Saran Konstruktif Bagi Para Dosen (Profesional)
Pernahkah anda Merasa ngantuk saat dosen memberikan teori? Atau anda merasa kesal karena dosen anda begitu otoriter dalam mengelola pembelajaran di kelas? Atau anda merasa pusing dengan soal UAS karena pertanyaanya tersebut belum pernah dibahas di dalam kelas??
Pertanyaan –pertanyaan diatas sebenarnya merupakan kritikan terhadap pengelolan pembelajaran yang dilakukan oleh para dosen. Pada dasarnya dosen adalah seorang pendidik yang harus memiliki kompetensi seperti yang diamanatkan oleh UU no 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Yang mana disebutkan Dalam pasal 1 ayat 2 UU no 14 Tahun 2005 dijelaskan bahwa Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Berdasar isi pasal tersebut maka disini penulis mencoba untuk menguraikan beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang Dosen.
1. Transformasi
Tugas utama dosen yang pertama adalah mampu mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui beberapa cara diantaranya pendidikan. Transformasi Ilmu itu wajib dilakukan oleh para dosen karena mereka dipercaya sebagai seseorang yang berada di garis depan dalam pembentukan cara pandang dan wawasan para peserta didik. Melalui transformasi itu , Dosen dituntut untuk memodifikasi ilmu ilmu dasar yang mereka miliki menjadi ilmu yang mudah dipahami oleh peserta didik (mahasiswanya) baik konsep maupun praktiknya. Disinilah kreatifitas dosen diuji, mampukah mereka memodifikasi materi itu sedemikian rupa agar mudah dipahami mahasiswa, atau hanya sekedar menyampaikan materi sesuai dengan yang dosen itu dapatkan ketika mereka menempuh pendidikan di sekolah pasca sarjana (statis).
2. Pengembangan
Tugas utama yang kedua bagi Dosen adalah mengembangkan ilmu yang dimilikinya, salah satu caranya adalah dengan melakukan kajian kajian ilmiah, baik praktikum maupun pendalaman teori teori yang didasari oleh keinginan pribadi si Dosen agar ilmu yang dimilikinya bisa berkembang dan menjadi karya yang bisa dipertanggungjawabkan sehingga bermanfaat bagi yang lain. Kegiatan ini selain menunjukkan sisi kreatifitas juga membuktikan profesionalisme dosen dalam mengampu mata kuliah yang diajarkannya
3. Penyebarluasan
Tugas Utama yang ketiga adalah Penyebarluasan Ilmu yang dimilikinya. Proses penyebarluasan ini sendiri bisa melalui berbagai forum ilmiah yang tersedia baik di dalam institusinya maupun yang berada diluar institusinya. Penulis sendiri memandang bahwa proses penyebarluasan yang paling sulit dilakukan oleh para dosen adalah ketika mereka berada di dalam institusinya yang mana mereka harus dihadapkan dengan mahasiswa mereka sendiri. indikator otentik yang menunjukkan keberhasilan seorang dosen dalam penyebarluasan ilmunya memang bisa disajikan dalam bentuk statistik. Namun secara moral keberhasilan dosen tersebut hanya bisa dilihat dari tingkat kepuasan para mahasiswanya terkait paparan dan metode penyampaian teorinya. Mahasiswa akan terlihat puas jika sang dosen mampu memaparkan kajiannya dengan pendekatan yang sesuai dengan keadaan diruang kelas. Karena sejatinya Sehebat apapun dosen jika tidak mampu memahami ruang kelasnya maka bisa dipastikan kajian yang dipaparkannya hanya akan menjadi coretan yang terlupakan dalam buku tulis para mahasiswanya. Untuk mencapai hasil maksimal maka ada beberapa hal yang mutlak harus dikuasai oleh para dosen. Diantaranya :
Menguasai karakteristik mahasiswa
Setiap Dosen sejatinya harus mengenali karakteristik para mahasiswanya, namun pada umumnya yang terjadi adalah para mahasiswa lah yang cenderung ‘terpaksa’ mengenal atau memahami karakter para Dosennya. Paradigma inilah yang seharusnya dirubah dalam benak dosen profesional.
Menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran
Dosen sebagai garda terdepan sumber ilmu dan pengetahuan bagi para mahasiswa tentu harus menguasai teori belajar dan prinsip pembelajarannya. Jika dosen tidak menguasai materi yang hendak diajarkannya maka dikhawatirkan perspektif para mahasiswa akan menyimpang dari konsep yang telah ditentukan oleh teori tersebut karena mendapat persepsi yang salah dari dosennya.
Menciptakan ruang kelas yang edukatif dan menyenangkan
Mahasiswa memang bukan anak-anak yang mengutamakan kesenangan dalam proses pembelajaran . Namun perlu diingat bahwa kesenangan(kebahagiaan) yang dirasakan mahasiswa akan membantu menstimulus fungsi otak ke tahapan yang maksimal. Dengan demikian proses transfer ilmu akan mencapai atau mendekati target yang ingin dicapai. Jika berasumsi demikian maka salah satu faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran adalah Kemampuan Dosen itu sendiri dalam Mengelola kelasnya. Ketika dosen mampu menciptakan ruang kelas yang edukatif dan menyenangkan maka proses transfer ilmu akan jauh lebih mudah dicerna bagi para mahasiswa dan tentunya lebih efektif dibanding dengan dosen yang memprioritaskan penyampaian materi tanpa memperdulikan indikator indikator yang mungkin bisa saja berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan pembelajarannya.
Komunikasi
Para mahasiswa pada umumnya adalah manusia yang dianggap sudah cukup dewasa, karena kedewasaannya itu maka akan banyak teori maupun konsep yang ingin diungkapkan oleh mereka. Mereka berharap dosen mau mendengar keresahan atas kebimbangan konsep yang mereka ketahui tersebut kemudian memberikan wawasan baru sebagai penguat maupun pembanding atas konsep teori yang mereka miliki . Namun tentunya harapan itu akan sirna jika dosen bersikap otoriter atau kaku dalam menjalin komunikasi dengan para mahasiswanya. Komunikasi dua arah yang terjadi dalam situasi yang kondusif dan menyenangkan tentu akan membuat para mahasiswa merasa dihargai dan menambah motivasi mereka dalam belajar.
Evaluasi Diri
Hal lain yang harus dimiliki oleh dosen adalah kemampuannya untuk mengevaluasi dirinya sendiri terutama terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. Indikator indikator keberhasilan penyampaian materi harus dicermati secara teliti agar para dosen mengetahui titik mana yang harus diperbaiki dan titik mana yang harus dihilangkan. Kemampuan Evaluasi diri ini tentu sejalan dengan perkembangan pendidikan yang memang dinamis. Dengan kemampuan ini pula dosen bisa meningkatkan kapasitas dan kapabiitasnya sebagai dosen dalam memperoleh tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Catatan diatas adalah kondisi ideal dalam pembelajaran bagi para mahasiswa yang menurut penulis adalah hal yang lumrah yang harus dilakukan oleh para dosen di lingkungan Pendidikan Tinggi karena bagaimanapun tujuan akhir dari semua pembelajaran di berbagai tingkatan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan apa yang termaktub dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 alinea ke 4.
Pendidikan Bermutu ,, Indonesia Maju.
Salam Gurusianers
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wow
Das sein n das sollen masih berjeda
Yaah, maklumlahh..hihihu