Mencari Guru Yang Sebenarnya (Part 2)
Tidak ada satupun manusia didunia ini yang tidak ingin bahagia, baik bahagia di dunia terlebih lagi diakhirat. Semua perjalanan hidup memang sudah dituliskan di lauhil mahfudz, jauh sebelum kita diciptakan. Tidak ada yang tahu nasib dan takdir kita saat ini, besok, lusa, atau nanti diakhirat. Maka tugas kita hanyalah beribadah kepada Allah Swt, sebagaimana firman Allah dalam surat Adz-zariyat ayat 56 tang artinya “Tidaklah aku ciptakan jin dan mausia melainkan untuk beribadah kepada Allah Swt”.
Lalu pertanyaannya ibadah yang bagaimana yang harus kita kerjakan? Untuk menjawab ini kita perlu bimbingan seorang guru. Seperti yang sudah saya sampaikan pada tulisan sebelumnya pada judul “Mencari Guru Yang Sebenarnya (Part 1)” bahwa amat teramat penting kita mencari sosok guru yang selalu membimbing kita untuk bisa ibadah yang bukan hanya sekedar sah dan menggugurkan kewajiban, tapi bagaimana ibadah yang kita lakukan ini tidak sia-sia alias diterima Allah Swt.
Mungkin saat ini kita melaksanakan ibadah hanya karena ingin mendapat pahala, hanya karena ingin masuk surga. Padahal kalau kita teliti dan kita renungi, ibadah yang kita lakukan selama ini tidaklah sebanding dengan harga surga yang Allah janjikan kepada hamba-hambanya yang bertaqwa. Sesuai firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 133 yang artinya “Dan surga yang seluas langit dan bumi yang Allah peruntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa”.
Jika ibadah yang kita lakukan selama ini hanya sekedar menggugurkan dosa, apalagi kalau cuma ingin dilihat dan dipuji oranglain, maka ibadah kita bagaikan debu lantai yang habis tertiup angin semata. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw “Tidak ada bagian sedikit pun bagi mereka yang suka pamer (riya) kecuali kerugian, penyesalan dan siksaan.”.
Ibadah yang kita lakukan selama ini juga masih banyak kekurangan, kurang melakukan sunahnya, kurang dalam syaratnya atau mungkin kurang dalam hal rukun dari ibadah tersebut. Maka dalam hal ini juga kita wajib terus belajar dan belajar, tentunya harus terus dibimbing dengan seorang guru. Jangan hanya kita belajar dari buku-buku semata tanpa kita hadirkan seorang guru. Karena kalau itu kita lakukan yang menjadi guru kita adalah syaitan. Seperti yang dikatakan Syaikh Abu Yazid al Bustamiy (wafat 261 H, seorang sufi bermadzhab Hanafi) “Barangsiapa tidak memiliki guru maka gurunya adalah syaithan.” (Tafsir Rûhul Bayân, 5/264). Maqolah ulama juga mengatakan “Barangsiapa yang belajar ilmu namun tidak berguru, maka gurunya adalah syaithan”. Imam Ghozali berkata “ketahuilah olehmu, bahwasanya guru itu adalah pembuka (yang tertutup) dan memudahkan (yang rumit). Mendapatkan ilmu dengan adanya bimbingan guru akan lebih mudah dan menyenangkan”.
Wallahu a’lam bishoab.
Cikarang Utara, 27 Juli 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terimakasih wejangan nya pk Salman, tulisan yg keren
Terimakasih... sukses selalu buat semuanya...
Tulisannya bagus bun.. Sukses selalu.... Salam literasi
maaf pak,maksudnya