Safiroh

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Capek, Bu, Tapi Aku Berusaha Sampai Tuntas

Capek, Bu, Tapi Aku Berusaha Sampai Tuntas

Hari itu Minggu pagi. Karena suatu hal, Bu Liana, seorang wali murid, memintaku mendampingi putrinya mengikuti lomba mewarna. Kulihat Ocha agak sesenggukan. Spontan, kusambut, kurendahkan badanku searah dengannya, dan tersenyum. “Ditemani Bu Guru ya, ada teman-teman juga kok.” Tak berapa lama, ia sudah tampak ceria. Dalam perjalanan menuju lokasi pun, tak ada kendala. “Siapa yang mau juara?” tanyaku. “Saya, saya, Bu,” jawab mereka bersahutan. “Siapa yang mau dapat piala?” tanyaku kemudian. Dengan penuh semangat, mereka mengajukan dirinya masing-masing.

Kuceritakan singkat saja tentang Ocha. Awal kumengenalnya, dia membutuhkan bimbingan khusus dalam motorik halus. Beragam pendekatan kulakukan sebagai stimulus agar ia mau menggerakkan jemarinya yang lemas. “Capek, Bu!” Itu selalu menjadi keluhannya. Syukurlah, dukungan kerjasama dengan orang tua yang optimal, membuat perkembangannya kian melejit. Tak kusangka, ia pun mau mengikuti lomba-lomba. Justru di bidang yang dulu sangat tidak disukainya. Mewarna, kolase, menata puzzle, dan semacamnya.

Ratusan anak TK dan PAUD se Kota Malang mengikuti lomba mewarnai di depan Plasa Sarinah dekat Alun-alun. Wajah-wajah imut tampak serius menggores-gores alat pewarna ke medium kertas yang sudah memiliki gambar dasar. Dengan menggunakan oil pastel, mereka nampak semangat mewarnai gambar masing-masing. Kutunjukkan dua jempolku pada anak-anak ketika sekilas beradu pandang. Satu per satu muridku tampak selesai. Tinggallah Ocha dan Lili diantara segelintir peserta. Kuamati, mereka tetap tenang, tinggal finishing. Hingga panitia menghampiri karena waktu habis, mereka mengumpulkan karyanya.

Keduanya tampak lega. Akupun langsung mendekat, membantunya merapikan peralatan. “Gimana, capek ya Ca? perlahan kubertanya. “Capek, Bu, tapi aku kerjakan sampai tuntas.” jawabnya ringan. “Oh ya? Ocha hebat sekali!” ucapku meyakinkan. “Kata Bu Guru, walaupun capek, harus berusaha sampai tuntas,” lanjutnya sembari mengambil botol minum dan kue.

Aku tertegun sesaat. Keharuan meliputiku. Anak sepolos itu bisa mengungkapkan kalimat yang begitu bermakna. Bahkan, ungkapannya yang ia akui kutipan dariku, aku tidak menyadari kapan mengucapkannya. Tak jarang, aku memotivasi adik, rekan, atau diriku sendiri untuk menuntaskan sebuah tugas, tanpa banyak berkeluh kesah. Terkadang, masih ada saja alasan untuk menunda pekerjaan. Justru Ocha, di usianya yang masih belia, seakan menyirami nuraniku dengan nasihatnya. Ia tidak berteori. Memberi contoh dengan tindakan nyata.

Menunggu saat pengumuman, debar hati kami tak kunjung berakhir. Kuperhatikan, ada enam gambar yang telah disisihkan oleh juri. Dua diantaranya adalah milik muridku. Ocha dan Lili. Tentu, meningkatlah rasa optimisku. Hal yang sama juga tampak bersinar pada raut muka mereka. Meski demikian, ia masih berujar, “Kalau nggak juara I tidak apa-apa kan, Bu!” “Iyaa, yang penting, Kakak sudah berusaha, itu luar biasa. Menang adalah bonusnya,” jawabku membesarkan hatinya. Tersebutlah Lili sebagai juara III dan Ocha sebagai Juara I.

Aku bangga padanya. Semangat Ocha selalu ada dalam memoriku. Itu adalah bonus bagiku. Dan baginya, semoga berbekas dalam setiap tindakannya hingga dewasa kelak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bu Safiroh.

15 May
Balas

Nuhun Pak. Ini dalam rangka mengonsistenkan diri menulis.

15 May
Balas



search

New Post