Saiful Rokib,S.Pd.I

Saiful Rokib adalah seorang pria sederhana yang dilahirkan sepasang petani yang tinggal di sebuah desa pinggir pantai. Pendidikan SD hingga SMA ia tempuh di Kab...

Selengkapnya
Navigasi Web
PROSES BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH Tagur ke-23
Lukisan penobatan Abul Abbas As-Saffah sebagai Khalifah

PROSES BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH Tagur ke-23

 

            Dinasti Abbasiyah berdiri setelah menumbangkan Dinasti Umayyah pada tahun 750 M. Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena pendiri pertama dan penerusnya adalah keturunan dari paman Rasulullah SAW, yakni Abbas bin Abdul Muthalib. Lama Dinasti Abbasiyah berkuasa lebih dari 5 abad, yakni tahun 750 M hingga 1258 M atau tahun 132 H hingga 656 H.

 

            Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah tidak dapat dilepaskan dari peperangan yang berdarah dan bergejolak. Pada awalnya, cicit dari Abbas bernama Muhammad bin Ali atau disebut juga Imam Muhammad Al-Kamil berkampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan ke tangan keluarga Bani Hasyim di Persia ketika Umar bin Abdul Aziz masih menjabat sebagai khalifah. Pertentangan semakin memuncak pada masa pemerintahan khalifah Marwan II. Menjelang berakhirnya dinasti Umayyah, ada kelompok dari Bani Hasyim yang teraniaya sehingga melakukan perlawanan. Pada tahun 743 M Muhammad bin Ali wafat dan perjuangan dilanjutkan oleh putranya yang bernama Ibrahim bin Muhammad atau lebih dikenal dengan Ibrahim Al-Imam. Kelompok Bani Hasyim keturunan Ali dipimpin oleh Abu Salamah dan keturunan Abbas dipimpin oleh Ibrahim Al-Imam.[1] Selain itu juga ikut kelompok keturunan bangsa Persia, pimpinan Abu Muslim al-Khurasany[2] bekerja sama menaklukkan dinasti Umayyah. Pada akhirnya Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan pemimpin terakhir Umayyah, yaitu Marwan bin Muhammad (Marwan II). Abul Abbas As-Saffah berhasil meruntuhkan Bani Umayyah dan diangkat sebagai khalifah pertama Dinasti Abbasiyah.

 

A. Strategi Merebut Tahta

 

            Bani Abbasiyah merencanakan dalam penggulingan Dinasti Umayyah memusatkan kegiatannya pada tiga kota, yakni kota Al-Humaymah (Suriah) sebagai pusat perencanaan, kota Kufah (Irak) sebagai kota penghubung dan kota Khurasan (Iran) sebagai kota pergerakan. Bani Abbasiyah yang dipimpin oleh Muhammad bin Ali melakukan propaganda yang sangat efektif untuk menggalang dukungan sebanyak-banyaknya, salah satu contohnya ialah gerakan ini tidak menonjolkan nama Bani Abbasiyah, melainkan menggunakan nama Bani Hasyim untuk menghindari perpecahan dengan kelompok Syi’ah yang merupakan pendukung fanatik Ali bin Abi Thalib.

 

            Untuk melakukan berbagai propaganda, ditunjuklan 12 propagandis (orang yang melakukan propaganda) dan disebar di berbagai wilayah seperti Khurasan, Kufah, Irak dan Makkah. Diantara propagandis yang terkenal adalah Abu Muslim Al-Khurasany. Ia menjadi propagandis di wilayah Khurasan pada usia 19 tahun.[3]  Ada perbedaan pendapat tentang asal-usul Abu Muslim Al-Khurasany. Sebagian sejarawan mengatakan bahwa Abu Muslim berasal dari keturunan manusia bebas (bukan budak), sedangkan sebagian sejarawan mengatakan bahwa Abu Muslim adalah seorang budak  Isa bin Ma’gil al-‘Ijli. Isa lalu menjualnya pada Bukhair bin Mahan dengan harga 400 dirham.[4] Isa bin Ma’ghil menjual Abu Muslim kepada Bukhair saat mereka semua dipenjara karena didakwa pro terhadap gerakan Bani Abbasiyah. Kemudian saat mereka dibebaskan dari penjara dan Bukhair mengirim Abu Muslim ke pemimpin baru mereka, Ibrahim bin Muhammad. Ibrahim lalu memberikannya pada Musa al-Sarraj. Dari musa al-Sarraj ini Abu Muslim belajar banyak hal, termasuk berdagang. Abu Muslim al-Khurasani adalah seorang pemuda yang menampakkan bakat kepemimpinan dan keberanian yang luar biasa. Padahal, pada waktu ditunjuk sebagai panglima perang oleh Ibrahim al-Imam, Abu Muslim al-Khurasani masih berusia 19 tahun. Ia mencapai sukses besar sebagai propagandis di Khurasan. Ia berhasil menarik simpati sebagian besar penduduk. Pernah dalam sehari, ia berhasil mengumpulkan penduduk dari sekitar 60 desa di sekitar Merv (sekarang Iran). Banyak tuan tanah (dihkan) di Persia yang mengikutinya. Ia berkampanye untuk memunculkan rasa kebersamaan di antara golongan Alawiyyin (Bani Ali), golongan Syiah, dan orang-orang Persia untuk menentang Dinasti Umayyah yang telah menindas mereka.[5]

 

            Pergerakan Bani Abbasiyah tersebut segera saja diketahui oleh Khalifah Marwan II dan pemimpin pergerakan, yakni Ibrahim Al-Imam ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 747 M. Sebelum dijatuhi hukuman mati, Ibrahim Al-Imam berpesan supaya pimpinan pergerakan dilanjutkan oleh saudaranya yang bernama Abdullah bin Muhammad, yang terkenal dengan nama Abul Abbas As-Saffah yang kemudian mengangkat Abu Muslim Al-Khurasany pada tahun 747 M menjadi panglima perang.  Gabungan kekuatan Abul Abbas As-Saffah dan Abu Muslim Al-Khurasany menjadi kekuatan yang besar dan ditakuti oleh Dinasti Umayyah.

