Pentigraf
Pilihan Hidupku
Hidup memanglah tentang pilihan. Setiap orang berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri. Meskipun kadang memang tidak mudah untuk menentukan sebuah pilihan, tapi justru hidup kita akan lebih bermakna karenanya. Seperti itulah aku ( Fitri Deswita ) memaknai perjalanan hidupku selama 28 tahun. Ketika aku memutuskan untuk menikah dengan seorang pria yang usianya dua tahun lebih muda dariku. Saat itu, banyak sekali pertimbangan, halangan, dan rintangan, yang menghambat jalinan hubungan kami. Mulai dari orang tuaku yang tidak merestui hubungan kami karena alasan keadaan ekonomi keluarga pria pilihanku, sampai karena perbedaan-perbedaan yang ada diantara kami. Akan tetapi, setelah berta’aruf selama lebih kurang dua tahun, akhirnya kuputuskan untuk menikah dengan pria yang usianya dua tahun lebih muda dariku, dan itupun kulakukan setelah aku berhasil meyakinkan orang tuaku, kalau aku memang sudah memantapkan hati untuk memilihnya menjadi imam dalam hidupku. “Rizal Efendi” ya..itulah namanya. Nama seorang akhwat yang sudah membuat hatiku tak bisa berpaling untuk mencintainya. Meskipun usianya lebih muda dariku, tapi dia memiliki sifat dan sikap yang lebih dewasa bila dibandingkan denganku. Bagiku, dia adalah sosok pemuda idaman. Aku yakin, dia akan menjadi imam yang baik untuk keluarga kami nantinya. Menikah dengannya membuat aku menjadi seorang wanita yang sangat bahagia. Karena dia begitu sabar dengan semua sifat dan sikapku yang terkadang kekanak-kanakan. Tak terasa dua tahun sudah usia pernikahan kami. Tapi...dalam rahimku belum ada tanda-tanda benih janin yang tumbuh. Jujur saja, sebenarnya kami sangat merindukan hadirnya si buah hati dalam pernikahan kami. Tapi apalah daya, Allah belum menitipkan amanah tersebut kepada kami. Kami selalu berusaha untuk berobat ke sana ke mari. Konsultasi dengan dokter kandunganpun sudah kami jalani. Dokter mengatakan kalau tidak ada masalah dari kami berdua. Mungkin, kami memang harus lebih bersabar untuk menunggu kehadiran si buah hati dalam kehidupan kami.
Kini..genap tiga tahun usia pernikahan kami. Di tahun ini...kehidupan kami mulai mengalami berbagai persoalan. Mulai belum adanya tanda-tanda janin yang tumbuh dalam rahimku, sampai diagnosa dokter yang sangat mengagetkanku dan membuatku shock. Betapa tidak...dokter mengatakan kalau suami yang sangat aku cintai menderita penyakit kanker otak stadiom 2. Saat mendengar itu, dunia serasa runtuh, tubuhku lemah tak berdaya. Tapi...aku sadar aku harus kuat. Aku tak boleh menjadi wanita yang lemah. Aku harus menjadi penyemangat bagi suamiku untuk menjalani hari-harinya. Setelah semua keluarga kami mengetahui penyakit yang diderita oleh suamiku, kemudian keluarga kami bersepakat untuk menjual sepetak tanah milik orang tua dari suamiku untuk biaya berobat. Karena kami mempunyai kartu BPJS jadi biaya yang kami keluarkan tidak terlalu banyak. Sebulan sudah aku menemani suami di rumah sakit. Alhamdulillah..ada banyak perubahan dari kondisi kesehatan suamiku. Setelah melakukan beberapa chek kesehatan, dan dipastikan kondisi suamiku sudah membaik, akhirnya suamiku diperbolehkan pulang ke rumah dengan syarat melakukan rawat jalan. Kini..dua bulan sudah suamiku melakukan rawat jalan, dan aku lihat kesehatan suamiku berangsur lebih baik dari sebelumnya. Sekarang suamiku sudah bisa beraktivitas kembali meskipun tidak seperti dulu. Tapi...aku sangat bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kesembuhan kepada suamiku. Rasa syukur yang kupanjatkan tak hanya sampai di situ. Setelah sekian lama mengalami berbagai ujian dari Allah. Dan setelah sekian lama kami bersabar menantikan kehadiran si buah hati, akhirnya...hari bahagia itu datang, Tak bisa terlukiskan dengan kata-kata atau sesuatu apapun. Betapa bahagianya kami berdua setelah mendapat kabar dari dokter kandungan bahwa ada benih janin yang sudah tumbuh tiga minggu dalam rahimku. Raut bahagia semakin terpancar dalam wajah suamiku. Kabar gembira itu, seakan menjadi obat yang sangat mujarab bagi suamiku. Hal itu terlihat dari senyuman yang selalu terpancar dari kedua bibirnya. Selain itu, kesehatannya juga sudah pulih seperti sediakala. Kini...suamiku sudah dapat beraktivitas seperti sediakala. Dia sudah bisa kembali bekerja di sebuah bengkel tempat dia bekerja dulu.
