Sangu Nanti
Sangu Nanti
*****
Dua purnama terlewati
Entahlah …
Berapa purnama lagi?
E e engkau sadari
malam ini
atau esok hari
bahwa doa emakmu begini dan keringat bapakmu ini
*****
Hanya engkau hargai
dengan menyalakan api
puntung di bibir ini.
Hanya untuk menghabiskan isi
kantongmu: uang jajan dan bensin
mesinmu; kuda besi.
Hanya sekadar main gawai:
amanah orang tua sang wali
untuk belajar mencari,
membuat tugas, dan memberi
nilai diri. Bahwa engkau berarti!
Tidak kurang atau lebih.
*****
Apa perlu menanti
emakmu pergi
takkan tahu kapan kembali?
Apa menunggu emosi
bapakmu terkena darah tinggi?
Lalu hidup setelah mati.
Itukah waktu yang dinanti?
Saat engkau ratapi,
mereka tak mampu lagi
mendoakanmu setulus hati.
Kala tangisanmu berarti,
mengundang kereta roda kaki.
Pengumuman tengah hari
dari musala sebelah kiri,
Innalillahi emakmu pergi
bapakmu nikah lagi.
*****
Sampai kapan engkau sesali?
Bahwa bolosmu sangu nanti,
melompat pagar itu hobi
hari ini, dan cerita ini
ijazah terakhir
yang masuk dalam mimpi
setiap guru yang bersaksi.
Tunggu apalagi?
Karena purnama pasti
hadir tengah sasi
Lakukan sepuasmu hati
sampai puisi ini
menjadi sumpah mati.
*****
Tg-1
saifi. gurusiana.id
GubuGBendo, 17-01-2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren banget