#tagur hari ke-38

Mata Togap nanar mengikuti aliran air sungai yang berliku. Beberapa sampah lewat di depan matanya. Tepat di kaki jembatan, sampah-sampah itu sempat tertahan dan menyatu dengan sampah lain, untuk kemudian hanyut kembali. Beberapa perahu masih bergerak melawan arus sungai melansir beberapa hasil tani yang hendak dijual di pasar. Togap sendiri sudah lelah karena beberapa kali bolak-balik mendayung perahunya mengantar pisang milik pedagang. Sesampai di seberang sungai, Togap juga mengangkat pisang-pisang tersebut ke pasar.

Tak ada yang tahu apa yang ada dalam pikiran Togap saat ini. Perenungannya sampai pada nasibnya yang bagaikan sungai. Berliku. Betapa ia sangat berharap sewa perahunya segera dibayarkan. Akan tetapi, pedagang pisang itu justru menyuruh Togap menunggu sampai pisangnya terjual. Selama ini cara seperti itu tidak masalah bagi Togap. Ia tetap sabar menunggu pedagang pisang itu hingga pisangnya habis terjual. Hari ini, Togap sangat berharap upahnya segera dibayarkan tanpa menunggu.

Togap segera pulang ke rumah setelah menerima uang dari pedagang pisang. Betapa kagetnya ia melihat istrinya meringis kesakitan. Tanda-tanda istrinya akan melahirkan sudah kelihatan. Bergegas Togap mencari bantuan agar istrinya segera dibawa ke puskesmas. Belum lagi sempat meminta bantuan, ternyata anak mereka lahir duluan. Berdasarkan pengalaman melihat anak pertamanya lahir, Togap mencoba manangani sendiri proses kelahiran anak keduanya itu sebisanya. Setelah itu, Togap meminta bantuan bidan yang ada di desa mereka.***

Sorkam, 3 Januari 2021