Trauma (lagi)....
Beberapa jam setelah dilantiknya bapak Prabowo Subianto menjadi Presiden RI yang ke-8, seorang rekan guru sebut saja namanya Kang Suprat sambil membawa screenshot prediksi susunan kabinet, sore itu dia curhat kalau saat ini dia mengalami kecemasan yang mengarah ke trauma psikis...(Kayak mau ikut Ujian Nasional aja nih). Dia menyampaikan kalau trauma atau reaksi mental yang cukup mencemaskan ini selalu terjadi di setiap pergantian kepemimpinan di Indonesia. Lho lah kok bisa?? Sik sik kataku sambil mempersilahkan Kang Suprat untuk duduk kemudian nyeruput kopi susu yang disuguhkan istriku sore itu.
Sebenarnya apa sih yang dinamakan trauma, trauma menurut saya adalah semacam reaksi mental yang terjadi pada diri seseorang dengan yang mengalami kecemasan dan sulit menghindari pikiran-pikiran yang mengganggu yang berkaitan dengan kejadian sebelumnya. Nah lho... "Lha terus guru guru iku trauma nopo kang, tanyaku kepada Kang Suprat? " "Ini lho, trauma atau reaksi ini diakibatkan karena asumsi dari para guru bahwa setiap kali pergantian kepemimpinan maka pasti terjadi pergantian kabinet. Pengambil kebijakan pendidikan terutama kurikulum itu adalah para menteri, yang efeknya sangat dirasakan oleh guru guru se Indonesia ! " Jawab Kang Suprat berapi api. Owalah...jadi ada anggapan bahwa pergantian menteri ini akan membawa sebuah perubahan utamanya di kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia, trus sudah menjadi kebiasaan perubahan menteri maka akan terjadi perubahan kurikulum atau ganti menteri ganti kurikulum begitu seterusnya, begitu diriku menyimpulkan.
Nek aku kang...yang terjadi sebenarnya bukanlah pergantian kurikulum kang tetapi yang terjadi adalah perkembangan kurikulum di mana kurikulum yang sudah ada dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi yang real saat ini dan mengikuti perkembangan zaman sesuai dengan apa yang menjadi titah dari bapak pendidikan kita yaitu Ki Hajar Dewantoro dimana pendidikan harus sesuai dengan kodrat alam dan juga kodrat zaman " menyela pendapat dari kang Suprat tadi."
Kurikulum itu kayak anak kecil, terus tumbuh dan berkembang. Enggak mungkin kan kita terus-terusan pakai baju bayi pas udah gede? " Tambahku kepada kang Suprat yang mulutnya manyun karena mengunyah kentang goreng panas.
Tak sabar Kang Suprat langsung nge gass sambil memberondong pertanyaan esai yang harus kujawab, "Lhah pertanyaan nya sudahkah relevan dengan kondisi saat ini, apakah kurikulum akan berganti lagi, Kurikulum Merdeka ini kan masih bayi banget, baru aja lima tahunan. Kalo ganti lagi, ya repot. Guru-guru harus belajar lagi dari nol toh? " "Terus bagaimana dengan kondisi mental guru saat ini dan apa akibatnya nanti? "
Wah benar juga nih ucapan Kang Suprat, saat ini Kemendikbud memang telah memberlakukan Kurikulum Merdeka yang merupakan salah satu bagian dari episode Merdeka Belajar yang dihembuskan oleh Mas Mentri Nadiem Makarim yang setidaknya masih berjalan kurang dari 5 tahun. Wah kacau nih kalau di ganti lagi ? Batinku ... "Bisa-bisa nanti saya harus belajar lagi cara membuat rencana pembelajaran yang kekinian seperti yang dulu di ajarkan Pakdhe Sis teman sejawat saya yang mengajar Bahasa Indonesia. Atau mungkin akan muncul lirik awal lagu dari Peterpan yang berjudul Separuh Aku. Begini liriknya Dan Terjadi Kisah lama yang terulang kembali, Ya gelar Guru Diklat yang dulu di sandang pak Ari Pendekar Matematika yang konon katanya selalu mengikuti pelatihan dan menghabiskan hidupnya di sekolah hanya untuk mengerjakan tugas Diklat di depan Laptop akan terulang kembali. Hehehe. Lhah terus efek sampingnya dengan ramainya kegiatan pelatihan pelatihan itu akhirnya siswa ditinggal lah, model administrasi yang baru lagi lah, atau aplikasi baru lagi lah....
Ah pikiran ku pun akhirnya terbawa dengan kecemasan yang sama seperti halnya yang disampaikan Kang Suprat."
Heeh yo Kang, padahal saya kemarin baru aja tahu dan belajar artinya pembelajaran diferensiasi wah nek ini ditambah materi Kurikulum baru lagi ya kayae nanti banyak guru yang harus nambah waktu belajar nya? tanyaku pada Kang Suprat.
Mendengar jawaban pasrahku, akhirnya Kang Suprat mengakhiri percakapan tentang isu pergantian kurikulum tadi dengan nada datar "Wis lah aku yo mumet, ra sanggup iki nek ada pergantian kurikulum, soale aku lagi persiapan melu PPPK karo Piloting PPG, dungakno wae Menteri sing anyar iki benar benar memperhatikan kesejahteraan dan kesehatan mental guru! " Ucap Kang Suprat sambil menghisap rokok kretek nya dalam dalam."
Yo bener Kang Suprat ! " Jawabku mengakhiri percakapan sore itu sembari berkata dan berharap dalam hati."
Ya udah lah pak menteri yang baru... Apapun kebijakan pak mentri nanti, semoga kebijakan itu senantiasa berpihak kepada murid, mengutamakan kesejahteraan guru utamanya guru honorer yang di sekolah swasta yang selama ini terpinggirkan seperti halnya Kang Suprat ini seorang guru honorer SMK yang sudah belasan tahun mengabdi tetapi masih berjuang untuk mendapatkan kesejahteraan
"Apapun nanti kebijakan anda, semoga semakin banyak sekolah yang menjadi tempat yang aman, nyaman untuk belajar bagi setiap murid."
"Apapun kebijakan anda nanti semoga beban kerja guru terkait administrasi tidak bertambah sehingga teman teman saya semakin fokus dalam mengajar. "
"Apapun nanti kebijakan pak menteri, saya berharap agar kebijakan itu membuat guru tetap terus belajar untuk mengembangkan kompetensi dan tak lupa melakukan refleksi terhadap pembelajaran nya. "
"Apapun kebijakan pak menteri, semoga sinergi antara keluarga, sekolah dan masyarakat semakin terjalin untuk maju nya pendidikan"
"Dan yang paling penting pak mentri, apapun kebijakan anda tentang pendidikan tolong libatkan kami para guru, baik penyusunan, perumusan ataupun penentuan kebijakan nya.
Akhirnya Selamat mengemban amanah untuk Presiden dan jajaran kabinet yang baru, semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan serta keberkahan dalam menjalankan tugas. Aamin...

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar