Mereka di Persimpangan

Al kisah tahun baru 2017, “Kecelakaan Maut di jalan Geronggong Ciperna Kabupaten Cirebon”. Waktu itu tepatnya hari Minggu tanggal 8 Januari 2017 pukul 06.45 tatkala hendak pergi berlibur bersama keluarga menuju pemandian Sangkanhurip untuk merendam di air panas. Dengan mengendari sepeda motor Beat keluaran 2010 saya sendiri dan suami beserta putriku berangkat dari rumah pukul 05.30.

Sejak awal keberangkatan, rasa ragu untuk turut serta menuju tempat pemandian Sangkanhurip menyelubungi diri. Demi sang bungsu kamipun melaju menuju tempat tujuan.

Di sepanjang jalan yang berbelok-belok hati selalu berdzikir membaca Asmaulhusna tiada henti. Seperti anak itik yang selalu mengikuti induknya akupun melaju mengikuti sepeda motor suami yang membonceng kedua putriku. Dengan tujuan agar dapat membaca situasi jalan yang baru aku jajali itu.

Dari belakang motornya selalu kuikuti, namun semakin jauh semakin lama semakin tak dapat terkejar. ( Dalam benaku “ apakah lebih baik berada didepan sehingga terpantau oleh suami dan purtiku” ). Dengan keyakinan itu saya mencoba untuk mendahului dan sepeda motorku melesat didepan sepeda motor suamiku. Di situ saya mendapat kode dari sang putri untuk melaju lebih depan.

Dengan isyarat itu saya lanjutkan berjalan dengan mengikuti arah sepanjang jalan yang masih berliku-liku sampai akhirnya saya menjumpai sebuah mobil box berada didepanku.

Perjalananku kini terhalang oleh sebuah mobil yang silih berganti berada didepanku. Semantara itu suami dan putriku mengikuti dari belakang. Timbul rasa ingin menyelip namun selalu saja tak bisa. Posisiku kini berada di belakang mobil sehingga konsentrasiku tertuju pada mobil yang berada di depanku.

Tanpa sadar, saya tidak memperhatikan keadaan jalan yang mulai dipenuhi dengan lubang-lubang kecil dan akirnya, “ Breggg, Allaahu Akbar” , terlontar dari mulutku yang seketika itu tidak dapat berkata-kata lagi. Motorku terpelanting jatuh kearah punggung jalan . Tak sadar akupun jatuh tertindih motor. Dada kiriku terasa sakit dan sesak napas seakan berat untuk berucap “ tolooong !”

Sambil mengulurkan tangan kananku aku melambaikan tangan seraya memohon pertolongan. Di persimpangan jalan tepat berada diantara tikungan jalan menuju Hotel Radiant Granggong, muncullah sosok tubuh tinggi besar berseragam biru dongker beserta pemuda putih bersih menolongku dan membangunkanku, menyelamatkanku dan membawaku ke pinggir jalan.

Sementara suami dan purtiku berada tak jauh dari kecelakaan itu langsung berhenti dan menghampiriku.

“Bagaimana bu, apa yang luka ? “Alhamdulillah pak tidak ada yang luka, tapi ini jari ibu seperinya kecetit. “Wah tidak bisa lanjut doong perjalanannya”., sahut sang bungsu.“Insyaallah bisa pelan-pelan”. “Pulang lagi saja yuh!, ujar sang bapak kepada keluarganya. “Tidak pak, kasihan anak-anak nanti kecewa hanya karena kejadian ini.

“Bismillaah ibu bisa lanjut”, Ucapku untuk menyenangkan sang buah hati. Dengan menahan rasa nyeri dan perih di jari tengah tangan kiri, kamipun melanjutkan perjalanan. Sambil berdoa “Bismillaahi majreha wamursaha innarobbi laghofururrohiimm”. Dalam hati selalu berdzikir dan tak henti-hentinya bersyukur. Alhamdulillah Ya Allah telah Kau selamatkan hambamu ini dari kecelakaan maut dan membayangkan kejadian itu, seandainya ketika saya jatuh dan melintas sebuah mobil entah apa yang terjadi. Kekuasaanmu begitu besar, perlindunganMu sungguh nyata dan irodatMu tak dapat dicegah oleh siapaun. Alhamdulillaah Ya Allah Subhanallah walhamdulillaah Allahu Akabar. dan berdzikir tak terasa sampailah ditempat “Parkiran Sangkan Hurip Park”