Safrida Lubis

Seorang yang belajar dari membaca dan mendengarkan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisah Sang Pendamping Haji Lansia #9

Kisah Sang Pendamping Haji Lansia #9

Kisah sebelumnya adalah dimana saya membulatkan tekad agar benar-benar mengikuti manasik haji dan umrah ini sampai saya menyadari bahwa saya siap!

Dan ini lanjutannya...

9. Allah Maha Besar!

Padahal ini sudah di penghujung tahun dua ribu lima belas, akan tetapi hujan masih setia menemani detik-detik pergantian tahun.

Langit masih hitam, hujan yang deras sudah berubah menjadi tetesan air.

Sambil meletakkan mantel hujan yang saya pakai, mata saya menyapu area parkir yang biasanya dihuni beberapa mobil keluarga milik beberapa jamaah peserta manasik, masih lenggang.

“Udah ada yang datang Da?” tanya mamak yang masih berdiri sambil memegangi besi bagian belakang dari sepeda motor saya.

Saya celingukan kekiri dan kekanan, kosong, lalu menatap pintu aula tempat dimana kami selama ini melaksanakan kegiatan, tutup. “Nggh… belum nampak mak! Tapi mungkin di dalam ruangan udah ada orang,” jawab saya sambil menarik sebelah tangan mamak yang masih memegang besi bagian belakang dari sepeda motor saya dan menuntunnya berjalan.

Baru beberapa langkah saya berjalan, sebuah sepeda motor lain masuk dari arah gerbang dan berbelok mencari tempat terlindung dari hujan di samping ruangan aula. Setelah pengendara sepeda motor tadi membuka helm dan mantel hujan yang dipakai, maka saya pun mengenalinya, “Mak, itu udah ada panitia yang datang,” tunjuk saya gembira. Saya yakin, mamak pasti tidak tahu kemana arah maksud tunjukan saya, karena pada saat ditanya dan saya jawab ‘disana mak’ dengan arah beberapa derajat kekanan, tangan mamak menggawang-gawang tak tentu arah kesebelah kirinya.

Hujan begini menjadikan ruang aula hanya diisi beberapa peserta. Padahal sudah jam delapan lewat. Seperti biasa, saya dan mamak berjalan ke deretan kursi yang berada paling belakang. Diikuti Pak Ridha—panitia yang tadi saya lihat pada saat memarkirkan sepeda motornya, membuka pintu aula dan berjalan di deretan kursi paling depan.

Satu persatu peserta manasik haji mulai mengisi ruangan, walau tidak seramai seperti hari minggu biasanya.

Pak Ridha sudah terlihat lebih tua dibandingkan panitia lainnya. Rambutnya hampir semua dihiasi warna putih, begitu juga dengan jenggot yang menggantung di dagunya. Akan tetapi semangatnya yang masih berkobar dalam membimbing kami melantunkan kalimat talbiyah, salawat dan doa, menepiskan kenyataan bahwa usianya memang sangat senja.

Sebuah mikrofon tergenggam di tangan kanannya dan buku manasik menghiasi tangan kiri Pak Ridha. Enam puluh menit sebelum kehadiran tutor adalah waktu yang digunakan panitia untuk mengulang dan menjelaskan beberapa hal menyangkut manasik haji dan umrah.

Pak Ridha masih terlihat bersemangat sekali menjelaskan tentang taman Raudhah, tempat dimana Rasulullah dan beberapa sahabat di makamkan. Seiring menuntun kami mengulangi doa dan salawat saat berada di taman Raudhah, buku manasik dalam genggaman tangan kirinya terlepas dan jatuh. Seketika riuh rendah tawa peserta manasik menggema di ruangan. Saya hanya tertegun menyaksikan tubuhnya yang membungkukkan badan mencoba meraih kembali bukunya yang terjatuh.

Sepertinya hal tersebut tidak mengendorkan semangat Pak Ridha, kembali beliau melafazkan doa-doa dan menunggu peserta manasik untuk mengikutinya. Tetapi sesaat kemudian, buku itu kembali jatuh dan terlepas dari genggamannya. Kembali tawa peserta menggema.

Entah rasa malu ataupun memang semangat beliau yang terlalu tinggi, Pak Ridha kembali mengambil buku tersebut dan memulai lagi melantunkan doa-doa. Saya mendengarkan doa yang dibacakan oleh Pak Ridha sudah mulai tidak jelas lagi, seolah susunan kalimatnya berangsur-angsur menghilang. Kembali buku itu terjatuh untuk ketiga, keempat sampai kelima kalinya. Suara tawa yang tadi menggema kehilangan intensitasnya dan berganti bisikan kecil di tiap lorong.

