Salvia Novita,S.Pd

Lahir Suliki, 25 November 1977. Menjadi guru Matematika di MTsN 5 Pesisir Selatan. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Maanta Marapulai

Maanta Marapulai

Kehidupan masyarakat Sumtera Barat terkenal dengan kaya akan adat dan budayanya. Salah satu adatnya suku Minang Kabau adalah maanta marapulai. Marapaulai adalah istilah untuk mempelai pria sedangkan anak daro adalah istilah untuk mempelai wanita. Maanta Marapulai merupakan suatu prosesi adat dimana mempelai pria diantar ke rumah mempelai wanita bersama-sama rombongan sanak saudara, kaum kerabat dan ninik mamak beserta urang sumando dari pihak mempelai pria. Mereka bersama-sama melakukan arakan untuk mengiringi mempelai pria menuju rumah mempelai wanita (anak daro).

Prosesi maanta marapulai ini dilakukan sehari setelah akad nikah dan pengucapan ijab kabul dilaksanakan. Ini merupakan acara penutup dalam rangkaian acara pernikahan kedua mempelai.  Dalam prosesi adat maanta marapulai terkandung pesan sebagai himbauan kepada khalayak ramai bahwasanya ada sepasang penganten yang akan melepaskan masa lajangnya. Selain itu maanta marapulai juga bertujuan untuk menghubungkan tali silaturrahmi antara dua suku yang berbeda.

Sebelum maanta marapulai dilaksanakan terlebih dahulu ada himbauan dari pihak mempelai wanita. Himbauan itu dilakukan oleh dua orang laki-laki (urang sumando) dimaksudkan agar prosesi maanta marapulai telah boleh dilakukan dan pihak mempelai wanita telah siap menanti rombongan pihak mempelai wanita. Himbauan itu dikenal pula dengan nama mamanggia marapulai.

Berdasarkan kesepakatan antara ninik mamak, urang sumando dan bundo kanduang, maka dimulailah melakukan iring-iringan (ma arak marapulai) dengan cara berjalan kaki. Jika rumah marapulai berjarak puluhan kilometer dengan rumah mempelai wanita, maka rombongan akan menggunakan kemdraaan roda empat. Sekitar jarak satu kilometer dari rumah mempelai wanita, maka rombongan harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, sebagai bentuk prosesi maarak marapulai.

Kira-kira berjarak 200 meter dari rumah mempelai wanita, maka mempelai pria berhenti untuk menunggu di jemput oleh mempelai pria. Setelah mempelai wanita datang maka kedua pasangan penganten berjalan bersama-sama memasuki rumah mempelai wanita untuk kemudian duduk bersanding di atas pelaminan. Sementara itu pihak ninik mamak, urang sumando mempelai pria dan mempelai wanita duduk bersama. Dalam hal ini pihak ninik mamak mempelai pria berniat untuk menyerahkan mempelai pria kepada ninik mamak mempelai wanita agar dapat diterima sebagai urang sumando di kaum mempelai wanita. Acara maanta marapulai ditutup dengan menikmati hidangan yang telah tersedia. Setelah acara makan-makannya selesai maka pihak rombongan mempelai pria mohon diri untuk pulang kembali menuju rumah masing-masing. (04/04/2020)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya baru mengerti adat maanta marapulai dari Ibu. Lain ladang, lain balalang lain lubuak, lain ikannyo. Terima kasih atas infonya.

04 Apr
Balas

Sama-sama Bu.....Terima kasih Bu sudah mampir

02 May



search

New Post