga pikiranku untuk generasi penerus sudah selesai di A dengan lulus sebagai Sarjana Hukum dari Unpad. Masih banyak pula pengorbanan untuk generasi berikutnya yang kan siap kuhadapi dan kukorbankan. Meski tertatih, namun iringan ikhtiar dan doa yang terlantun memperkuat tekadku jadi pendidik yang berdedikasi. Aamiin..

*Gambar Hanya Ilustrasi untuk mendukung kisah nyata

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Pak. Salam literasi

13 Nov
Balas



search

New Post