samlay

Guru biasa yang biasa-biasa saja...

Selengkapnya
Navigasi Web
Blunder itu sakit Jenderaaall..!!

Blunder itu sakit Jenderaaall..!!

Alkisah disebuah negeri antah berantah , masyarakat di negeri itu sedang dilanda kehebohan yang luar biasa . kehebohan yang berasal dari tingkah laku seorang nenek yang ternyata berhasil meluluhlantahkan hati seorang Jenderal. Si Nenek memang bukan perempuan biasa, dia dikenal sebagai seorang aktivis yang selalu bersuara kritis terhadap kebijakan pemerintahan yang dianggapnya tidak berpihak pada rakyat.

Aktivitas si nenek tersebut ternyata menarik perhatian seorang Jenderal yang sedang berusaha untuk bersaing menjadi raja di pemilihan selanjutnya. Beliau tertarik dengan gerakan-gerakan si Nenek yang mungkin saja bisa meningkatkan kepopuleran dan empati rakyat untuk memilihnya menjadi raja . Hal ini diperlukan mengingat raja sebelumnya pun masih berniat untuk meneruskan kekuasaanya. Hal yang memang diperbolehkan oleh konstitusi negeri itu melalui mekanisme pemilihan umum.

Singkat kata, Si nenek pun diangkat oleh sang Jenderal sebagai salah satu juru kampanye nasional di tim nya. Dia dipercaya untuk menyuarakan segala program kerja yang akan dilaksanakan jika sang Jenderal terpilih. Juga dipercaya untuk tetap bersuara kritis mengevaluasi segala kebijakan raja saat ini. Kepercayaan yang pada akhirnya harus dibayar mahal olehnya.

-----------

Sudah beberapa hari ini si Nenek tak memberi kabar, tak ada yang tahu dimana dia berada. Berita-berita di televisi yang biasa berisikan wajahnya pun sudah tak terlihat lagi. Walhasil sang Jenderal pun gundah gulana. Makan tak enak, tidur pun jadi tak nyenyak.

Selang beberapa saat seorang kolega menyampaikan informasi kepada sang Jenderal bahwa dia telah menemukan si nenek. Namun keadaan si nenek sungguh memprihatinkan, wajahnya memar penuh lebam. Menurut pengakuan Si nenek, beberapa hari yang lalu dia dianiaya oleh gerombolan orang tak dikenal disebuah daerah jauh dari ibukota saat sedang dalam perjalanan pulang dari sebuah kegiatan. Sang Jenderal pun sontak geram mendengarnya, dia berfikir bahwa yang melakukannya adalah lawannya pada pemilihan umum yang akan datang, tak lain dan tak bukan adalah pihak raja yang sedang bertahta . keyakinan itu bertambah kuat ketika si nenek menemuinya beberapa saat kemudian meyakinkan bahwa berita penganiayaan itu benar adanya.

Dengan suara penuh wibawa sang Jenderal yang dikenal pemberani tersebut menyuarakan keprihatinannya kepada khalayak ramai sembari menyindir sang raja yang dia duga sebagai salah satu pihak yang bertanggungjawab atas kejadian itu. Tak ayal Rakyat pun bergejolak, saling tuduh diantara dua kubu tak terelakkan, media televisi diisi oleh mereka yang pro maupun yang kontra terhadap pernyataan sang Jenderal. Saling ujar kebencian dan tuduh menuduh menghiasi media massa dan elektronik. Sebuah pemandangan yang tak elok bagi masyarakat di negeri itu.

Dalam riuh kehebohan itu sebuah fakta terungkap, ternyata si nenek tidak berada di tempat kejadian saat dugaan peristiwa itu terjadi. Si nenek diketahui sedang berada di sebuah bangsal khusus kecantikan di salah satu sudut tempat di ibukota negeri itu.

Merasa bahwa perbuatannya mulai terendus, si nenek pun mengakui bahwa ia telah berbohong kepada keluarga , masyarakat serta kepada sang Jenderal yang mempercayainya. Dia pun meminta maaf atas segala kegaduhan yang disebabkan oleh perbuatannya beberapa hari belakangan.

Sang Jenderal yang mendengar itu nampak tak percaya, tak habis fikir bagaimana dia yang biasa berbicara dan bertindak dengan penuh pertimbangan bisa gegabah dan diperdaya oleh seseorang begitu saja. Sang Jenderal pun harus menanggung malu dan rasa sakit karena sudah ditikam dari belakang oleh si nenek. Tak bisa dibayangkan bagaimana penilaian rakyat kepadanya atas kejadian ini.

Tak ingin simpati rakyat berpindah, sang Jenderal berubah haluan. Semula mendukung si nenek kini berbalik menyerang si Nenek serta mempersilahkan bagi siapa pun untuk melaporkan tindakan si Nenek kepada pihak yang berwajib, diakhir kata dengan jiwa ksatria sang Jenderal segera meminta maaf kepada seluruh rakyat dan menyatakan bahwa sebenarnya dia beserta sekutu yang lain juga merupakan korban dari kebohongan si nenek.

Jenderal yang dikenal pemberani, cerdas serta penuh pertimbangan itu pun pada akhirnya harus merasakan sakitnya blunder si nenek.

Ya, Blunder itu memang sakit.. Jenderaaall..!!

‘’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’

Salam Kopi pahit.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Beruntung tidak sampai menghasilkan korban yang jauh lebih menyakitkan....

05 Oct
Balas

Alhamdulillah ya sesuatu..

05 Oct

Alhamdulillah ya sesuatu..

05 Oct



search

New Post