“Pak! Duduk aja Pak! Bapak sakit itu,” Kak Fitri yang duduk di samping saya, berdiri sambil berkata dengan suara yang besar. “Bapak itu guru saya dek!” katanya pada saya sambil menoleh dan berjalan ke arah depan.

Di depan sana, saya masih melihat Pak Ridha berdiri mematung dengan tangan kiri bergetar dan masih mencoba menggenggam buku manasik yang berkali-kali terjatuh tadi. Wajah beliau berubah pucat, ‘Ya, beliau memang sakit’ bisik hati saya membenarkan pernyataan Kak Fitri. Bagian wajah sebelah kanan Pak Ridha terlihat lebih terangkat ke atas, tidak simetris lagi. Perubahan itu sangat kentara pada bagian matanya sebelah kiri diikuti hidung dan bibirnya. ‘Ah, seperti hal yang pernah dialami Ibu suami saya, yaitu stroke ringan sebelah badan, mungkinkah??’ Pertanyaan saya berkelabat di dada, tidak berani meneruskan sesuatu hal diluar jangkauan.

Beberapa peserta laki-laki sudah terlihat mengerubungi tubuh Pak Ridha. Ada yang memegang tangannya, menahan bahu dan sebagian berdiri membeku.

“Ayo Pak, kita bawa kerumah sakit, pakai mobil saya!” perintah Kak Fitri entah kepada siapa, yang jelas Pak Ridha segera dibawa keluar dari ruangan dengan tujuan rumah sakit.

Ruangan yang ditinggalkan oleh beberapa peserta manasik dan Pak Ridha kembali kasak kusuk. Bermacam suara mereka menanggapi salah satu episode perjalanan hidup manusia di panggung Bumi ini.

“Ada apa Ida?” tanya mamak yang memang tidak mengetahui apa hal yang baru saja terjadi. Karena kejadian tadi memang melintas dalam waktu yang sangat singkat.

“Itu mak! Ada panitia yang sakit di depan, sekarang udah dibawa ke rumah sakit,” jawab saya sambil mengatur nada suara agar tidak berubah, karena air mata yang tidak dapat saya bendung lagi.

Saya menundukkan wajah, khawatir ada peserta lain melihat air mata yang semakin deras. Sambil menyembunyikan wajah, jemari saya membuka lembaran buku manasik pada bagian yang kosong lembarannya, dan pena di genggaman tangan kanan saya pun menari:

Minggu, akhir Desember 2016

Sungguh! Sangat sedikit yang mencoba melihat sesuatu dari sudut pandang yang lain. Allahu Akbar… Allahu Akbar…

Pukul 08.38, saat menerima arahan dari seorang panitia Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Ar Rahmah, apa yang ada di kepala ini saat seorang tua berbicara di depan puluhan orang tua juga dan dia ditertawakan serentak ketika buku tuntunan yang dipakai terlepas dari genggaman tangannya? Entahlah!

Aku duduk paling atas diruangan ini, sehingga sudut pandang yang kudapatkan juga semakin luas. Bukankah dalam melihat sesuatu, semakin kita ke sudutnya, maka semakin banyak yang dapat kita tangkap melalui penglihatan?

Pikiranku bertanya, ‘Kenapa mereka menertawakan? Bukankah yang didepan itu adalah orang tua yang patut dibantu, jika tidak sanggup dengan kekuatan, kan bisa dengan doa?

Bibirku tak mampu menyunggingkan senyum seperti mereka apalagi tawa, karena pikiran ini menjauh ke lorong waktu menembus jalanan dan berhenti pada sosok istrinya yang sedang menanti kehadirannya selalu di rumah. Bagaimana respon sang istri saat menerima kabar bahwa suami tercinta dalam keadaan seperti ini?

Aku memikirkan diriku disana, disaat tua, ditemani tenaga yang telah diambil entah seberapa oleh sang maha pencipta, dan dikala itu tiba-tiba mendengar bahwa suami tercinta di bawa kerumah sakit karena terserang penyakit secara mendadak. Allah…

Saya membiarkan tetes-tetes itu masih jatuh membasahi jilbab. Sambil memejamkan mata, bayangan Pak Ridha kembali muncul. Hati ini membisikkan bait-bait doa kepada Allah demi kebaikannya, semoga para malaikat mengaminkan doa ini, pinta saya lirih.###

Terima kasih telah membaca : )

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post