Dinasti Ayyubiyah merupakan sebuah dinasti yang didirikan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi. Nama Dinasti Ayyubiyah sendiri diambil dari nama kakek Shalahuddin Al-Ayyubi yang bernama Ayyub.

Pendiri Dinasti Ayyubiyah, yaitu Shalahuddin mengawali karir militer dalam usianya yang masih muda. Ayah Shalahuddin adalah seorang komandan pasukan bernama Najmuddin bin Ayyub yang bertugas di Kota Ba’labak/Ba’albek (Suriah) dan beliau adalah bawahan dari Nuruddin Mahmud Zanki.

Saat itu Mesir yang dikuasai oleh Dinasti Fathimiyah yang dipinpin Khalifah Al-Adid sedang mengalami pergolakan karena perebutan kekuasaan sebagai wazir (perdana menteri). Saat itu posisi khalifah Dinasti Fathimiyah sangat lemah dan pemerintahan dikuasai oleh wazir. Syawar bin Mujir As-Sa’di berhasil merebut posisi wazir setelah menyingkirkan dan membunuh semua keluarga wazir sebelumnya. Setelah 9 bulan berkuasa, kini giliran Syawar mendapatkan kudeta dari salah satu kepala pasukannya yang bernama Dirgham. Syawar meminta bantuan kepada Nuruddin Zanki untuk mengambil kembali kedudukannya sebagai wazir dari Dirgham.

Permintaan Syawar tersebut segera ditindak lanjuti oleh Nuruddin Zanki dengan mengirimkan pasukan di bawah kepemimpinan Asaduddin Syirkuh. Asaduddin Syirkuh bin Ayyub membawa Shalahuddin yang saat itu berusia 27 tahun dalam ekspedisi ke Mesir pada tahun 1164 M. Pasukan Asaduddin berhasil mengalahkan Dirgham dan pasukannya kemudian mengembalikan Syawar menjadi wazir.

Namun bantuan dari Asaduddin Syirkuh tersebut dibalas Syawar dengan penghianatan. Diam-diam Syawar menjalin komunikasi dengan Raja Amalrik I dari Yerusalem, salah satu pemimpin pasukan salib. Syawar dan Raja Amalrik I bersekutu untuk menyingkirkan Asaduddin Syirkuh dari Mesir. Maka terjadilah peperangan antara pasukan Asaduddin Syirkuh dan pasukan gabungan Syawar-Raja Amalrik I sejak tahun 1164 M – 1169 M. Hingga akhirnya pasukan Asaduddin Syirkuh berhasil memenangkan peperangan melawan Amalrik I pada bulan Januari 1169 M sekaligus menaklukkan Fustat (nama lama Kairo).

Pada tahun 1169 M, Asaduddin Syirkuh diangkat menjadi wazir/ perdana menteri oleh penguasa Mesir (Al-Adid), namun baru dua bulan menjabat Asaduddin Syirkuh wafat lalu digantikan oleh Shalahuddin yang saat itu berusia 32 tahun. Saat menjadi wazir, Shalahuddin mendapat gelar Al-Malik An-Nashir (Penguasa yang Bijaksana).

Pada tahun 1171 M Al-Adid wafat. Al-Adid merupakan khalifah Dinasti Fathimiyah yang terakhir. Dengan wafatnya Al-Adid, maka berakhir pula pemerintahan Fathimiyah yang beraliran Syiah tersebut. Pada usia yang ke-34 Shalahuddin Al-Ayyubi menjalankan roda pemerintahan sebagai awal dari Dinasti Ayyubiyah yang akan berlangsung selama 75 tahun. Banyak perubahan yang dilakukan Shallahuddin Al-Ayyubi setelah menggantikan Al-Adid sebagai pemimpin Mesir, diantaranya menghentikan kebiasaan mendoakan khalifah Dinasti Fathimiyah dan beralih mendoakan khalifah Dinasti Abbasiyah yang saat itu dijabat oleh Al-Mustadi Biamrillah (1170-1180 M/ 566-575 H). Kemudian menutup aktifitas Al-Azhar karena kala itu Al-Azhar dijadikan sebagai tempat propaganda ajaran-ajaran Syiah.

Khalifah Al-Mustadi Biamrillah memberikan daerah kekuasaan kepada Shalahuddin Al-Ayyubi yang telah menjadi pemimpin Mesir meliputi daerah Yaman, Palestina, sebagian Suriah/Syiria, dan Maghribi/Maroko.