Siluman Ketiga
Siluman sepintas membawa aura mengerikan. Menakutkan. Bagi siapa saja. Tak terbatas usia. Bisa tua, muda, pria, atau wanita. Terbayang, sesuatu yang tiba-tiba muncul kemudian menghilang. Atau ada tapi tak nampak. Haaah serem!
Tapi, janganlah berlebihan. Bersikaplah wajar agar tetap realistis. Dan solutif. Maksudnya? Ya, terbukti kata ini pernah membantu saya menyelesaikan sebuah masalah. Selain mengajar, saya juga menjadi pengelola asrama putri milik keluarga. Walaupun tidak menetap, tapi saya selalu meluangkan waktu. Semacam ibu pengasuh bagitu. Minimal weekend atau ketika libur sekolah. Mereka rata-rata anak SMP, dan ada beberapa anak yang masih SD.
Ada siluman di asrama? Hah? Bagaimana bisa? Itulah masalahnya.
Ceritanya begini. Beberapa saat yang lalu, ada sebuah mangkuk di kamar astri (asrama putri) lengkap dengan sendoknya. Tampaknya sudah digunakan. Karena ada sisa makanan yang menempel. Sepertinya kudapan malam anak-anak.
Biasanya sebelum tidur, sang ibu mengingatkan untuk mencuci segala peralatan makan yang telah dipakai. Tentu saja khawatir kalau-kalau ada serangga yang mengerumuni. Lebih preventif lagi, sang ibu tidak ingin anaknya menjerit malam-malam karena telinganya kemasukan semut. Atau kulitnya gatal digigitin semut. Namun warning sang ibu malam itupun larut dalam lelapnya semua penghuni astri.
Hingga pagi tiba. Mangkuk itu masih ada. Sontak, sang ibu bertanya pada putri-putrinya yang baru selesai tadarusan di masjid. “Siapa yang membawa mangkuk ini ya?” “Ayo dicuci!” Hingga semua putri itu berangkat sekolah, mangkuk itupun masih di tempat yang sama. Tanpa sepengetahuan sang putri, si ibu bertanya pada mangkuk dengan nada kesal, “Siapa siiih yang membawamu ke sini?” Tentu, mangkuk pun diam seribu bahasa. Ibupun maklum dan tak memaksanya menjawab.
Karena tanggung jawab menyelesaikan tugas, malam itu sang ibu pulang larut malam. Putri-putrinya tampak sudah asyik menikmati pulau kapuk. Sebuah benda selanjutnya menarik perhatian ibu. Lagi-lagi mangkuk itu. “Kok masih di sini juga ya!” bisiknya dalam hati.
Telah berlalu tiga hari tiga malam. Dan tak seorang pun tergerak untuk membawa atau mencuci mangkuk itu. Dalam sendiri sang ibu merenungi sikap tidak proaktifnya putri-putrinya. Dan yang paling menyedihkan ibu adalah ketidakjujuran. Ini MASALAH BESAR! Akhirnya sang ibu menimang gelas itu dengan saksi rekaman cctvNYA.
Di benaknya diliputi pertanyaan, “Siapakah siluman pembawa mangkuk ini?” Eh…eh…eh, belum saja dapat jawaban, belum saja tim investigasi diterjunkan untuk menangkap si pelaku, sang ibu menemukan tumpukan baju kotor di ujung kamar mandi. Pertanyaanpun terlontar mencari si pelaku. “Ayo, Nduk, siapa yang menaruh baju-baju kotor ini, simpan di tempatnya ya!
Namun. Sedihnya quadrat tiga sang ibu. Hingga hari keempat, tak jua ada yang menyentuh tumpukan baju kotor itu. Ada lagi celana biru dongker berlabel nama anak laki-laki. GAWAT. Tambah aneh. Tak kuat dengan sikap cuek putra-putrinya itu, ditambah tak tahan melihat benda kotor tidak pada tempatnya berlama-lama, sang ibu membereskan, menyucikan, dan menyetrikakan. Sambil terus melantunkan permohonannya pada Dzat Yang Maha Melihat dan Mendengar. “Pertemukanlah aku dengan siluman kedua Ya Alloh, aku tidak akan memarahinya. Hanya akan kutunjukkan padanya arti tanggung jawab dan kejujuran.”
Di sepertiga malam terakhir setelah sholat lailnya, sang ibu pun menghamba dan bermunajat, “Ya Alloh, telah kusampaikan permohonanku untuk bertemu siluman 1 dan 2. Tapi jangan pertemukan aku dengan siluman ketiga.Ya Alloh, dekatkanlah aku dengan putri-putri yang selalu respek pada pertanyaan ibunya. Juga putri-putri yang selalu bertanggung jawab bila membawa benda-benda yang kotor. Karena tiada lain, kuingin menjaganya dari sakit dan prilaku buruk. Terima Kasih Ya Alloh.”
Kutempel tulisan ini di pintu astri. Alhasil, siluman 1 dan 2 menampakkan wajahnya dalam wujud yang menyenangkan. Saya terima pengakuan dan permohonan maafnya. Saya juga bersyukur Alloh tidak mempertemukan saya dengan siluman ke-3. Alhamdulillah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
inspiratif sekali bu.... kereen ...
Trims Bu. Belajar menuangkan pengalaman.
Mendidik sekali. Keren bu
Berusaha mengatasi masalah anak-anak dengan tulisan, bisa juga. Alhamdulillah. Trims Pak Yudha.
Berusaha mengatasi masalah anak-anak dengan tulisan, bisa juga. Alhamdulillah. Trims Pak Yudha.
Sangat indah dan keren tulisan bu firoh sedikit lucu dan sangat mendidik bravoo bu firoh
Luar biasa, pemecahan masalah yang mendidik
Ragam tulisan Njenengan bagian dari inspirasi. Trims Bu.
Trims, Pak
Hatur nuhun.
Tulis juga pengalamannya ya, Pak. Ayo berbagi cerita.
Keren bangetz tulisannya ... menarik sekali Bu
Terima kasih Bu Hanny. Sharing trik bila ada gurusianer yang menghadapi masalah yang sama.
Luar biasa Mba Firoh, saya suka banget... Tentang penanaman karakter
Betul, Bu Umul. Menanamkan karakter dengan berbagai pendekatan.
Kerennn mba...sangat mendidik. Dibutuhkan kesabaran yang lebih mendampingi kemandirian mereka..
Ya Bu, kalau ditegur langsung kadang sensitif dan nggak berubah. Mencoba dengan trik lain. Alhamdulillah.
Ya Bu, kalau ditegur langsung kadang sensitif dan nggak berubah. Mencoba dengan trik lain. Alhamdulillah.
Saya pikir cerita misteri. He He... kecele.....!
Baru bisa bikin judulnya, Bu. Kontennya beluuuuum. Next, semoga.
Kreatif yaa pemecahan masalahnya. Lucu juga. Mantab, Bu.
Bu Fitri tuh yang ngajarin kocak. hehe
Jangan sampai ada orang ketiga bu... Hehehe...
Betul. Jangan deeh. Apalagi keempat, dst. Trims Pak.
cerpennya mantap Bu' dapat berbagi untuk teman2 kami pengurus Astri (asrama putri)
keren, terbawa alurnya .. bagus
Tulisan yg cerdas bu...menginspirasi sekali. Jadi ingat mami sy yg rajin tahajud semasa hidup beliau....
Kereen
Mantul, Bu. Inspiratif.
Itulah yang terjadi pada kami saat melakukan kesalahan, Bapak tdk memarahi kami. Namun ada nasehat dalam pesan tulisan beliau.