"Bun, bawa uang gak?" tanyanya agak panik. Dirogoh sakunya tidak ada uang. Dompetnya hanya satu lebar uang ratusan ribu. Sementara dompetku hanya berisi ATM dan uang 50 ribuan. Ditambah receh 17 ribu. Kami mengumpulkan uang untuk membayar tes rapid anak sebesar 150 ribu. Alhamdulillah, lebih dari cukup. Selain itu, kami juga menunggu hasil laboratorium untuk observasi tindakan bedah pada anak kami, Fiza. 

Lama sekali. 3 jam menunggu tanpa aktivitas adalah hal yang membosankan. Sosial media sudah kami buka dan komentari status teman. Kami sedikit melirik orang yang meneguk air dingin. Hm, pasti segar. Kami hanya membatin. Ingin rasanya beli, tapi yang tak cukup untuk berdua.

Penampilan tak sebanding dengan keadaan. Terlihat kami tampil necis. Ayah habis pulang kerja masih pakai baju kantor berdasi dan sepatu mengkilap langsung tancap gas membawa Fiza ke RS. Berbekal kartu BPJS kami tak mengintip uang di dompet. Saat di sodori kwitansi pembayaran kami jadi klimpungan. Ternyata dalam cek laboratorium menyertakan cek rapid tes untuk covid juga. Padahal anak kami tidak memiliki tanda-tanda sakit covid. Dan untuk pemeriksaan covid tidak tercover BPJS. "Makanya, besok bawa uang cash. Mau minum saja susah. Pakaian necis, eh isi dompet tipis," sindirku pada suamiku.  

#Tantangan Gurusiana ke 18