 

            Puncak dari perlawanan Bani Abbasiyah yakni saat peristiwa pertempuran Zab. Pertempuran Zab (Bahasa Arab: معركة الزاب) terjadi di pinggiran Sungai Zab didaerah Irak pada 25 Januari 750 M. Pertempuran ini mengakhiri kekhalifahan Umayyah dan menandai kebangkitan kekhalifahan Abbasiyah yang bertahan sampai abad ke 13.[6] Pertempuran tersebut diatas kertas seharusnya dimenangkan oleh Khalifah Marwan II dan pasukannya yang berjumlah 120.000 orang, selain itu pasukan Khalifah Marwan II sudah berpengalaman dalam bertempur melawan pasukan Romawi, namun moral pasukan Khalifah Marwan II sudah merosot. Sehingga pasukan Khalifah Marwan II segera dihancurkan oleh oleh pasukan gabungan Abul Abbas As-Saffah dan Abu Muslim Al-Khurasany. Khalifah Marwan II berusaha melarikan diri menuju Mesir, namun akhirnya tertangkap dan terbunuh di daerah Abusir, sebuah kota kecil di pinggiran Sungai Nil tanggal 6 Agustus 750 M.

 

B. Abbul Abbas As-Saffah, Sang Pendiri Dinasti Abbasiyyah

 

            Nama Lengkap Abul Abbas As-Saffah adalah Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Beliau dilahirkan di Kota Humaymah tahun 104 H/721 M. Ayahnya bernama Muhammad bin Ali dan ibunya bernama Rabtah binti Ubadullah Al-Haritsi. Beliau mendapatkan gelar As-Saffah atau sang penumpah darah. Satu riwayat menyebutkan bahwa gelar As-Saffah itu diberikan orang-orang karena ia terkenal dengan sifat yang tidak mengenal belas kasihan terhadap keturunan Bani Umayyah. Hal itu diakibatkan oleh dendamnya yang begitu besar, sehingga dengan dinginnya ia membunuh keturunan Bani Umayyah, termasuk orang-orang yang tidak bersalah dan tidak ikut campur dalam urusan politik sekalipun. Hal ini juga dilakukan oleh para pengikutnya.[7]

 

            Dibalik permusuhan dan yang dilakukannya kepada keturunan Bani Umayyah, Abul Abbas As-Saffah juga dikenal sebagai pribadi yang bermoral tinggi, dermawan memiliki kesetiaan, memiliki pengetahuan luas, pemalu dan baik budi pekertinya. Menurut As-Suyuti[8], Abul Abbas As-Saffah adalah manusia yang paling sopan dan selalu menepati janjinya. Pada tanggal 3 Rabi’ul Awwal 132 H di Masjid Kuffah. Selama 2 tahun ibu kota Dinasti Abbasiyah, hingga akhirnya dipindahkan ke Kota Anbar. Abul Abbas selama masa pemerintahannya tidak banyak melakukan perluasan wilayah, namun lebih banyak melakukan penguatan pertahanan dalam negeri. Abul Abbas menjadi khalifah selama 4 tahun 9 bulan. Beliau wafat di Kota Anbar pada usia 33 tahun pada tanggal 11 atau 13 Dzulhijjah 136 H/753 M.

 

[1] Ibrahim bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Ia adalah seorang yang dermawan, berbudi luhur dan pantas untuk mempimpin. Ia terbunuh pada tahun 131 H, ada yang mengatakan pada bulan Shofar tahun 132 H dan ia berumur 42 tahun

[2] Abu Muslim Al-Khurasany bernama asli Abd Al-Rahman ibn Al-Muslim. Nama Abu Muslim adalah pemberian dari Ibrahim Al-Imam, sedangkan Al-Khurasany diambil dari tempat asal-usulnya, Khurasan. (https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Muslim_Al_Khurasany)

[3] https://nusantaranews.co/sejarah-islam-hari-ini-panglima-militer-abbasiyah-abu-muslim-al-khurasani-kuasai-kota-merv/

[4] https://ganaislamika.com/dinasti-abbasiyah-9-menunggangi-revolusi-8/

[5] http://ghofur-ulya.blogspot.com/2012/05/sejarah-kelahiran-dinasti-abbasyiah-dan.html

[6] https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Zab

[7] https://republika.co.id/berita/lk6271/daulah-abbasiyah-abul-abbas-assaffah-750754-m-khalifah-pertama

[8] (Jalaluddin as-Suyuthi (bahasa Arab: جلال الدين السيوطي‎) (gelar lengkapnya Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakr bin Muhammad bin Sabiquddin, Jalaluddin al-Misri as-Suyuthi asy-Syafi'i al-Asy'ari; lahir 1445 (849H) - wafat 1505 (911H)) adalah seorang ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo, Mesir.) https://id.wikipedia.org/wiki/Jalaluddin_as-Suyuthi

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post