Salma

Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Sorkam Barat....

Selengkapnya
Navigasi Web

Buku Syair Kakek

(Tantangan hari ke-10)

Zaki menyimak dengan sungguh-sungguh semua penjelasan yang disampaikan oleh Bu Dian. Pembelajaran hari ini berkaitan dengan puisi lama. Rasanya materi yang disampaikan itu sangat menarik bagi Zaki.

“Untuk bahan diskusi kelompok minggu depan, maka masing-masing kelompok Ibu tugaskan membawa contoh-contoh puisi lama. Contoh itu dapat berupa syair, pantun, gurindam, atau pun pantun,” ujar Bu Dian sebelum mengakhiri pembelajaran.

“Iya, Bu!” Serentak hampir semua siswa menjawab.

Tugas dari Bu Dian itu membuat Zaki mengacak-acak rak buku di perpustakaan mini milik papanya. Terlihat sebagian buku diangkat ke lantai. “Ah, di mana buku itu? Bukannya buku itu banyak dulu?” bisik Zaki pada dirinya sendiri.

“Kamu nyari apa, Ki?” tanya mamanya sangat heran karena baru kali ini Zaki terlihat membolak-balik buku di rak itu.

Zaki tidak segera menjawab. Sejenak ia mencari jawaban. “Mm ... mencari buku IPA, Ma, untuk tugas sekolah,” jawabnya berbohong.

“Oh!” Hanya itu yang keluar dari mulut mama Zaki. Setelah itu, mama Zaki kembali ke ruang tengah.

Sudah seperempat jam Zaki membolak-balik buku semua buku yang ada di rak dan lemari, namun ia belum menemukan buku yang ia cari. Sebenarnya Zaki sangat ingin bertanya pada mamanya, tetapi ia malu akan dicibirkan mamanya. Bagaimana tidak, Zaki sempat berdebat dengan mamanya tentang buku yang sekarang ia cari. Buku itu sudah ada sebelum Zaki lahir. Buku yang selalu dibanggakan oleh mamanya karena itu adalah karya dari kakek Zaki. Akan tetapi, sedikit pun Adam tidak hendak membacanya. Jangankan membaca, untuk sekadar membuka buku itu saja, Zaki merasa enggan.

“Ah, itu kan buku usang, Ma! Apa pula yang menarik pada buku itu. Lagian isinya kayak puisi-puisi gitu. Zaki enggak ngerti bahasanya. Coba kakek buat cerita petualangan, pasti zaki baca bukunya,” kilah Zaki saat mamanya menyuruh membaca buku itu dulu.

“Itu bukan sembarang tulisan. Itu adalah kisah tentang nabi yang disusun kakek dalam bentuk syair. Ya, isinya petualangan juga. Banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik dari syair yang disusun kakekmu itu. Bahasanya juga tidak sulit dipahami, kok. Masih pakai bahasa Indonesia,” jelas mama Zaki panjang lebar berusaha meyakinkan pada waktu itu.

“Lho, katanya mencari buku, kenapa malah melamun?” Tiba-tiba saja Zaki dikagetkan oleh mamanya.

“Eh, mm ... ini, Ma! Bu bukunya tidak ketemu,” jawab Zaki gugup. Ada keraguan di wajahnya antara menanyakan saja buku itu atau tetap berbohong.

Mama Zaki dapat menangkap sesuatu yang tersembunyi dalam tingkah dan cara bicara anak kesayangannya itu. “Sebenarnya buku yang kamu cari itu judulnya apa, Ki?” tanyanya seraya menyusun kembali buku-buku yang sudah diacak Zaki.

Zaki hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sehingga mamanya makin penasaran.

“Yang ini? Atau ini?” Mama Zaki menunjukkan beberapa buku yang mungkin dicari Zaki.

“Bukan, Ma ...,” suaranya tertahan, “Mm...buku syair karya kakek yang Zaki cari. Maafkan Zaki, tadi Zaki udah bohong pada Mama,” kata Zaki terus terang.

Mama Zaki menyipitkan matanya, tidak yakin. “Untuk apa?” tanyanya dengan heran.

“Tugas sekolah, Ma. Zaki ada tugas bahasa Indonesia, mencari buku syair untuk bahan diskusi kelas.

“Tuh, kan! Dulu Mama suruh baca, simpan baik-baik buku itu, tapi kamu justru mengabaik annya. Sekarang, giliran ada tugas sekolah baru sibuk mencari,” gerutu sang mama. “Untung masih mama simpan dua lagi, lebihnya sudah mama bagikan pada anggota majelis taklim,” lanjut mama Zaki sembari berlalu ke kamarnya. Dalam hitungan detik saja, sang mama sudah kembali membawa buku yang dimaksud.

Zaki melompat girang dan segera meraih buku itu dari tangan mamanya. Namun, buku tersebut gagal berpindah tangan.

“Eit, tunggu dulu! Kamu harus janji akan menjaga buku ini dan membacanya dengan baik untuk dijadikan pelajaran! Satu lagi, kamu bereskan rak dan lemari buku papa lagi!”

“Siap, Mama sayang!” sahut Zaki sambil mengangkat tangan kanannya seperti memberi hormat.

***

“Wahai sahabat teman ukhuwah

Kita baca sedikit kisah Sa’labah

Rajin ke masjid taat beribadah

Tak pernah luput salat jamaah

Di suatu kali sesudah salat

Sa’labah keluar cepat-cepat

Sambil berzikir dan shalawat

Membuat Nabi heran melihat”

Zaki mulai membaca bait demi bait syair dalam buku karya kakeknya itu. Bait demi bait syair itu seperti menyihirnya untuk terus membaca bait-bait berikutnya, bahkan hingga selesai. Saat itulah rasa bangga dan kagum terhadap kakeknya menjalari rongga dadanya. Di sana juga terselip rasa sesal karena telah menyanggah perkataan mamanya selama ini. Demi menutupi rasa bersalah itu, Zaki minta maaf kepada mamanya. Ia juga memanjatkan doa kepada Allah untuk sang kakek yang sudah tiada.

*****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post