“Bu, lusa Haidar ulang tahun di sekolah. Saya nitip undangan untuk teman-temannya ya, Bu,” kata Bu Rini menginformasikan rencana untuk hari spesial putranya. Sebelum pulang, kuminta Tasya membagikan membagikan undangan tersebut. Dengan lincah, Tasya mengelilingi teman-temannya sambil berkata, “Ini undangan idul miladnya Haidar, ya!” Riuh sorak sorai anak-anak menerimanya. Sementara, Haidar, hanya senyam-senyum.

“Eh, Lara, kamu mau bawa kado apa?” “Nggak tahu nanti mama yang belikan.” Tampak beberapa anak saling bertanya tentang kado yang akan mereka berikan. “Aku mau belikan tas,” kata Hilman. Terdengar Rere berencana lain. “Haidar kan suka…, bla, bla,....” Beragam celoteh terdengar di luar kelas.

Ya, Idul Milad (IM:bhs arab) adalah ulang tahun or birthday. Ikon itulah yang digunakan bila ada siswa yang merayakan hari lahirnya di sekolah. Sebagaimana umumnya, perayaan ini identik dengan pesta dan hadiah. Bagi anak-anak tertentu, Idul Milad jadi event yang ditunggu-tunggu. Bahkan momennya diabadikan agar dapat dikenang sepanjang masa.

Sebenarnya, Idul Milad merupakan bentuk ungkapan rasa syukur orangtua karena telah dianugerahi anak oleh Yang Maha Kuasa. Sering kali pada keluarga tertentu yang mempunyai kelebihan rezeki mengadakan pesta ulang tahun anak secara besar dan mewah. Tidak sedikit pula keluarga yang hanya menyelenggarakan pesta anaknya secara sederhana di rumah atau di suatu tempat. Mereka makan bersama atau hanya mengundang keluarga besar saja. Kemudian melakukan foto-foto untuk dokumentasi.

Idul Milad Haidar yang keempat lalu, dirayakan di panti asuhan. Mama Haidar, dosen dan aktivis LSM Perlindungan Anak, ingin menumbuhkan jiwa sosial putranya sejak dini. Namun, tahun ini tampak berbeda. Perkembangan Haidar di bidang religi sangat membahagiakan kedua orang tuanya. Hafalan surat pendek semakin banyak, hafalan doa dan artinya, keinginan untuk sholat berjamaah, tampak menonjol akhir-akhir ini. Karena itulah, keluarga Haidar ingin mengungkapkan rasa syukurnya bersama teman-teman.

Yang utama Idul Milad bukanlah sekedar seremonial, terlebih hanya untuk mengejar gengsi. Interaksi anak dan orangtua sepanjang tahunnya, dari momen perayaan kelahiran tersebut hingga momen perayaan kelahiran berikutnya, itulah yang akan bermakna.

Sesampainya di rumah, Haidar sibuk. Satu per satu kado dibukanya. Mbak Feni (Kakak Haidar) turut membantunya. “Ini Dek, bagus banget!” Aneka mainan, alat tulis, kaos serta baju bergambar tokoh kesukaan Haidar memenuhi kamarnya. Tinggal sebuah kado yang belum dibuka. “Dari siapa ya?” Tanya Haidar dalam hati. Ia membukanya perlahan.

Tak disangka. “Hadiah dari Bu Guru, Ma!” “Yeah, sajadah, sajadah, aku dapat sajadah baru!” Dengan girang, ia mencium sajadah barunya. Saking gembiranya, ia berloncatan kesana kemari. “Nanti, kalau sholat aku pakai ya, Ma.” pintanya.

Ekspresi yang sungguh tak biasa. Haidar bisa saja larut bermain dengan aneka mainan barunya. Atau mencoba alat-alat tulis. Atau baju barunya. Sebagaimana anak-anak lain bergembira di hari ultahnya Tapi ini, “tidak.” Hadiah “Sajadah Baru” begitu berarti baginya.

Setiap usai sholat, Haidar selalu melipatnya dengan rapi. Sikapnya ketika sholat, doa-doa yang dipanjatkannya, sangat khusuk menusuk kalbu. Pesan Bu Guru pun selalu dilaksanakannya. Seisi rumah serasa tercerahkan.

Melihat hal ini, Mama Haidar tak kuasa menahan haru. Tak henti-hentinya ia mengucap syukur atas keajaiban ini. Haidar kecilnya tumbuh menjadi anak sholeh sebagaimana doa yang ia panjatkan setiap saat usai sholat. Sajadah yang baru. Sajadah penuh makna. Sekeluarga menjadi berkah. Nuansa religi kembali segar. Aktivitas Haidar membawa semangat baru. DaIam benak mama, “Inilah hadiah terindah yang dipersembahkan Haidar untuk kami.”

*dituturkan oleh Mama Haidar