Disuatu malam dalam keluarga kecil nan sederhana yang d kepalai oleh pak Misnan sedang bercengkerama. Pak Misnan memiliki 3 anak, anak pertamanya bernama Munif, anak kedua bernama munifa, dan anak ketiga bernama muniya. Ketiga anak pak Misnan masih sekolah, dimana Munif kelas 2 SMA, Munifa kelas 2 SMP dan Muniya kelas 5 SD.

Dalam menghidupi keluarganya, pak Misnan bekerja sebagai tukang angkut dipasar. Upahnya tak menentu, terkadang mendapat uang yang banyak, tak sering pula mendapat uang yang kecil. Terlampau kecilnya hingga buat beli lauk dan berasa saja kurang. Tapi Misnan tak pernah mengeluh, bahkan beliau ingin anaknya bisa menjadi sarjana biar tak seperti dirinya yang menjadi tukang angkut karena dulu tak bersekolah.

Berjalannya waktu, ketiga anak pak Misnan telah beranjak dewasa. Si sulung Munif telah berhasil meraih gelar sarjana teknik sipil berkat beasiswa keluarga tidak mampu. Kini dia bekerja sebagai pengawas proyek pembangunan jalan tol trans Kalimantan. Sedangkan Munifa, kini sedang menempuh semester akhir di jurusan kebidanan. Dia bisa berkuliah di jurusan tersebut berkat kejeniusannya memenangkan LKTI sewaktu SMA yang diselenggarakan kampusnya sekarang. Dan Muniya sekarang masih SMA kelas XII, tapi dia telah ditunggu beasiswa di salah satu kampus di Bandung di jurusan psikologi. Pak Misnan merasa bangga pada anak-anaknya, mereka bisa meraih sukses tanpa merepotkan orang tuanya. Tapi sekalipun begitu, tanpa diketahui bahwa pak Misnan setiap malam selalu bangun disepertiga malam untuk shalat dan berpuasa Senin Kamis untuk kesuksesan anak-anaknya.