Menulis, suatu kebiasaan yang sudah lama diajarkan sejak masa pendidikan usia dini, namun keberanian merangkai kata indah dan bermakna untuk dinikmati pembaca merupakan suatu tantangan ,ketelitian dan kekuatan serta keberanian, karena menulis ibarat memasak, racikan kalimat opini jika tidak ditambahi dengan bumbu selinkung,narasi dan frase penulisan, menjadi tulisan hambar yang semua media menolak untuk mempublikasikannya.

Berbeda dengan gurusiana, Begawan media guru sangat memahami bahwa meracik tulisan,ide dan gagasan dari seorang guru ibarat menuntun balita belajar, disalahkan berhenti menulis, tidak disalahkan makna tulisannya bias,gurusiana hanya menuntut disclamer “Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini”, Judul,tulisan ,racikan kata semua di publikasikan, membuat sugesti penulis bangga untuk terus menulis, sekalipun repetisi kata dan kalimat berulang mengarahkan pembaca menyimpulkan sebagai seorang penulis pemula.

Sugesti ini semakin membara manakala berbuah komentar dan apresiasi pembaca sekalipun sekedar gambar jempol yang penuh makna antara pujian isi tulisan dan penghargaan karena sudah mau menulis, Sang guru tumbuh menjadi guru sianer (pecinta gurusiana) apapun peristiawa,kemanapun melangkah, momen indah,sedih mapun menyenangkan ditulisnya dalam blog ini, seolah menjadi tempat setia curahan hati ide,opini dan gagasan menggeser catatan biografi lusuhnya yang tersimpan diantara buku-buku sang guru.

Motivasi menulis guru sianer perlahan berkembang keinginanya untuk menulis buku sendiri, kembali media guru turun gunung membimbing penulis pemula melalui pelatihan sagu sabu yang baiyanya merakyat, Begawan gurusiana memotivasi dan mengolah intuisi,rasa,frase dan repetisi susunan kata guru memutar-mutar dengan pasukan editor yang siap melahap “bodrek” dalam mengedit tulisan,hingga menjadi tulisan yang layak diterbitkan dan memiliki legitimasi ISBN.

Bangga sebagai guru sianer menggelora saat “sampul buku sudah jadi”, media wa,status,instragram,face book  menjadi ajang publikasi  mampu menulis , sekalipun setelah terbit bukunya belum tentu laku dipasaran, namun kebanggan,angka kredit,pembuktian,rasa percaya diri telah tergenggam.