Usai mendampingi salam sambut siswa, aku mencoba menapaki jalan menuju lokasi tempat tugas baruku. Simpan tas di ruangan, berdiri di sudut bangunan. Hm..., serasa mereka menyegani karena aku orang baru. Perlu penyesuaian.

Satu persatu siswa bergerak ke lapangan. Tak banyak bicara dan tak ada perintah, hanya senyum sedikit lalu mereka ucapkan selamat pagi. Bel tanda untuk berkumpul di lapangan dipenuhi mereka dengan tertib. Adakah yang terlambat? Anggap saja proses berkumpul diskon untuk mereka namun tas kumpul di teras lorong dan siswanya langsung sigap ke lapangan.

Duh, serasa masih jadi tukang membariskan siswa saat di sekolah tempat aku dibesarkan. Tersadar kalau ada kesiswaan yang bertugas untuk itu. Beberapa guru mendampingi si pemilik seragam biru untuk mendengarkan arahanku. Memusatkan pikiran mereka kuucapkan selamat pagi dengan satu kali tepukan, selamat siang dua tepukan, selamat sore tiga tepukan, dan selamat malam setengah tepukan. Kusampaikan makna ice breaking yang kuberikan pada mereka bahwa konsentrasi itu sangat perlu terutama saat menerima pelajaran. Seperti kata orang-orang bijak kalau harimau itu hebat jika di hutan bukan di taman hewan. Jangan melihat dari mana mereka datang tetapi prestasi yang ditunjukkan akan melihat siapa diri mereka. Itu isi arahanku pagi tadi. Sebelum anak-anak bubar kuingatkan agar pulang sekolah mereka menyempatkan diri untuk berpangkas.

Kesiswaan meminta para siswa untuk meletakkan kedua tangannya di pinggang. Dibubarkan berdasarkan posisi barisan. Eeeaaa... tak ada yang saling cagil karena lengannya tak boleh turun dari pinggang. Sudut mata gurunya tajam bagaikan pisau mencari siapa yang melanggar perintah. Suasana baru ceritanya pun baru.