Sekarang..usia kandunganku sudah masuk tiga bulan. Aku bersyukur tidak mengalami mual dan muntah seperti wanita hamil pada umumnya. Hari-hari kami jalani dengan bahagia dan penuh rasa syukur. Rasanya tidak sabar untuk menantikan kehadiran buah cinta kami lahir ke dunia. Meskipun jenis kelamin dari janinku belum bisa terdeteksi, tapi suamiku sudah menyiapkan dua buah nama untuk buah hati kami. Jika lahir laki-laki maka akan diberi nama “ Muhammad Alif “ dan jika yang lahir perempuan maka namanya adalah “ Fadhila Shidqiya” itulah dua nama yang telah dipersiapkan oleh suamiku untuk anak kami kelak. Hari itu...suamiku terlihat sangat bahagia. Dan karena sangking bahagianya, entah kenapa hari itu sifat kekanak-kanaknya muncul. Tak seperti biasanya, siang itu... dia memintaku untuk menyuapinya makan. Satu piring nasi yang kuambil, habis dia makan dan tak tersisa sebutir nasipun. Setelah aku menyuapinya makan siang tiba-tiba dia mengeluh kalau kepalanya sedikit pusing. Jadi, aku menyuruhnya untuk istirahat tidur siang. Tepat pukul 16.00 aku membangunkannya untuk sholat ashar. Setelah bangun, belum sampai dia berdiri tiba-tiba dia muntah-muntah. Semua nasi yang aku suapi siang tadi keluar dari perutnya. Wajahnya terlihat sangat pucat. Saat itu aku panik dan berteriak-teriak minta tolong karena kebetulan sore itu tidak ada orang lain di rumah. Bapakku yang biasanya di rumah sedang pergi ke kebun. Demikian juga dengan adikku. Sementara ibuku sudah setahun lamanya bekerja menjadi TKI di luar negeri. Para tetangga yang mendengar teriakanku langsung beramai-ramai datang ke rumahku. Rasanya tak percaya ketika ada salah seorang tetangga yang mengatakan kalau suamiku sudah tiada, ya..suami yang sangat aku cintai telah meninggal dunia. Meninggalkan diriku dan buah hati yang belum terlahir ke dunia. Tak tahu seperti apa kesedihan yang aku rasakan waktu itu. Rasanya ingin sekali aku ikut pergi bersamanya meninggalkan dunia ini. Tapi aku sadar...dalam rahimku ada buah dari cinta kami berdua. Buah hati yang harus aku jaga sendiri tanpa kehadiran ayahnya. Buah hati yang sudah menjadi yatim bahkan sebelum Allah tiupkan ruh kepadanya. Oh...buah hatiku sayang...buah hatiku malang...ibu berjanji nak...akan selalu menjagamu dan memperhatikanmu dalam rahim ibu sekuat tenaga ibu sampai kau terlahir ke dunia kelak. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan akhirnya kini saatnya usia kandunganku menginjak sembilan bulan. Betapa berat rasa di hati...tak hentinya air mata ini mengalir saat badan terasa nyeri, kaki terasa ngilu, ingin...rasanya aku dipijit oleh suamiku. Betapa rindu ini semakin menyayat qolbu...saat melihat wanita lain yang sedang hamil besar ditemani oleh suaminya, diberi support oleh ibunya, sedangkan aku...hanya ada bapak dan kedua adik laki-lakiku di rumah. Tapi aku harus kuat dan tabah menjalani semua ujian ini. Aku harus kuat demi si buah hati yang sebentar lagi akan lahir ke dunia. Genap Sembilan bulan sepuluh hari usia kandunganku, akhirnya lahirlah buah hatiku dengan normal. Alhamdulillah Allah beri kemudahan aku saat melahirkan. Meskipun aku melahirkan tanpa didampingi oleh suami dan ibu kandungku tercinta, tapi bapakku sangat sabar saat menemaniku melahirkan. Rasa sakit saat melahirkan, seketika hilang saat melihat malaikat kecilku yang sudah hadir ke dunia. Ya...dialah “ Muhammad Alif “ seorang bayi laki-laki yang sudah menjadi yatim saat usia tiga bulan dalam kandunganku. Sekarang usia anakku sudah enam bulan dan wajahnya sangat mirip sekali dengan Almarhum ayahnya. Dalam hati aku berjanji aku akan membesarkan anakku sendiri dan memberikan pendidikan yang terbaik untuknya. Karena ini adalah “ Pilihan Hidupku “ meskipun aku hanyalah single parent tapi aku akan berusaha sekuat tenaga demi anakku tercinta. Semoga anakku “ Muhammad Alif “ menjadi anak yang Sholih, berbakti kepada orang tua, dan berguna bagi Nusa, bangsa, dan agama. Aaaamiiin...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar